10. Godaan

Setelah membisikkan kata-kata yang membuat Aylin membeku, Akay kembali ke ranjang dan menatap Aylin yang masih berdiri di tempatnya. "Lama banget. Kamu mau tidur di situ aja?" Ia menepuk kasurnya, sengaja membuat ekspresi menggoda. "Sini, 'kan ini ranjang suami-istri."

Aylin mendengus, matanya menyipit penuh curiga. "Mimpi aja. Aku tidur di kamar sebelah!"

Akay pura-pura menghela napas panjang dan menatapnya dengan ekspresi sok kecewa. "Sayang sekali. Padahal aku sudah niat buat malam ini jadi malam spesial."

Aylin kembali membeku. "A-apa maksudmu?"

Akay belum puas menggoda istrinya, ia bangkit dari kasur, berjalan perlahan mendekatinya. Mata tajamnya mengunci pandangan Aylin, bibirnya melengkung membentuk smirk yang membuat jantung Aylin berdebar tak karuan.

"Maksudku..." Akay mendekat sedikit lagi, tubuhnya nyaris menyentuh Aylin. Ia menurunkan suaranya, nyaris berbisik di telinga gadis itu. "Aku pria dewasa, Aylin. Aku bisa melakukan banyak hal kalau aku mau."

Aylin langsung meloncat mundur, matanya membelalak. "G-gila! Aku tidur di kamar sebelah! TITIK!"

Alih-alih menghentikan keusilannya, Akay justru terkekeh. "Tapi itu 'kan masih di dalam apartemenku. Aku bisa masuk kapan saja, 'kan?"

Aylin semakin pucat. "Kurang ajar! Kalau kau macam-macam, aku teriak!"

Akay mengangkat bahunya santai. "Teriak aja. Apartemen ini kedap suara."

"Dasar nyebelin!" Aylin hendak berlari ke kamarnya, tetapi sebelum sempat mencapai pintu, sebuah tangan kuat menangkap pergelangannya.

"Ack—!"

Dalam sekejap, tubuhnya terangkat dari lantai.

"A-Akay! Lepasin aku!" Aylin menjerit, meronta sekuat tenaga saat pria itu dengan mudah menggendongnya dalam posisi berhadapan. Tangan kecilnya memukul-mukul dada dan bahu Akay, tapi tubuh pria itu terlalu kokoh, seolah tak merasakan dampak pukulannya sama sekali.

Akay hanya terkekeh, menatapnya dengan sorot mata penuh keusilan. "Mau lari ke mana, hmm?"

"Aku mau tidur!" geram Aylin.

"Tidur? Bagus," Akay tiba-tiba melangkah ke ranjangnya dan merebahkan Aylin di sana. Dengan satu gerakan cepat, ia menindih tubuh gadis itu, kedua tangannya menekan sisi kepala Aylin, mengungkungnya di bawah tubuhnya yang lebih besar.

Aylin menelan ludah. "A-Apa yang kau lakukan?!"

Senyuman licik terukir di wajah Akay. "Meminta hakku."

Napas Aylin tercekat. "K-Katanya aku bukan tipemu?!"

"Itu dulu." Akay merunduk sedikit, wajahnya begitu dekat hingga napasnya menyapu kulit Aylin. "Lagi pula, ini 'kan bagian dari kewajiban seorang istri…"

Aylin membelalak. "Aku… aku sedang datang bulan!" dustanya panik.

Akay menatapnya dengan senyum geli. "Oh?" Jemarinya yang besar terangkat, dengan santai menyentuh dagu Aylin dan mengangkatnya sedikit. "Nggak masalah. Kita bisa melakukannya dengan cara lain."

Jantung Aylin nyaris copot dari tempatnya. Ia menjerit dalam hati, otaknya bekerja keras mencari jalan keluar. Napas hangat Akay semakin terasa, wajahnya semakin dekat—

Tanpa pikir panjang, Aylin langsung membuka mulut dan—

GIGIT!

"AARRGH!"

Akay langsung menjauh, mengusap lehernya yang kini berbekas gigitan merah. "SIALAN! KAMU BARU SAJA NGGIGIT AKU?!"

Aylin, yang sudah berhasil kabur dari bawah tubuhnya, langsung melompat turun dari ranjang. "Lagian, siapa suruh macem-macem?! Rasain! Weekk!" Aylin menjulurkan lidahnya ke Akay.

Sambil menahan nyeri di lehernya, Akay melotot ke arahnya. "Ya ampun, ini sakit, tahu?! Apa kamu vampir?!"

"Terserah! Aku tidur di kamar lain!" teriak Aylin sebelum kabur secepat kilat keluar dari kamar.

Akay hanya bisa menghela napas panjang, menyentuh lehernya yang masih berdenyut nyeri. "Astaga… ini pertama kalinya aku kena gigitan gara-gara usil."

Namun, tak lama kemudian, senyum kecil terukir di bibirnya. "Ternyata, menggoda bocah itu cukup menghibur juga."

Aylin berlari ke kamar sebelah, membanting pintu, dan buru-buru menguncinya. Napasnya tersengal, pipinya panas karena marah dan panik.

"Brengsek! Gila! Dasar pria mesum!" gerutunya, benar-benar merasa kesal pada suaminya.

Di kamar sebelah, Akay tertawa kecil, menggelengkan kepala. "Dasar bocah. Padahal aku cuma pura-pura."

Tapi, wajahnya masih menyisakan smirk jail. Ia memang menikmati melihat Aylin kalang kabut seperti itu. Meski lehernya harus menjadi korban gigitan.

Akay menghela napas panjang, menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar.

Ia masih sulit percaya bahwa dirinya kini telah menikah. Dan lebih anehnya lagi, pernikahan itu terjadi begitu cepat. Bukan dengan seseorang yang sudah lama ia kenal, apalagi dengan wanita yang ia cintai—tetapi dengan seorang gadis yang bahkan baru ia temui beberapa menit sebelum akad.

"Gila."

Ia menghela napas, satu lengannya bertumpu di dahi, mencoba mengurai segala hal yang terjadi begitu cepat.

Sebelumnya Akay tidak pernah benar-benar peduli dengan detail pernikahannya. Baginya, pernikahan ini hanya sebuah konsekuensi dari permintaan Nenek Ros, dan ia tidak punya alasan kuat untuk menolak. Lagipula, untuk apa ia mempertanyakan sesuatu yang sudah terjadi?

Akay tertawa pelan, tawa ironi. "Aku tak menyangka akan menikah dengan gadis SMA."

Ia tidak pernah bertanya lebih jauh tentang Aylin—tentang apakah dia masih sekolah atau tidak, tentang bagaimana perasaannya terhadap pernikahan ini, atau bahkan tentang kehidupannya sebelum mereka bertemu.

Dalam pikirannya, jika keluarga gadis itu tidak keberatan menikahkannya, maka itu berarti dia sudah cukup dewasa untuk menikah. Kalau pun dia masih sekolah saat itu, pasti usianya sudah mendekati legal. Kalau tidak, mana mungkin pernikahan ini bisa terjadi tanpa keberatan?

Logikanya sederhana. Kalau memang tidak sah atau ada yang salah, pasti dari awal sudah ada yang menentang, 'kan?

Namun sekarang, setelah pernikahan ini benar-benar terjadi, setelah mereka tinggal bersama sebagai suami-istri... apakah hal itu masih penting?

Akay bukan tipe pria yang suka memusingkan masa lalu atau hal-hal yang tak bisa diubah. Yang jelas, Aylin sekarang adalah istrinya. Terlepas dari bagaimana mereka terikat dalam hubungan ini, mereka sudah menikah—dan itu adalah kenyataan yang tak bisa dihindari.

Namun, satu hal yang masih mengganjal di benaknya...

"Aku bahkan belum memberi tahu orang tuaku tentang pernikahan ini."

Pikirannya melayang ke rumah. Bagaimana reaksi mereka nanti? Akay tidak terlalu terbuka pada keluarganya, tetapi pernikahan adalah hal besar. Dan mereka sama sekali belum tahu.

"Mau sampai kapan aku menyembunyikan ini?"

Menghela napas, Akay menutup matanya, mencoba mengabaikan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Namun, semakin ia mencoba tidak peduli, semakin pikirannya dipenuhi oleh sosok Aylin. Gadis kecil yang selalu menantangnya, yang selalu punya cara membuatnya kesal—tetapi entah kenapa, keberadaannya juga membuat Akay merasa... berbeda.

"Sial."

Ia mendecak pelan, lalu berbalik menghadap sisi ranjang yang kosong.

Akay berbaring miring, menatap dinding di hadapannya dengan tatapan iseng.

Ingatan tentang bagaimana wajah istrinya memerah saat ia goda tadi masih begitu jelas di benaknya. Matanya yang membulat, bibirnya yang mengerucut, hingga ekspresi kesalnya yang justru membuatnya tampak semakin menggemaskan.

Perlahan, sudut bibir Akay terangkat.

"Kenapa begitu menyenangkan melihatnya kesal?"

Ia bahkan tidak tahu sejak kapan ia mulai menikmati momen-momen seperti itu. Yang jelas, setiap kali Aylin bereaksi berlebihan atas godaannya, Akay merasa puas. Ada dorongan aneh dalam dirinya untuk terus mengulanginya.

"Apa dia sudah tidur?" gumamnya pelan, pandangannya masih tertuju pada dinding yang membatasi kamar mereka.

Ia membayangkan gadis itu di kamarnya, mungkin tengah meringkuk di balik selimut, atau justru masih sibuk memikirkan perkataan terakhirnya tadi. Akay terkekeh kecil, membayangkan Aylin yang pasti tengah merutuki dirinya sendiri karena terlalu GeEr lalu dijatuhkan lagi olehnya.

"Dasar bocah, mudah sekali terpancing," pikirnya, merasa geli sendiri.

Tangannya terangkat, mengetuk ringan permukaan dinding seolah mencoba mengusik gadis itu. Tapi tentu saja, tak ada respons.

Tatapan jailnya semakin menjadi. Godaannya belum selesai.

Akay duduk, bersandar pada kepala ranjang dengan satu tangan menopang dagu. Haruskah ia mampir sebentar? Sekadar untuk memastikan apakah gadis itu sudah tidur atau masih menggerutu sendirian.

Ia menggeleng sambil tersenyum.

"Sudah malam. Besok saja."

Namun, senyumnya semakin lebar.

Besok... dan besoknya lagi, ia tahu ia tak akan pernah bosan menggoda gadis itu.

Tanpa sadar, bibit-bibit cinta mulai tumbuh di hati yang selama ini enggan tersentuh. Namun, apakah keduanya akan menyadarinya?

...🌟...

...Cinta itu seperti udara, tak terlihat namun selalu ada. Tanpanya, kita tak bisa bernapas, tak bisa hidup sepenuhnya....

...Cinta itu seperti angin, kadang lembut membelai, kadang bergelora membadai....

...Biarkan cinta mengalir seperti udara, tanpa paksaan dan batasan. Ia akan menemukan jalannya sendiri, mengisi setiap ruang dalam hati....

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

tanpa sadar mereka saling ada rasa . dan tanpa mereka sadari pula akan saling mengingat , menggoda , suami tergantung , dan berujung kerinduan . nantinya kalau tidak ada atau tidak ketemu pasti blingsatan rindu pengen ketemu .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-02-28

3

Anitha Ramto

Anitha Ramto

tuhkan tanpa mereka sadari ternyata sudah ada bibit. bibit cinta..

ayo Akay jangan di jahilin trs istrimu kasih kelembutan dan peratian lebih
karena Aylin kurang kasih sayang seorang Ayah

2025-02-28

1

iva ivam

iva ivam

dari baca awal bab sampai bab 10 ini senyum2 sendiri
bayangin interaksi Akay dan Aylin
lama2 Akay bucin ini....dia pasti akan cinta sama Aylin

2025-02-28

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!