15. Pagi yang Menyenangkan

Saat fajar menyingsing…

Langit perlahan berubah warna, abu-abu kebiruan yang lembut mulai menghiasi ufuk timur. Angin Muson timur berhembus perlahan, membawa udara dingin yang menusuk kulit.

Dalam tidurnya, Aylin menggigil, mencari kehangatan. Tubuhnya bergerak mendekat, naluri bawah sadarnya menuntunnya ke sumber kehangatan terdekat. Saat kulitnya bersentuhan dengan sesuatu yang hangat dan kokoh, rasa nyaman segera menyelimuti dirinya.

Namun, kehangatan itu terasa berbeda…

Dalam keadaan setengah sadar, Aylin mendengar suara detak jantung yang stabil, keras, dan dekat. Aroma yang tercium juga agak tak asing, maskulin, kuat, dan agak familiar.

Tubuhnya menegang.

Otaknya yang masih buram mulai bekerja, perlahan menyusun kepingan-kepingan kesadaran. Dan ketika akhirnya semuanya klik dalam pikirannya…

Aylin membelalakkan matanya!

Di hadapannya, dalam jarak yang begitu dekat, terlihat wajah seorang pria—Akay!

Jantungnya nyaris berhenti. Gelombang panik menyerang.

Dengan sekuat tenaga, Aylin mendorong tubuh Akay.

"AAAAA!!!"

Suara teriakannya menggema, membelah keheningan pagi yang masih hening.

Akay, yang tertidur pulas, langsung tersentak! Tanpa peringatan, tubuhnya terdorong keras ke tepi ranjang.

“SIAL! APA-APAAN, SIH?!” Akay mengumpat, matanya masih setengah tertutup, napasnya memburu akibat kaget dan hampir jatuh dari ranjang.

Aylin, yang kini duduk di ujung ranjang dengan napas tersengal, menatapnya dengan mata melebar dan wajah memerah, campuran antara marah, malu, dan panik.

"CABAI SETAN! KENAPA KAMU ADA DI SINI?!" bentaknya dengan suara bergetar.

Akay, yang baru saja terbangun, mengerjap beberapa kali sebelum menatap Aylin dengan tatapan bingung. Baru beberapa detik kemudian kesadarannya benar-benar kembali.

Dan ketika ia menyadari apa yang baru saja terjadi…

Alih-alih ikut panik, bibirnya justru melengkung dalam seringai jail.

“Harusnya aku yang tanya, Ayang.” suaranya rendah dan dalam. “KAMU yang tiba-tiba masuk ke kamarku, naik ke ranjangku, dan memelukku semalaman.”

Aylin terdiam. Matanya berkedip beberapa kali.

“H-hah?”

Pikirannya langsung kacau. "APA?! Aku—AKU TIDAK MUNGKIN MELAKUKAN ITU!"

Akay hanya mengangkat bahu dengan santai, tapi kilatan godaan di matanya semakin jelas.

"Kalau tidak percaya, coba tanyakan pada dirimu sendiri. Siapa yang tadi tidur di lenganku?"

Aylin makin merah padam. “KAU PEMBOHONG!”

Akay tertawa kecil. Pagi ini baru saja dimulai, tapi dia sudah mendapatkan hiburan terbaik.

Aylin masih terengah-engah, wajahnya merah padam, dan kepalanya penuh dengan ledakan pikiran kacau. Bagaimana mungkin dia bisa tidur di ranjang yang sama dengan pria ini?! Apa dia kesambet? Kesurupan?!

Sementara itu, Akay justru menikmati momen ini. Matanya penuh dengan godaan, bibirnya menyunggingkan senyum jail.

"Kamu yakin nggak ingat apa pun, Ayang?" tanyanya dengan suara santai, tapi jelas penuh jebakan.

Aylin yang masih panik langsung menjawab, "TENTU SAJA TIDAK!"

Akay berpura-pura menepuk dadanya dengan ekspresi terluka. "Wah, jadi aku cuma sekadar pelampiasan buat kamu, ya? Setelah semalaman kita tidur seranjang, kamu pura-pura lupa?"

Aylin langsung melemparkan bantal ke wajah Akay! "DIAM, CABAI SETAN!"

Tapi bukannya marah, Akay malah tertawa keras. Dia menangkap bantal itu dengan mudah, lalu menepuk-nepukkannya di paha. "Tapi serius deh, kamu sendiri yang masuk ke sini. Kenapa? Kangen aku?"

Aylin makin panas! "Mungkin aku ngelindur! Aku 'kan nggak mungkin sengaja masuk ke kamar LELAKI SEPERTIMU!"

Akay mengangkat alis. "Lelaki sepertiku? Maksudmu lelaki tampan, keren, dan suami sah kamu?"

Aylin buru-buru bangkit dari ranjang, wajahnya sudah mendidih seperti kepiting direbus.

"Aku nggak mau dengar omong kosongmu lagi!" katanya ketus. Dia berusaha kabur dari kamar, tapi baru beberapa langkah, kakinya malah tersandung ujung karpet.

Dan...

BRUK!

Aylin jatuh menabrak Akay yang masih duduk di tepi ranjang. Karena tak siap, Akay kehilangan keseimbangan dan jatuh telentang, dengan Aylin yang kini menindihnya di atas.

Suasana langsung membeku.

Aylin dan Akay saling menatap.

Jarak mereka… terlalu dekat.

Mata Aylin melebar, jantungnya berdebar tak karuan. Napas Akay yang hangat menyentuh wajahnya, dan tatapan pria itu… astaga, kenapa tatapannya jadi begini?!

Akay, di sisi lain, terdiam sejenak sebelum senyum jailnya muncul lagi.

"Wah… kalau mau tidur seranjang lagi, tinggal bilang, Ayang."

Aylin langsung melompat mundur! "KAU MENYEBALKAN, AKAY!"

Akay tergelak. "Dan kamu manis banget kalau lagi marah-marah begini."

Aylin buru-buru keluar dari kamar, meninggalkan Akay yang masih tertawa puas.

"Hari yang indah," gumam Akay dengan senyum tipis. Ia benar-benar menikmati kelakuan Aylin yang selalu saja loading. Gadis itu terlalu mudah percaya pada kata-katanya, sering kali refleks mengikuti apa yang ia ucapkan, lalu baru sadar belakangan dan langsung menggerutu atau marah-marah padanya.

Akay tertawa kecil, membayangkan kelakuan istrinya itu. "Sebentar lagi dia pasti masuk setelah sadar ini memang kamarnya," ujarnya dalam hati, menanti momen yang sudah bisa ia tebak.

Sementara itu, Aylin baru saja menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Matanya membelalak, berkedip beberapa kali, seolah memastikan dirinya tidak sedang berhalusinasi.

Tunggu dulu...

Ini 'kan kamarnya?!

Kenapa pria menyebalkan itu malah tidur dengan nyaman di sini, seolah ini benar-benar miliknya?! Dan lebih parahnya lagi, kenapa tadi ia begitu saja mempercayai ucapannya?!

Sesuai prediksi Akay, tak butuh waktu lama sebelum Aylin membuka pintu dengan gerakan cepat. Berdiri di ambang pintu dengan tangan bertolak pinggang, ekspresinya sudah jelas—badai kemarahan akan segera datang.

"AKAY! Keluar dari kamarku sekarang juga!" teriaknya dengan suara penuh kemarahan.

Akay, yang masih duduk santai di ranjang dan sudah menduga hal ini akan terjadi, hanya meliriknya dengan ekspresi malas. Bibirnya melengkung tipis, jelas menikmati situasi ini.

"Hmm? Kamarmu?" tanyanya dengan nada menggoda. "Kamu yakin?"

Aylin menunjuk ke segala penjuru kamar. "Jelas! Ini kamarku! Itu lemari bajuku, itu meja belajarku, dan itu…" Aylin menunjuk sesuatu di meja. "Itu boneka kesayanganku!"

Akay mengikuti arah jarinya dan melihat boneka beruang kecil berwarna cokelat dengan pita merah di lehernya. Alih-alih merasa bersalah, dia malah mengambil boneka itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Oh, jadi kamu masih tidur dengan boneka?" godanya dengan tawa jail. "Lucu juga. Nggak nyangka si istri kecilku masih kekanakan begini."

"Jangan sentuh bonekaku!" Aylin melompat ke arahnya, berusaha merebut bonekanya. Tapi Akay dengan gesit menghindar, mengangkat boneka itu lebih tinggi.

"Ambil kalau bisa."

"Akay, aku serius! Jangan main-main!" Aylin menggeram, melompat lagi, tapi Akay dengan mudah menghindar.

Akay malah tertawa senang. "Kenapa? Boneka ini lebih penting dari suamimu sendiri?"

Aylin menggeretakkan giginya. "JANGAN PAKAI LOGIKA NGACO SEPERTI ITU! Boneka itu sudah menemaniku sejak kecil!"

Tapi Akay malah tertawa semakin keras. "Wah, berarti aku harus cemburu sama boneka ini?"

"AKAY!"

Akhirnya, dengan gerakan nekat, Aylin melompat ke atas ranjang, menarik kerah kaus Akay dan…

BRUK!

Mereka jatuh bersamaan di atas kasur!

Suasana langsung membeku.

Aylin tersadar posisinya sekarang berada di atas Akay, wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter. Detak jantungnya menggila, dan dia bisa merasakan napas hangat pria itu menyentuh wajahnya.

Akay menatapnya lama, sudut bibirnya tertarik membentuk senyum setengah menggoda. "Wow, kalau kamu mau begini terus, kita bisa tidur seranjang lagi, Ayang."

Wajah Aylin langsung merah padam. Dengan panik, dia meraih bonekanya dan melompat turun dari ranjang.

"KELUAR DARI KAMARKU, DASAR PRIA TAK TAHU MALU!"

Akay malah tersenyum lebar, menyender santai di kepala ranjang. "Kenapa harus keluar? Istri dan suami 'kan seharusnya tinggal bersama."

Aylin benar-benar ingin melempar sesuatu ke arahnya. "KAU MENYEBALKAN!"

Aylin menggeram, lalu keluar dari kamar sambil membanting pintu, meninggalkan Akay yang kembali tertawa puas.

"Ah, pagi yang menyenangkan. Bersama Aylin itu benar-benar seru," gumamnya sambil tersenyum.

Tanpa sadar, Akay merasakan keseruan dan kebahagiaan setiap kali bersama Aylin. Gadis itu memang sering menyebalkan, tapi justru itulah yang membuatnya menarik. Kehadirannya mengusik ketenangan, mengubah hidup Akay yang monoton menjadi lebih berwarna dan penuh kejutan.

...🌟...

..."Dia adalah melodi lembut penuh irama, hadir perlahan di hidupku mengubah segalanya, menjadi simfoni yang indah penuh warna."...

..."Dia datang tanpa janji mengubah segalanya, namun perlahan menjadi alasan aku bahagia."...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

kan beneran Aylin yang datang dan masuk dengan diam-diam langsung ke kamarnya .
dibilangin juga , mereka tanpa sadar sudah ada rasa dihatinya masing-masing . nanti kalau mereka terpisah atau gak ketemu beberapa lama maka mereka akan merindukannya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-03-02

4

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Wah Akay sangat bahagia dengan sikap Aylin yang menurutnya sangat menggemaskan sekaligus menghiburnya..berbalik ddengan Aylin yang sangat marah tapi ada perasaan aneh ya Lin...berdebar² saat berddkatan dengan Akay

2025-03-02

1

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

kamu mah ga belajar dari pengalaman Lin, uda tahu si Akay penuh muslihat ke kamu, masih aja bereaksi marah"🤭🤭🤭

2025-03-02

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!