11. Takut Tidur

Aylin duduk di ujung ranjangnya, memeluk bantal erat-erat sambil menatap pintu dengan waspada. Namun lama kelamaan ia merasa lelah dan tak punya pilihan selain membaringkan tubuhnya. Tapi kejadian tadi terus berputar di benaknya, membuatnya takut untuk memejamkan matanya.

"Dasar pria mesum. Pasti sekarang dia nunggu aku lengah." Aylin menggigit bibirnya, menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Matanya sudah mulai berat, tapi setiap kali ia nyaris terpejam, bayangan Akay tiba-tiba muncul di kepalanya. Senyum licik pria itu, tatapan penuh godaan, dan suaranya yang dalam menggema di pikirannya.

"Aku pria dewasa, Aylin. Aku bisa melakukan banyak hal kalau aku mau."

Aylin tersentak, napasnya tercekat. Dalam bayangannya, ia kembali teringat bagaimana Akay mengungkungnya di atas ranjang, kedua lengannya yang kokoh menahan sisi kepalanya, napasnya yang hangat menyapu wajahnya. Mata tajam pria itu menatapnya dalam, nyaris seakan menelannya bulat-bulat.

Ia menggigil. Bukan karena kedinginan, tetapi karena pikirannya sendiri.

Dengan cepat, ia merapatkan selimutnya, menatap pintu kamar yang sudah ia kunci rapat. Tapi tetap saja, itu tidak cukup membuatnya tenang. Bayangan Akay yang terlihat berhasrat dan terlalu dekat dengannya masih melekat di benaknya.

Akhirnya, dengan putus asa, ia menyeret kursi rias dan meletakkannya di balik pintu sebagai tambahan penghalang.

Lebih baik begini… lebih aman.

Ia menghembuskan napas lega, tetapi begitu kembali berbaring, pikirannya kembali dihantui.

"Kita bisa melakukannya dengan cara lain…"

Aylin menjerit kecil dalam hati, buru-buru menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

"AKAY BRENGSEK! GARA-GARA DIA AKU NGGAK BISA TIDUR!"

Namun sesaat kemudian ia langsung duduk, menggelengkan kepala keras-keras. "Jangan sampai ketiduran! Jangan sampai ketiduran!" Ia bahkan menampar pipinya sendiri untuk tetap terjaga.

Lalu, sesuatu terjadi.

Klik.

Aylin menahan napas. Suara itu terdengar samar, seperti ada yang mencoba membuka pintu!

Jantungnya langsung berdegup kencang. Dengan cepat, ia meraih sesuatu—sisir! Ya, sisir! Senjata paling mematikan di kamarnya saat ini!

"A-aku sudah siap berkelahi!" serunya panik.

Namun, setelah beberapa detik, tak ada suara lagi. Mungkin hanya imajinasinya. Atau mungkin, Akay hanya ingin menguji keteguhannya.

"Brengsek! Aku jadi paranoid begini gara-gara dia!"

Pukul tiga pagi.

Pukul empat.

Pukul lima.

Aylin masih terjaga, tapi tubuhnya sudah seperti mayat hidup. Kepala mengangguk-angguk sendiri, mata setengah terpejam. Akhirnya, entah jam berapa, ia benar-benar tumbang.

Keesokan paginya

Aylin tersentak bangun saat suara ketukan keras terdengar dari luar. "Oi, bocah! Bangun! Jangan bilang kamu tidur kaya pangeran putri di menara!"

Dengan kesadaran yang masih setengah jalan, Aylin bangkit dengan mata sembab dan lingkaran hitam di bawahnya. Rambutnya berantakan, berdiri ke segala arah seperti singa yang baru bangun tidur. Pakaian tidurnya kusut masai, salah satu lengannya bahkan nyaris melorot.

Ia menatap dirinya di cermin dan langsung meratap. "Astaga… aku kayak zombie."

Akay kembali mengetuk. "Kalau nggak bangun juga, aku dobrak pintunya!"

Mata Aylin melebar. Ia buru-buru merapikan rambut dengan tangan, lalu berlari ke pintu dan membukanya dengan kasar. "Ngapain sih ribut-ribut?! Aku udah bangun!"

Akay, yang berdiri di depan pintu dengan ekspresi santai, menatap Aylin dari ujung kepala sampai kaki. Bibirnya perlahan melengkung dalam senyuman penuh kemenangan. "Pagi, panda."

Aylin langsung mendengus, menutup pintu kembali dengan suara--BRAK!

Di luar, Akay terkekeh. "Kasihan banget, bocah ini pasti semalaman nggak tidur gara-gara takut aku masuk ke kamarnya."

Sambil berbalik pergi, ia bersiul kecil. Jujur saja, dia cukup terhibur.

Pagi yang Sepi

Akay sudah rapi dengan pakaian kantornya. Kemeja putih bersih membalut tubuh tegapnya, dasinya terikat sempurna, dan jasnya tersampir rapi di bahu. Sarapan sudah tersaji di meja makan—roti panggang, telur dadar, dan secangkir kopi hitam yang masih mengepul. Namun, ada satu yang kurang.

Istri kecilnya belum juga muncul.

Menghela napas kasar, Akay melirik jam tangannya. Jika Aylin tidak segera keluar, ia akan benar-benar terlambat.

Tanpa pikir panjang, ia melangkah ke kamar Aylin, mengetuk pintu dengan sedikit tak sabar. "Bau Kencur, bangun! Sarapan dulu sebelum aku pergi."

Hening.

Tak ada jawaban dari dalam.

Akay mengetuk lagi, kali ini lebih keras. "Bau Kencur?"

Dari dalam kamar, suara malas terdengar, samar namun cukup jelas. "Aku belum lapar."

Dahi Akay berkerut. Tentu saja ini karena kejadian semalam. Gadis itu pasti masih enggan bertemu dengannya setelah keusilannya yang keterlaluan. Ia menyeringai kecil, sedikit merasa bersalah tetapi tetap menikmati reaksinya.

Namun, waktu tidak berpihak padanya. Jika ia terus membujuk Aylin, ia bisa benar-benar terlambat.

"Kalau begitu, jangan menyesal kalau cacing di perutmu demo dan bikin kerusuhan nanti," ujar Akay sebelum berbalik menuju ruang makan.

"Cacing di perutku punya otak! Mereka nggak asal demo yang nggak guna dan merugikan orang. Mereka tahu etika, nggak sembarangan turun ke jalan!" seru Aylin dari dalam.

Akay menghela napas panjang, menatap sarapannya dengan lelah. "Ya...ya...cacing di perutmu emang beda. Punya prinsip."

Tanpa banyak bicara lagi, ia pun duduk dan mulai menikmati makanannya sendiri.

Biasanya, apartemennya selalu terasa sepi. Tapi entah kenapa pagi ini ada sedikit kekosongan yang mengganggunya.

Setelah menghabiskan makanannya, Akay mengambil jasnya, lalu kembali ke depan kamar Aylin. Ia tidak mengetuk kali ini, hanya bersandar sebentar di daun pintu.

"Aku pergi kerja dulu," katanya datar. "Jangan macam-macam di rumah."

Lalu, tanpa menunggu jawaban, ia melangkah pergi, meninggalkan Aylin yang masih mengurung diri di dalam kamar.

Aylin menempelkan telinganya ke pintu kamar, mendengar suara langkah kaki Akay menjauh. Kemudian, suara pintu apartemen terbuka… lalu tertutup kembali.

Ia menahan napas.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, ia berjingkat menuju balkon dan mengintip ke bawah. Sosok pria itu sudah benar-benar pergi, menaiki mobilnya dan melaju ke arah kantor.

Aylin menghela napas lega. "Akhirnya..."

Tanpa membuang waktu, ia segera menuju meja makan dan menyambar roti panggang yang tersisa. Sarapan dengan tergesa-gesa, hampir seperti pencuri yang takut ketahuan. Sambil mengunyah, matanya sesekali melirik ke arah pintu, seolah-olah Akay bisa muncul kapan saja.

Begitu suapan terakhir masuk ke mulutnya, ia langsung bergegas ke kamarnya.

"Aku harus keluar dari sini," gumamnya, mengganti pakaiannya dengan cepat. Ia tidak bisa tinggal di sini lebih lama. Tidak setelah kejadian semalam.

Bayangan Akay yang mengungkungnya di atas ranjang dengan tatapan intens kembali muncul di benaknya.

Aylin bergidik ngeri. "Sialan, pria itu benar-benar gila!"

Meski tahu Akay hanya menggodanya, ia tetap tidak bisa mengabaikan fakta bahwa pria itu lebih besar, lebih kuat, dan... pria dewasa. Ia tidak ingin mengambil risiko.

Selesai berkemas, ia menarik napas dalam-dalam dan menatap apartemen itu untuk terakhir kalinya. Matanya terhenti di pintu kamar Akay yang tertutup rapat.

Seolah pintu itu bisa terbuka sendiri dan pria itu muncul begitu saja.

Aylin menggigit bibir, buru-buru berjalan menuju pintu. "Aku harus pergi sebelum dia kembali!"

Tanpa menoleh lagi, ia bergegas keluar, meninggalkan apartemen itu dengan langkah cepat dan tanpa niat untuk kembali.

Di Kantor Akay

Langkah kaki Akay mantap saat memasuki kantor. Namun, begitu ia melewati lobby, ia bisa merasakan tatapan-tatapan aneh dari para pegawai yang berseliweran. Mereka tak mengatakan apa pun, tapi jelas ada sesuatu yang membuat mereka menatapnya lebih lama dari biasanya.

Bisik-bisik terdengar ketika ia masuk ke dalam lift. Beberapa karyawan pria saling sikut, sementara yang wanita berusaha menahan senyum sambil berpura-pura tidak melihat.

Akay mengabaikan mereka. Ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian di kantor, tapi kali ini ia merasa ada sesuatu yang lain.

Begitu tiba di lantai atas, ia melangkah keluar lift dan langsung menuju ruangannya, tetapi langkahnya terhenti ketika Yoga, asisten Zayn—atasannya—menghampirinya dengan seringai jail di wajahnya.

"Akay," panggil Yoga dengan nada menggoda. "Kamu habis digigit vampir, ya? Vampirnya cowok atau cewek ?"

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

hadeeechhhh.... bocil kabur lagi . jelas-jelas bikin pusing si Akay .emang butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi bocil bau kencur yang badungnya minta ampun . tambah pekerjaan lagi Akay.... yaitu mencari si bocil istrimu . ya habisnya Akay bikin trauma si bocil sampai-sampai semalaman dia gak tidur hanya karena takut kalau Akay masuk ke kamarnya .
tapi Aylin udah kasih tanda cinta dilehernya Akay hingga dia jadi pusat perhatian .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-03-01

3

Fadillah Ahmad

Fadillah Ahmad

Yess,ada Yoga dong,aku harap Zayn dan Khaira Juga ada di Kantor itu juga ya kak Nana, 🙏🙏🙏 Soalnya Aku Kangen Sama Khaira dan Zayn Kak Nana. 🙏🙏🙏 Dan Aku Juga Mau Request nih kak Nana,Setelah Novel inii Selesai nanti,lanjut Ke Adiknya Zayn Ya kak Nana 🙏🙏🙏

2025-02-28

2

Anitha Ramto

Anitha Ramto

waduh si Aylin kabuuur dan Akay ga tahu...kamu ceroboh Akay harnya di kunci..bawa kuncinya..

Itukah yang membuat para Kariyawan berbisik² gara² Leharnya Ajay di gigit Aylin

2025-03-01

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!