CHAPTER 19 CLINGY

Sesampainya diruangan yang menurutku sangat mencekam, Aku tak menemukan kakek ku disana. Mungkin Beliau sudah berpindah ke kamar nya. Diruangan itu masih banyak sanak keluarga ku yang lainnya . Paman Jarlath menghampiriku dan berkata "Liam, malam sudah larut, sebaiknya kau menginap disini, dan temani kakek mu?"

Banyak mata yang memandangku, aku dibuat merinding melihat nya, tak terkecuali Anya yang menatapku penuh selidik. Aku Bingung antara mengiyakan atau langsung pulang karena menurut ku aku bisa mati kutu disini. Aku diam tak dapat merespon. Hingga Todh merangkul ku.

"Menginap disini saja Liam, Paviliun belakang biasa digunakan aku dan yang lainnya menginap. Nanti kita sekamar, bagaimana menurut mu atau kau mau pulang ke rumah kami?" Tanya Todh padaku. Paman Jarlath pun menimpali "Benar apa kata Todh, Asal kau tau Liam, Todh tak biasanya mau menginap disini sejak ia berusia lima belas tahun" Ujar Ayah Todh diselingi senyum nya.

"Hmm... Baiklah jika memang begitu. Aku akan menginap hari ini". Jawabku.

Kakek dan Paman Jarlath tersenyum mendengar keputusan ku. Seperti halnya Todh, aku pun merangkul nya bergantian.

" Baiklah anak-anak, karena hari sudah malam, sekarang saatnya kita istirahat ". Ujar Paman Jarlath.

Kami pun berjalan menuju tempat Istirahat kami masing-masing. Para orang tua bermalam di Paviliun Utama seperti Kakek, sedangkan kami para anak muda menginap di Paviliun belakang.

Paman Jarlath mengantar kan kakek menuju kabar nya, terdengar suara tawa kakek yang lembut. Aku pun berlalu mengikuti langkah Todh.

Ayah Todh menyuruh Jerry dan Jack mengantar kami. Kami berjalan sekitar 800m dari Paviliun utama. Ada sekitar tiga Maid yang membantu membersihkan Paviliun belakang. Mereka menyiapkan lima Kamar untuk kami, tiga dikamar atas, dan 2 dikamar bawah. Semua isinya hampir sama dengan Paviliun utama. Kami para laki-laki menempati kamar bawah, dan 3 sodara perempuanku menempati kamar atas.

Setelah salah satu maid berbicara pada Jerry, Jerry dan Jack mempersilahkan kami memasuki tempat tidur kami masing-masing. Aku dan Todh akhirnya memutuskan untuk menempati kamar kami masing yang telah disediakan.

Kamarnya luas, hampir tiga kali lipat dari kamar dikostan ku. Ada kamar mandi dalam didalam nya. Kamar ini dicat berwarna biru. Banyak ornamen dan Mainan anak kecil terpasang di dinding. Konon kamar ini adalah kamarku sejak kecil, Mereka masih merawat dan membersihkan. Jerry menceritakan hal ini padaku sebelum pergi meninggalkan kami berdua disini.

Aku memutuskan untuk merebahkan diriku diatas tempat tidur, ku buka ponselku untuk memberikan kabar kepada Ayahku bahwa aku akan menginap disini.

"hmm... rasanya aku lapar, tadi aku tidak sempat makan apapun disana karena sibuk mengejar Sheena". Gumamku.

Kuputuskan untuk menuju dapur. Tapi sebelum itu aku menuju kamar Todh untuk menawarkan apakah ia mau ku buatkan makanan atau tidak. Dia pun menggeleng dan melanjutkan bermain ponsel.

semoga saja ada mie instan atau makanan sempat saji apapun untuk mengganjal perutku sampai esok hari. Rasanya tidak sanggup jika aku kelaparan sampai pagi

"Untung saja, ada mie instan, setidaknya malam ini kau tidak kelaparan Liam". Gumamku bahagia.

Setelah mie instan itu matang, Aku membawa nya menuju taman belakang, takut bau mie instan ini menyebar ke seluruh ruangan karena rumah ini dalam keadaan ber-Ac. Kusantap mie ku dengan tenang sambil melihat bintang di Langit. Berpikir apakah Ayah dan Ibu akan senang jika aku menuruti semua perintah kakek." Aku akan mencoba nya ayah, doakan aku". Ucapku dalam hati.

Saat hendak membawa mangkuk bekas mie ku ke dapur, kulihat ada seseorang berdiri didepan lemari es. Itu Anya. Rupanya dia seperti ku, kelaparan dimalam hari. Ku letakkan wadah mie ku di wastafel dan mencucinya.

Ia hanya melihatku, dan terus memandang ku sampai aku selesai membersihkan mangkukku.

"Kenapa?". Itu pertanyaan ku.

"Aku Lapar, bisakah kau membuatkan ku mie juga?". Pintanya memelas.

"Manja banget, kejar-kejaran sama polisi bisa, bikin mie aja engga bisa". Ledekku padanya.

"Kalo aja aku bisa bikin sendiri, engga akan aku minta bantuan mu, Bibi kan sudah tidur, engga enak juga jika kubangunkan hanya sekedar untuk membuatkanku makanan". Ucapnya.

"Kalo engga mau bantu engga usah nyinyir dong ". Lanjut Anya.

Anya berlalu meninggalkan ku didapur dengan kaki yang dihentakan seperti anak kecil yang merajuk. Lucu sekali dia. Aku menarik tangan nya. Dia menatap ku curiga dan melepas cekalan tanganku.

"Apa lagi sih, Aku mau ke kamar". Jelas Anya lagi.

'Katanya tadi lapar, kalo mau aku bikinkan mie seharusnya kau bersikap manis padaku dong". Jelasku.

"males banget kek gitu, mending aku kelaparan aja ". Dia menjulurkan lidahnya didepanku.

"Bener engga mau nih?". Tawar ku lagi.

"Kalo disuruh baik ke kamu, males banget aku". Balas Anya lagi.

"kan cuma kek gt, masa engga bisa?" . Tanya ku pada Anya.

"Manusia paling clingy". Jawab Anya.

"hm...yang ngomong lebih clingy". Gurauku pada Anya.

"Baiklah, Tuan Liam yang ganteng, bisakah Anda membuatku perempuan cantik ini mie? kasihan banget ini, kelaparan malam-malam". Ucap Anya penuh memelas.

Aku pun tertawa dibuatnya. "Manis sekali Any". Gumamku dalam hati.

" Siap...Nona cantik. Mie nya akan ku buat dengan cantik seperti pemesanan nya dan mie nya akan kuantarkan sebentar lagi".

Jawabku.

Ia tersenyum dan meninggalkan ku menuju taman belakang. Aku pun berlanjut membuatkannya mie. Setelah lima menit mie nya sudah jadi, aku pun mengantarkan mie nya kepada Anya. Tampak matanya yang berbinar setelah menerima mie buatan ku.

Rasanya seperti melihat anak kecil yang diberi permen oleh Ayahnya. Aku pun ikut tersenyum melihat nya.

Selagi Anya memakan mie nya, aku membuka ponselku karena sedari tadi ia bergetar terus menerus. Rupanya Todh menelepon. Aku meminta Anya untuk diam terlebih dahulu agar aku dapat mengangkat panggilan Todh di Ponsel.

" Haloo...Iya Todh. Kenapa?" Tanyaku pada Todh.

"Dimana Liam, Aku sekarang dikamarmu, tapi kosong". Tanya Todh diseberang sana.

"Aku lapar dan sekarang aku sedang makan mie, sebentar lagi aku akan ke kamar setelah membereskan dapur". Jawabku.

"Okey, aku tunggu. Tapi bisakah kau ambilkan aku sebotol air dingin". Pinta Todh.

"Okey, nanti akan kubawakan Todh". Jawabku. Aku langsung mematikan Ponselku dan menaruhnya kembali disaku kemejaku.

Aku mengatakan pada Anya bahwa Todh sedang dikamarku. Aku menyudahi obrolan kami. Aku pun meninggalkan nya ditaman.

Tapi sebelum aku mulai menjauh Kudengar Anya mengatakan terima kasih, meskipun dengan suara kecil. Aku masih mendengar nya. Aku pun melanjutkan kan langkah menuju kamarku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!