4. Amplop

Langkah kaki Aylin terhenti begitu matanya menangkap sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan melihatnya hari ini—bendera kuning berkibar pelan tertiup angin di depan rumahnya. Dada gadis itu terasa sesak seketika. Perasaannya bercampur aduk antara bingung dan takut.

Beberapa tetangga terlihat keluar masuk rumahnya. Ada yang berbicara dengan lirih, ada yang membawa nampan berisi makanan, dan beberapa ibu-ibu duduk di halaman dengan wajah sendu.

Jantung Aylin berdetak lebih kencang. Dengan langkah tergesa, ia melangkah menuju pagar. Namun, sebelum sempat bertanya, seorang warga yang baru saja keluar dari rumahnya menatapnya dengan penuh belas kasih.

“Ikut berduka cita ya, Nak. Semoga kamu tabah dan ikhlas.”

Dunia seakan berhenti berputar. Kata-kata itu menggema di kepala Aylin, tapi otaknya menolak untuk memahami.

Tidak. Tidak mungkin.

Tanpa menjawab, Aylin langsung berlari masuk ke dalam rumah. Napasnya tersengal saat melewati ruang tamu yang penuh dengan orang-orang yang duduk bersimpuh, berdoa dengan wajah sendu.

Sampai di ruang tengah, langkahnya melemah. Matanya langsung tertuju pada sosok yang terbujur kaku di atas kasur yang dialasi kain putih. Tubuh neneknya. Baru saja selesai dimandikan.

Aylin terhuyung. Dadanya terasa sesak, pandangannya mulai buram oleh air mata yang enggan jatuh.

“Nenek…”

Suara itu hanya keluar sebagai bisikan lirih.

Orang-orang di ruangan itu menoleh padanya, sebagian dari mereka menatapnya dengan penuh simpati. Tapi Aylin tidak peduli.

Ia berjalan mendekat, lututnya terasa lemas. Tangannya gemetar saat hendak menyentuh wajah neneknya.

“Bangun, Nek…” bisiknya lirih, hampir memohon. “Jangan bercanda seperti ini…”

Tapi tubuh itu tetap diam, kaku dan dingin.

Air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya jatuh. Sesak di dadanya semakin menjadi.

“Nenek…!”

Sebuah tangis pecah, menggema di ruangan yang sunyi.

***

Suasana di ruang tengah rumah Nenek Ros masih diselimuti kesedihan. Aroma dupa dan bunga masih tercium samar, mengingatkan semua orang bahwa seseorang baru saja pergi untuk selamanya.

Aylin duduk dengan wajah tanpa ekspresi, matanya sembab tapi tatapannya kosong. Akay duduk di sebelahnya, tampak lebih tenang meski pikirannya dipenuhi berbagai hal. Di depan mereka, Pak Sastro menghela napas panjang, sementara seorang ART paruh baya berdiri tak jauh, menunduk hormat.

“Aylin,” suara Pak Sastro terdengar lembut namun tegas, “kamu sudah menikah, dan sekarang Nenek Ros sudah tiada. Jadi, kamu harus mulai belajar mendengarkan dan patuh pada suamimu.”

Aylin tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajah ke arah lain, jelas-jelas menunjukkan bahwa ia tidak setuju dengan perkataan itu.

Pak Sastro menatap Akay sebelum melanjutkan. “Kemarin Nenek Ros menghubungi saya. Beliau bilang, Aylin belum cukup mampu mengelola kekayaannya sendiri. Jika kamu tidak ingin mengambil alih pengelolaan hartanya, maka saya yang akan mengelolanya untuk sementara waktu sampai kamu berubah pikiran.”

Belum sempat Pak Sastro menyelesaikan kalimatnya, Aylin langsung menoleh dan berkata tegas, “Aku adalah pewaris tunggal harta keluargaku. Aku tidak setuju dia yang mengelola kekayaan keluargaku.”

Tatapan tajamnya tertuju pada Pak Sastro, penuh penolakan.

Akay yang sejak tadi diam, hanya tersenyum tipis. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa dan berkata santai, “Aku juga punya pekerjaan. Aku tak berminat menyentuh harta keluargamu.”

Aylin menyilangkan tangan di dada. “Bagus kalau begitu,” gumamnya, masih dengan nada ketus.

Pak Sastro kembali menghela napas. Sejak awal, ia sudah menduga interaksi antara dua orang ini akan seperti ini. Nenek Ros sering menceritakan betapa keras kepalanya cucunya, dan sekarang ia melihatnya langsung.

Alih-alih menanggapi pertengkaran kecil mereka, Pak Sastro beralih pada Akay. “Nenek Ros sudah menandatangani semua dokumen pelepasan tanah di tempat proyek yang akan kamu bangun. Jika ada kendala, jangan ragu untuk menghubungi saya.”

Ia merogoh tas kerjanya dan mengeluarkan sebuah map berisi dokumen-dokumen penting. Dengan tenang, ia menyerahkannya pada Akay.

Akay menerima dokumen itu dengan anggukan kecil. “Terima kasih, Pak Sastro.”

Pak Sastro hanya tersenyum tipis. “Semoga semua berjalan lancar.”

Sementara itu, Aylin hanya diam. Pikirannya berkecamuk, bukan hanya tentang harta, tetapi juga tentang kehidupan barunya yang terasa begitu menyesakkan.

ART yang sejak tadi diam di sudut ruangan akhirnya melangkah maju dengan ragu. Wajahnya masih menyisakan duka, namun tangannya terulur, membawa sebuah amplop putih yang tampak rapi dan tersegel.

"Tuan Akay," suaranya lembut, sedikit bergetar. "Nenek Ros meminta saya menyampaikan ini pada Anda."

Akay mengernyit sesaat sebelum menerima amplop itu. Kertasnya terasa sedikit tebal di tangannya, seolah berisi sesuatu yang lebih dari sekadar surat biasa. Ia menatap ART itu, mencoba membaca ekspresinya.

"Kapan beliau memberikan ini pada Bibi?" tanyanya, suaranya terdengar lebih pelan dari biasanya.

"Sehari sebelum beliau meninggal," jawab ART itu. "Beliau mengatakan, ini harus diberikan kepada Anda setelah beliau tiada."

Ruangan menjadi hening. Aylin yang sedari tadi hanya diam, kini melirik amplop di tangan Akay dengan alis bertaut. Ia tidak tahu apa isi amplop itu, tetapi ada sesuatu dalam dadanya yang terasa tidak nyaman.

Akay menatap amplop itu beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Terima kasih."

ART itu menunduk sopan, lalu kembali mundur ke tempatnya semula.

Pak Sastro memerhatikan semuanya dalam diam. Ia tahu, apa pun isi amplop itu, pasti adalah sesuatu yang telah lama dipikirkan oleh Nenek Ros sebelum meninggalkan dunia ini.

Pak Sastro akhirnya berpamitan setelah memastikan semua urusan selesai. Akay mengantar pria itu sampai ke teras, lalu kembali ke dalam rumah. Matanya mengikuti langkah Aylin yang diam-diam masuk ke kamar Nenek Ros dan menutup pintunya rapat-rapat. Tak butuh waktu lama sebelum suara kunci berderak, mengisyaratkan gadis itu mengunci diri di dalam.

Aylin berdiri di ambang pintu kamar neneknya, menatap ruangan yang kini terasa lebih sunyi dari sebelumnya. Aroma samar minyak kayu putih yang biasa digunakan nenek masih tercium di udara, seolah wanita itu baru saja pergi dan akan kembali kapan saja. Tapi kenyataannya, kamar ini sekarang kosong—dan akan tetap begitu selamanya.

Matanya jatuh pada meja kecil di samping ranjang. Ada sebuah bingkai foto di sana. Jemarinya terulur, mengambilnya perlahan. Gambar dirinya, neneknya, dan ibunya yang sudah tiada terpampang di balik kaca bening. Mereka bertiga tersenyum, seakan dunia ini selalu baik-baik saja.

Aylin mengusap permukaan foto itu dengan ibu jarinya, menyadari betapa jauh dirinya dari gadis kecil yang dulu bahagia dalam pelukan nenek dan ibunya. Dulu, ia tidak perlu bersikap keras, tidak perlu menyembunyikan ketakutannya di balik kata-kata tajam dan sikap pemberontak. Tapi sekarang? Tidak ada yang tersisa untuk melindunginya. Tidak ada yang bisa ia andalkan lagi.

Matanya terasa panas, tapi ia menolak menangis. Air mata tidak akan membawa neneknya kembali. Tidak akan membuat hidupnya lebih mudah.

"Aku nggak butuh siapa-siapa," gumamnya pelan, meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, kebohongan itu terdengar terlalu hampa bahkan bagi dirinya sendiri.

Akay hanya menghela napas menatap pintu kamar mendiang Nenek Ros. Dia tahu Aylin butuh waktu untuk sendiri, untuk meratapi kepergian neneknya. Dia memilih untuk tidak mengganggunya dan melangkah menuju kamar mereka.

Begitu masuk, ia duduk di tepi tempat tidur, membuka amplop yang tadi diberikan oleh art. Di dalamnya ada selembar surat bertuliskan tangan Nenek Ros. Dengan hati-hati, Akay membuka dan mulai membaca.

> Akay,

Terima kasih karena bersedia menikahi cucu Nenek, meskipun Nenek tahu pernikahan ini jauh dari kata sempurna. Nenek memaksamu, dan Nenek sadar itu salah, tapi hanya padamu Nenek bisa menitipkan Aylin.

Aylin tumbuh dalam kehilangan. Ayahnya pergi meninggalkan ibunya demi wanita lain. Tidak lama setelahnya, ibunya jatuh sakit dan meninggal. Sejak saat itu, Aylin kehilangan kepercayaannya pada laki-laki, pada cinta, dan pada pernikahan. Dia menjadi keras kepala, selalu berusaha menunjukkan bahwa dia tidak butuh siapa pun. Itu cara dia bertahan.

Nenek tahu dia tidak mudah diatur, dia bisa menyebalkan, dan mungkin dia akan membuatmu frustrasi. Tapi, Akay, dia juga gadis yang baik. Jika kau bersabar dan mencoba mengenalnya lebih dalam, kau akan melihat hatinya yang sebenarnya.

Nenek tidak meminta banyak darimu. Nenek hanya ingin kau menjaga Aylin. Jangan meninggalkannya seperti ayahnya dulu. Jangan biarkan dia semakin percaya bahwa semua pria akan menghancurkan hidupnya. Jika suatu hari kau ingin berpisah dengannya, pastikan itu bukan karena keegoisan atau ketidaksabaran.

Sekali lagi, Nenek titipkan dia padamu. Jaga dia, bukan sebagai kewajiban, tapi karena dia pantas mendapatkan seseorang yang bisa melindunginya.

Rosalia

...🌟🌟🌟...

..."Hati yang terluka membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk sembuh. Jangan menyerah sebelum kau melihat keindahannya." "...

...Jangan pernah meninggalkan dia yang rapuh, karena mungkin kaulah satu-satunya harapan yang mereka miliki."...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

ternyata itu penyebab Aylin menjadi sosok gadis badung dan susah untuk diatur . karena ulah ayahnya yang telah meninggalkan ibunya hanya karena seorang wanita .

sadarlah Aylin.... tidak semua laki-laki bejat , egois , dan mata keranjang yang suka selingkuh . akan kamu buktikan nantinya pada Akay .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-02-26

3

Fadillah Ahmad

Fadillah Ahmad

Ayo Akay,bawahlah Istrimu ke ibukota,dan perkenalkan Ia dengan Andi serta Rayyan,Akay. Dan jangan lupa kenalkan juga Sama Zayn dan Khaira juga loh Akay. 😁😁😁

2025-02-26

2

Fadillah Ahmad

Fadillah Ahmad

Siapa Tahu kan Bisa berteman dengan Khaira kan,menjadi Sahabat juga,selain Cempaka kan apa salahnya Akay. Aku Yakin Cempaka pasti juga menerima Aylin. 😁😁😁

2025-02-26

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!