BAB 5 SELF-DISCOVERY

Rasa Dingin mulai menyesap didalam tubuhku, Ayam berkokok mulai saling bersahutan satu sama lain. Itu sebagai pertanda hari sudah mulai pagi. Keadaan dipulau ku memang berbeda dengan daerah lain, setiap pagi ditandai dengan rasa dingin yang begitu kentara berbeda dengan cuaca siang hari yang terasa panas.

Setelah selesai membereskan tempat tidurku, Kuputuskan untuk mengambil handuk dan membersihkan diri. Setelah selesai mandi dan berpakaian , aku menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk kami. Piket pekerjaan dapur sesuai yang bangun tidur, maka ia terlebih dahulu lah yang memasak.

Rupanya ayahku sudah duluan ke dapur. Ia selalu bangun pagi. Sekitar pukul lima pasti ia sudah wangi dan bersih. Ku lihat ia sedang menunggu roti matang dalam mesin panggang dan tidak lupa ia juga menyiapkan susu. Ia terkenal dengan kegesitannya dalam bekerja. Ia tak pernah meminta bantuanku sebelum ia benar-benar tidak bisa melakukan nya.

Rotinya sudah mulai matang kentara dengan bunyinya yang lantang. Ketika dia merasa diperhatikan, ia langsung menghentikan pekerjaan. Kemudian ia menoleh kepadaku. Ia pun berkata "nak, sudah lama kau disitu, lekaslah kesini bantu ayah menyiapkan meja". Perintah ayahku.

Dia melanjutkan kan pekerjaan nya membuat selai untuk kami sarapan. Biasanya ia mencampur selai asli dengan potongan kacang ataupun buah, seperti stroberi atau buah lainnya yang ia beli ketika mengantarkan ikan dipasar domestik. Tak jarang juga ada penyewa perahu yang baik hati memberikan buah untuk kami.

"Baik Ayah". Aku pun melakukan perintah nya. Sesudah aku menyiapkan peralatan makan aku menyiapkan segelas air putih untuk kami. Tak lupa aku membuatkan kopi favorit nya. Kopi hitam yang kutambahi dengan daun mint. "Apa ada hal lain yang bisa ku bantu lagi Ayah?". Tanya ku lagi.

"Ada Lian, kemarin paman Aiden memberikan ayah cumi kering, katanya kau sekali dengannya. Kemarin seperti nya Ayah taruh di atas rak. Minta tolong ambilkan di rak samping Lemari es yah". Ucap Ayah.

"Yang plastik hitam ini kan yah ". Aku menunjukkan padanya satu plastik hitam yang isinya dapat ku ketahui dari baunya.

ia menoleh padaku sambil Iyah menaruh satu gelas susu diatas meja. " Iyah benar Liam, sekarang cepet lah kesini, kita makan bersama".

"Iyah ayah", balasku.

kami pun menyantap sarapan kami. kebiasaan kami adalah makan dengan diam tanpa percakapan. Entah, rasanya kami menjadi canggung sejak 1 tahun terakhir. Tapi hal ini membuat ku merasakan kecanggungan. Akhirnya aku memecahkan keheningan ini dengan sebuah percakapan. "Ucapkan terimakasih ku pada paman Aiden Ayah, bilang padanya besok akan ku buatkan ia Kopi racik andalanku". Aku pun tersenyum sambil memakan cumi kering kesukaan ku.

Tahun ini adalah tahun terakhir ketika aku membuat perjanjian dengan keluarga ayah kandungku. Dulu ketika mereka menanyaiku tentang aku yang harus kembali ke keluarga kandungku atau harus memilih tinggal bersama ayah angkatku, dengan tegas aku memilih untuk tetap tinggal menemani ayah angkatku disini. Jika kuingat ekspresi ayah angkatku saat itu adalah lega, ia merasa aku akan pergi meninggalkannya setelah keluarga kandungku menjemput disini, di Pulau Valentia.

Entah lah, saat itu aku merasakan sedikit kekhawatiran tentang keluarga kandungku. Ada benteng yang membuatku tidak boleh mendekatinya. Aku lebih nyaman dan bahagia bersama dengan keluarga baru ku ini. Kulihat ada gejolak penolakan dari pihak keluarga ayah kandungku, mereka tetap berusaha membawaku pergi dari sini. Mereka memberikan kelonggaran kepadaku sampai dengan aku masuk perguruan tinggi.Saat dewasa membuatku cukup untuk membuat keputusan sendiri.

Aku tau itu seperti cambuk bagiku, karena disaat keluarga kandungku datang menjemputku seharusnya aku menerima nya. Tanpaku harus merepotkan ayah angkatku untuk memenuhi semua biaya kehidupanku lagi, meskipun keluarga ayah kandungku akan mengirimkan uang pada ku setiap bulan sekali sebagai biaya hidupku disini. Ku lihat ayah kandungku merasa lega akan keputusan yang aku buat. Sekilas senyum nya berkembang. Aku merasa bahagia karena kehadiran ku sangat diterima olehnya.

"Ayah, tiga bulan lagi aku akan melaksanakan ujian masuk perguruan tinggi, bolehkah aku memilih tinggal didaerah dekat sekolahku?" tanyaku setelah menyelesaikan kunyahan terakhir roti panggangku.

Dia menghentikan kunyahan nya, dengan cara dia menatap ku, aku yakin dia merasa kecewa padaku.

Dia pun menjawab "Ayah tidak keberatan nak, silahkan gapai cita-cita mu, Ayah hanya bisa membantu doa saja untukmu ".

"Terimakasih Ayah, ku harap ayah tidak berpikir ini cara untukku untuk pergi darimu. Sungguh ayah, aku sangat menyayangi mu dan lebih memilih menghabiskan sisa hidupku disini bersama mu". Jawabku.

"Ayah tidak mengapa nak, selama kau bahagia ayah tidak akan pernah melarangmu untuk tinggal dengan siapapun yang kau pilih. Asalkan kau selalu memberikan kabarmu kepada keluarga kandungmu. Ayah yakin mereka juga sama seperti ku yang sayang dan perduli pada mu". jawab Ayah.

Aku pun menjawab" Pasti ayah, aku pasti akan sering bertukar kabar dengan mereka. Seminggu lagi akan ku urus kepindahan ku yah".

"Iyah nak, kau pindah juga untuk belajar bukan untuk pergi dariku". Dia pun melanjutkan ucapannya.

"Jangan lupakan bahwa kau harus menentukan pilihan mu nak, semoga keputusan yang kau ambil adalah sesuatu hal yang terbaik untuk hidupmu nanti". Ayah berkata.

Rasanya aku merasakan getaran yang berbeda didiriku. Antara tega meninggalkan nya atau menetap disini dan melupakan keluarga kandungku. Inilah saat aku harus mempertanyakan keberadaanku, bagaimana ayah dan ibu kandung ku dulu, apakah benar mereka tidak terselamatkan pada kejadian itu. Ataukah ada sesuatu lain yang mengharuskan aku harus tinggal bersama keluarga kandungku. Sungguh memikirkan hal itu membuatku tidak bisa berpikir jernih. Aku melamun lagi. Dan tersadar saat ayah membelai punggung ku.

"Jangan terlalu dipikirkan kan, jalani kehidupan masa sekarang dulu, dan masa depan akan mengikuti nya". Begitu kata Ayahku.

Setelah membereskan dan mencuci perlengkapan sarapan kami. Aku pamit untuk berangkat ke sekolah. Tidak lupa aku menyiapkan beberapa keperluan nya ditempat penyewaan nanti.

Aku berpamitan padanya dan berjanji akan pulang sedikit terlambat dari biasanya dikategorikan aku hari ini akan melihat-lihat daerah kostan yang akan ku tinggali.

Ayahku membawa bekal yang telah ku siapkan di atas meja. Biasanya ia akan membawanya beserta kopi yang tadi pagi ke seduh. Keseharian nya sangat monoton. Dari pagi hingga petang ia berada di tempat penyewaan perahu dan pukul enam ia akan kembali ke rumah.

Aku menyalakan motor ku dengan laju yang cukup pelan. Didepan sana pasti aku akan menemukan orang-orang yang akan menyapaku. Banyak darinya ada pelanggan-pelanggan setia penyewa perahu Ayah angkatku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!