Sang rembulan kembali pulang dan digantikan dengan mentari pagi yang sinarnya yang terang. Biasanya akan ada suara suara ayam berkokok setiap pagi jika aku berada dipulau Valentia. Ku lihat jam yang tergantung pada dinding. Pukul enam pagi.Dan ini masih sangat pagi mengingat Dublin adalah sebuah kota besar di Irlandia.
Aku merasakan badanku pegal ketika aku merasakan ada sesuatu yang menindihku. Rupanya Kaki Todh ada diatas badanku. Sungguh aku tak mengira Todh akan tidur disini dikamarku. Padahal semalam dia bilang sendiri kalo kita tidur terpisah kamar.
Ku lepaskan kaki Todh yang menimpa tubuhku. Setelah tadi malam kami habiskan dengan bercerita tentang keluargaku, pagi ini Todh nampak nyenyak dalam tidurnya. Siapa sangka kami menghabiskan waktu hingga pukul tiga pagi. Banyak Obrolan tentang masa kecil yang membuat kita bernostalgia dengan itu.
Dia menceritakan saat Kakek dan paman Jarlath mencariku dengan keras. Katanya tak pernah sekalipun Paman Jarlath menyerah, karena ia yakin suatu saat pasti dia akan menemukanku dan membawanya kesini. Dan Todh bilang Dia akan berdoa di katedral setiap seminggu sekali dengan Ibunya. Dan dari doanya itu, disinilah sekarang aku. Bisa bertemu dan bertatap muka langsung dengan Todh dan juga keluargaku.
Aku berjalan dan menutup tirai untuk menghalangi cahaya matahari masuk agar tidak menggangu tidur Todh. Selanjutnya aku menuju toilet untuk membersihkan diri. Itu adalah kebiasaan tiap pagi, bahwa aku harus mandi setiap bangun tidur. Mungkin karena berada ditempat baru aku jadi merasakan tidak bisa tidur nyenyak dari semalam. Padahal aku baru tidur tiga jam, tapi aku tidak mengantuk sama sekali.
Sesudah aku membersihkan diri, aku putuskan untuk berjalan-jalan disekitar paviliun Kakek. Aku berharap hari ini akan lebih baik dari kemarin. Semoga pertengkaran kemarin tidak berlanjut hari ini.
Hari masih terhitung pagi jika disini, suasana masih sepi meski kulihat banyak para maid yang mulai bekerja di jam ini. Banyak dari mereka menyapaku dan mulai menceritakan keadaan ketika aku masih kecil. Ternyata itu hanya pikiran ku saja yang mengira aku terbuang dan di sia-siakan keluargaku Karena mereka tak kunjung mencariku. Pertama kali datang kesini aku merasa aku adalah orang asing, tapi ternyata keadaan dirumah ini masih sama seperti dulu. Mereka masih sama menghormati dan memperhatikan ku.
Diparkiran aku bertemu dengan paman Jeano. Adik kedua dari Ayah kandungku. Dia adalah ayah dari Sheena dan Anya. Sekarang dia menduduki sebagai Direktur di perusahaan dan perhotelan Kakek menggantikan kedudukan Ayahku. Menurut kakek ia baru mendapatkan kan jabatan itu sekitar setahun yang lalu.Rupanya dia baru selesai berlari pagi. Kulihat dari wajahnya yang penuh peluh keringat dan bajunya yang basah karena nya.Tentu saja aku tersenyum melihatnya. Tetapi berbeda dengan nya. Dia memalingkan wajahnya dan kemudian berhenti tepat Seperti ingin memakan ku. Itu yang kurasakan.
"Kau jangan senang dulu Liam, meskipun Ayahku menyerahkan semua warisan nya padamu nanti, aku tidak akan membiarkan nya. Dan aku akan tetap menghalangimu melakukan hal itu, meskipun dengan beribu cara aku pasti akan membuatmu pergi dari sini, karena yang pantas berada disana adalah Keluarga. Sudah tidak ada hubungan darah diantara kita karena Kakak ku ataupun Ayahmu telah mati.Kau hanya orang baru disini Liam, Pengaruh mu tidak ada artinya". ucapnya padaku.
"Silahkan paman, Aku datang kesini tanpa alasan apapun. Aku tidak butuh warisan kakek, karena yang ku butuhkan adalah keluarga". Jawabku.
"Omong kosong dengan keluarga". Ucap paman Jeano padaku.
"Aku berbicara jujur paman, selama ini aku hidup sendirian paman, aku merindukan keluarga ". Balasku..
"Dia dunia ini tidak ada orang yang tidak menyukai Liam, aku sudah tau maksud terselubung mu itu". Bentar Paman Jeano.
"Terserah paman untuk mempercayai ucapanku tidak, Karena sekalian aku bersujud padamu untuk memastikan kebenaran yang ku bicarakan paman tetap tidak akan Sudi menerima penjelasanku kalo dari dulu memang paman selalu melihat diriku dengan sisi negatif yang paman punyai itu". Jelasku pada Paman Jeano.
Aku melanjutkan ucapanku ketika paman hendak berjalan kembali. Dia tidak menghiraukan ku. " Aku tidak punya maksud lain paman, tolong percayalah padaku.
Dia Berjalan meninggalku disana. Aku berdiri mematung. Menatap nya berjalan meninggalkanku. Sepertinya ini bukan hal baik di pagi ini.
Aku pun mulai beranjak. Aku berjalan masuk kedalam paviliun utama untuk melihat keadaan kakek ku. Disana kakek sedang memberi makan ikan-ikan dalam aquarium. Ia nampak bercengkrama dengan para ikan. Tentu saja itu adalah pikiran ku karena yang kulihat ia begitu perhatian kepada ikan-ikan nya.
"Selamat pagi kakek, apakah tidurmu nyenyak?" . Tanyaku pada Kakek.
" Selamat pagi Liam, Tidur kakek sangat nyenyak karena kau ada disini Liam, bagaimana denganmu?apa kau betah tinggal disini?". jawabnya.
"Tidurku nyenyak kek, semalam aku dan Todh bercengkrama tentang rumah ini kek". Ja aku pada kakek.
"Semoga yang diceritakan Todh adalah hal baik yah. Kau sudah sarapan belum?". Kakek mau makan". Tanya kakek ku
"Belum kek, ayo kita sarapan bersama kek". Jawabku pada kakek.
Aku mengajak kakek ku ke meja makan. Disana sudah banyak makanan yang tersedia. Aku melihat sisi kanan dan kiri ku.
" Kau mencari siapa Liam, kalo kau mencari paman-paman mu, mereka masih tidur dan akan bangun pukul sepuluh. Aku biasa sarapan sendiri an" . Ucap kakekku.
Tak ku kira ternyata selama ini kakek merasa kesepian. Ku kira dengan memiliki keluarga mereka semua dapat melakukan hal bersama. Keadaan kakek lebih buruk dari yang ku kira ternyata.
"Kakek sudah tua Liam, siapa yang mau bercengkrama dengan kakek, tidak ada yang seperti kau Liam". Ucap kakek ku lagi.
"Kalo kakek membutuhkan teman untuk makan, kakek bisa menghubungi. Aku pasti akan datang'. Jawabku pada kakek.
"Kenapa kau tidak tinggal disini saja Liam, ini juga rumahmu". Balas kakekku.
"hmm... bagaimana yah kek. Aku merasa rikuh untuk tinggal disini, maksudnya bukan karena aku tidak suka kakek, Aku hanya perlu waktu beradaptasi kek". Jelas ku pada kakek.
"Terserah kau Liam, itu keputusan mu. Semoga itu yg terbaik untukmu'. Jawab kakekku.
Kami pun melanjutkan sarapan kami , tanpa berbincang lagi. Ku lihat kakek terbatuk-batuk. Hingga Kuputuskan untuk mengambilkan nya air namun sudah ada Anta yang memberikan air minum pada kakek. Aku sungguh lega, Akhirnya Batuk kakeh berhenti.
"Dasar lelet". Ucap Anya ketus.
"Sudah Anya, Liam juga tadi berniat memberikan kakek minum namun kamu yang memberikan ku minum duluan". Jawab kakek.
Aku hanya tersenyum. Ada saja tingkah Anya yang membuat kami berdua ribut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments