18. Insiden Handuk

Aylin masih sibuk menenangkan dirinya di atas ranjang saat matanya menangkap sesuatu yang membuat alisnya berkerut. Akay sedang berdiri di depan salah satu lemarinya, membuka pintu dengan santai, lalu mengulurkan tangan untuk mengambil pakaian.

Tunggu… Itu ‘kan lemarinya?

Aylin mengerutkan kening, matanya memerhatikan dengan lebih teliti. Baru kali ini ia sadar kalau ada beberapa kemeja pria yang tergantung di sana. Juga beberapa celana panjang yang bukan miliknya.

Sejak kapan?

“Hei, sejak kapan bajumu ada di lemariku?” bentaknya, menunjuk lemari dengan ekspresi tidak terima.

Akay, yang baru saja mengambil kemeja, menoleh santai. “Sejak aku mulai tinggal di sini,” jawabnya tenang, seolah itu bukan masalah besar.

Aylin mendelik. “Terus siapa yang kasih izin? Ini ‘kan lemariku! Kamu nggak bisa seenaknya nyelipin baju di situ!”

Akay menutup pintu lemari dan berbalik, menatap Aylin dengan ekspresi datar. “Aku suamimu. Wajar kalau pakaian kita dicampur.”

Aylin tersedak udara. “Apa?! Siapa yang bilang? Aku nggak pernah setuju!”

Akay menghela napas, seolah kehabisan kesabaran menghadapi gadis kecil yang protes seperti anak-anak. “Aylin, kita tinggal di kamar yang sama. Lemari ini juga milikku.”

Aylin memutar bola matanya, lalu bangkit dari ranjang dan berjalan mendekat. “Nggak bisa! Aku nggak setuju! Pindahin bajumu ke lemari lain! Aku nggak mau bajumu campur sama pun—”

BRUK!

Gerakannya yang terlalu cepat membuatnya kehilangan keseimbangan. Refleks, ia meraih apa pun yang bisa dijangkau—dan sialnya, tangannya justru mencengkeram ujung handuk Akay.

Handuk itu melorot seketika.

Aylin membeku. Matanya membelalak lebar saat melihat Akay berdiri di sana… dengan handuk yang sudah melorot dan jatuh ke lantai.

Detik itu juga, otaknya seperti mogok bekerja.

Akay terdiam, menatap handuk yang kini tergeletak di kakinya, sebelum akhirnya menatap gadis itu dengan ekspresi yang sulit ditebak. Aylin juga masih ternganga, sebelum akhirnya…

“KYYYYYAAAAAA!!!”

Aylin buru-buru membalikkan badan, menutup wajahnya dengan kedua tangan, lalu merangkak ke sisi ranjang menjauh dari suaminya. “AKAY! PAKAI BAJUMU!!!”

Aylin tak pernah menyangka akan melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat seumur hidup. "Astaga... segede itu?!" Otaknya langsung panas, buru-buru ia menggeleng, mencoba menghapus bayangan yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Tapi semakin ia berusaha melupakan, justru makin jelas!

Alih-alih panik atau bergegas mengenakan sesuatu, Akay justru melangkah mendekat dengan santai. “Kau yang menariknya, Aylin. Apa itu artinya kau mulai menginginkan hakmu sebagai istri?” suaranya terdengar rendah, berbahaya.

Aylin semakin merapatkan kedua tangannya di wajah, jantungnya berdegup kencang. “AKU NGGAK MAU DENGAR! CEPAT PAKAI BAJU! DASAR MESUM!”

Akay tertawa pelan, lalu menunduk mendekatkan wajahnya ke telinga Aylin. “Kalau kau malu, tutup matamu saja. Tapi, kalau kau penasaran, boleh mengintip sedikit…Atau...kalau mau lihat, aku juga nggak akan rugi," bisiknya menggoda.

Aylin langsung mengambil bantal dan melemparkannya ke belakang tanpa berani menoleh, apalagi melihat. “DIAM KAU!!!”

Akay akhirnya mengalah, mengambil kembali handuknya dan mengikatkannya di pinggang. “Hmmm… Kau harus mulai membiasakan diri, Ayang. Karena cepat atau lambat, aku juga harus menunaikan kewajibanku sebagai suami.”

Aylin mendelik kesal, pipinya sudah merah padam. “JANGAN NGOMONG SEMBARANGAN, DASAR AKAY MESUM!”

Aylin hanya bisa menggigit bibirnya, menahan malu dan gemas. Sedangkan Akay hanya tersenyum puas sebelum akhirnya mengenakan pakaiannya dengan santai, menikmati setiap reaksi istrinya yang semakin membuatnya gemas. Seolah insiden barusan sama sekali tidak terjadi.

***

Di meja makan, aroma masakan memenuhi ruangan. Mbok Inem dengan cekatan menata hidangan, sementara Aylin duduk di kursinya dengan tangan terlipat di dada, masih mendengus kesal karena kejadiannya tadi.

Akay duduk di seberangnya, menyendok nasi dengan santai, tapi sudut bibirnya melengkung nakal. "Kenapa cemberut? Makan, nanti tambah pendek."

Aylin melotot. "Aku nggak pendek!"

Akay mengangguk pelan, seolah menyetujui. "Iya, iya... mungil."

"AKAY!" Aylin hampir saja melempar sendoknya kalau saja Mbok Inem tidak menyela.

"Sudah, Non, makan dulu. Makanan enak ini sayang kalau keburu dingin."

Di saat suasana mulai tenang, Mira, yang sejak tadi berdiri di dekat Akay, mencoba mencari perhatian. "Tuan Akay, ini sayurnya saya ambilin, ya." Dengan gerakan yang dibuat-buat anggun, ia meraih sendok sayur dan dengan sengaja mendekatkan diri ke Akay.

Aylin, yang awalnya sibuk dengan piringnya, spontan menoleh. Matanya menyipit melihat Mira berdiri terlalu dekat dengan suaminya, senyum manisnya dibuat-buat, dan cara bicaranya terasa lebih lembut dari biasanya.

"Kenapa dia harus sok perhatian begitu?" batin Aylin kesal.

Aylin tidak mengerti kenapa tiba-tiba dadanya terasa panas melihat Mira dengan bebas berusaha menarik perhatian Akay. Dan sebelum otaknya bisa memproses lebih jauh, tangannya sudah lebih dulu bergerak.

"Nih!" Aylin dengan cepat menyambar sendok sayur dan dengan ekspresi polos—yang justru berbahaya—menyendokkan sayur ke piring Akay dengan semangat berlebihan.

Mira terhenti, sedikit terkejut. Akay melirik ke arah piringnya yang kini hampir penuh dengan sayur, lalu tatapannya beralih pada Aylin yang memasang wajah tanpa dosa.

Mbok inem mengulum senyum. "Non Aylin cemburu?" gumamnya dalam hati.

Sementara itu, Aylin mendadak tersadar.

"Tunggu dulu... Kenapa juga aku buru-buru mengambilkan sayur buat dia?! Dan kenapa aku merasa nggak suka lihat Mira caper sama Akay?!"

Sebelum ia bisa memikirkan jawabannya, suara Akay membuatnya semakin panas.

"Hmm... disuapin sekalian, nggak?" godanya dengan nada tenang tapi penuh arti.

Aylin langsung tersedak udara. "Kamu—"

Mbok Inem buru-buru menahan tawa dan berdeham. "Aduh, Non, hati-hati makannya."

Sementara itu, Mira menggigit bibir bawahnya dengan kesal, merasa tidak dianggap.

Akay kembali menyendok makanannya, tapi kali ini dengan senyum tipis yang tak bisa disembunyikan. "Kamu ini, Aylin... gampang banget naik darah."

Aylin mendengus kesal, menyesali refleks bodohnya barusan. Sedangkan Akay? Dia jelas menikmati kecemburuan kecil istrinya.

***

Aylin berdiri di depan ranjang dengan tangan bertolak pinggang, matanya menatap Akay dengan kesal. "Keluar! Tidur di kamar lain!" perintahnya tegas.

Akay, yang sudah bersiap merebahkan diri di tempat tidur, hanya melirik santai. "Yakin?" tanyanya dengan nada malas, seolah tak benar-benar menganggap serius perintah Aylin.

"Tentu saja! Ini kamarku!"

Pria itu menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, menatap Aylin dengan tatapan menggoda. "Baiklah..." katanya, bangkit dengan santai, lalu berjalan menuju pintu. Namun, sebelum ia membuka pintu, ia berhenti sejenak dan menoleh ke arah Aylin dengan ekspresi penuh arti.

"Kamu yakin ingin aku tidur di kamar lain?" ulangnya, kali ini dengan nada lebih rendah. "Bagaimana kalau Mira tiba-tiba masuk ke kamarku malam-malam?"

Aylin mengerutkan kening. "Maksudmu?"

Akay menyeringai kecil, menikmati perubahan ekspresi istrinya. "Ya, kamu tahu sendiri, 'kan? Mira selalu mencari kesempatan untuk dekat denganku. Kalau aku tidur di kamar lain, siapa yang bisa menjamin dia nggak akan mencoba sesuatu?"

Aylin menegang. "Mira nggak mungkin seberani itu!"

Akay mengangkat bahu santai. "Benarkah?" Ia berjalan pelan mendekati Aylin, membuat gadis itu tanpa sadar mundur sedikit. "Tadi saja dia hampir menempel waktu makan malam. Apa kamu yakin dia nggak akan coba hal lain kalau aku tidur sendirian?"

Aylin menggigit bibirnya. Pikirannya berputar. Ia memang tidak suka Mira yang selalu berusaha menarik perhatian Akay, dan sekarang membayangkan wanita itu punya kesempatan lebih banyak untuk menggoda suaminya membuatnya...

"Tunggu dulu. Kenapa aku peduli?!"

Aylin menggeleng, mencoba mengusir pikirannya sendiri. Namun, Akay tidak melewatkan perubahan ekspresinya. Ia bersandar pada kusen pintu dengan tangan terlipat di dada, menunggu keputusan istrinya.

Dengan mendengus kesal, Aylin akhirnya membuka suara, "Terserah! Tapi jangan tidur terlalu dekat denganku!"

Senyum kemenangan Akay langsung muncul. "Tentu, istri kecilku."

Aylin berbalik cepat, menyembunyikan wajahnya yang memerah, sementara Akay dengan santai kembali ke ranjang, menikmati momen kecil ini dengan penuh kepuasan.

Tapi...apa benar Akay akan menepati janjinya?

...🌟...

..."Cemburu hadir tanpa diundang, menyelinap dalam senyuman, bersembunyi di balik tawa, dan menggerogoti hati tanpa terasa."...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

oh tentu tidak.... Akay akan selalu mencari kesempatan untuk selalu dekat dengan Aylin istri kecilnya . si mulut cabe tentunya bisa dan ada saja alasan untuk menjahili istrinya yang cerewet , yang somplak , yang emosian tapi mudah baper kalau disanjung Akay .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-03-03

4

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Si Tumira jangan di kasih celah ,Aylin kamu menyadari kalo kamu itu cemburu...dan Akay sangat seneng menikmati kekeselanmu

2025-03-03

1

Marsiyah Minardi

Marsiyah Minardi

Baca part ini, aku jadi ketawa sendiri /Facepalm//Facepalm/
Ya ampun, kalian lucu sekali

2025-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
101 101. Disusupi
102 102. Nihil
103 103. Tertekan
104 104. Hanya Umpan
105 105. Akay - Genio
106 106. Komentar Menusuk
107 107. Tantangan
108 108. Tak Sendirian
109 109. Istri Badung
110 110. Menit-menit Menuju Balapan
111 111. Detik-detik Start
Episodes

Updated 111 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid
101
101. Disusupi
102
102. Nihil
103
103. Tertekan
104
104. Hanya Umpan
105
105. Akay - Genio
106
106. Komentar Menusuk
107
107. Tantangan
108
108. Tak Sendirian
109
109. Istri Badung
110
110. Menit-menit Menuju Balapan
111
111. Detik-detik Start

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!