CHAPTER 17 CHOICE

Kakekku terlihat sangat rapuh ketika aku menjumpai nya dikamar, Dari Raut wajahnya ada rasa penyesalan yang dapat ku lihat. Ia hanya bisa menangis dan memelukku dengan erat. Ia mengusap punggung ku dengan halus dan tangisannya yang pelan hingga kemeja yang ku pakai basah karena nya.

Dia meminta maaf karena membuat bajuku basah. Lagi-lagi ia menangis. Aku diam dan berusaha melakukan langkah apa pun agar ia berhenti menangis. Akhirnya aku memeluk nya, berusaha menetralkan perasaan nya agar tidak menangis tersedu-sedu seperti ini. Sudah hampir lima menit ia masih dalam posisinya seperti ini.

" Sudah kakek, jangan terus menangis, aku sudah disini menemui mu" . Ujarku pelan.

Aku masih mengusap dengan halus punggung yang sudah renta itu. Ia pun melepaskan pelukan ku. Beralih menatap wajahku. Dia menangkap wajahku dan berkata " Wajahmu sungguh mirip dengan Ayahmu Liam. Maafkan Kakek yah, karena membuat kamu hidup sendirian tanpa orang tua. Andai dulu kakek tidak mengijinkan ayahmu berlayar, ini semua tidak akan terjadi ". Ucapnya seraya menangis. Kali ini lirih. Seperti nya dia sangat kesakitan mengatakan nya.

Dia melanjutkan ucapannya. "Dia pasti masih disini Liam, Keluarga kita pasti masih lengkap".

"Ini semua sudah takdir kakek, kita hanya bisa mendoakan semoga ayah dan ibu bahagia diatas sana, kalo kakek tidak mengikhlaskan nya ayah dan ibu akan terus kepikiran kakek disini". Jelasku.

"Tapi harimu pasti berat Liam, kau jauh disana tanpa mau menerima bantuan kami sepeserpun, Apa kau tak kekurangan apapun disana Liam?, sungguh kakek sedih memikirkan hal itu" Tanya kakek ku.

"Aku tidak kekurangan suatu apapun kek, Ayah angkat ku sangat baik padaku. Semua hal tercukupi karena dia bekerja keras memenuhi kehidupanku disana. Bahkan sekarang aku sedang kuliah di biayai olehnya. Kakek jangan khawatir nya, aku hidup seperti orang lain kek, penduduk di sana sangat baik padaku". Terangku pada kakek.

"Syukurlah jika Ia baik padamu nak. Beruntung nya kau memiliki dia yang sangat menyayangi mu. Terus sekarang kau tinggal dimana Liam? bukankah Dublin jauh dari rumahmu". Tanyanya lagi.

"Sekarang aku tinggal di kostan kek. Aku menyewanya disini. Karena di pulau Valentia tidak ada kampus yang kuminati jadi Kuputuskan untuk kuliah di kota Dublin ini sendirian". Jelasku.

"Kenapa kau tinggal di kostan, padahal kau punya rumah disini. Rumah ini juga rumahmu nak. Rumah ini selalu terbuka untuk mu Liam. Rumah ayahmu juga Rumahmu, kau harus ingat itu". Jelas kakek padaku.

"Aku tidak ingin merepotkan mu kakek, sudah cukup kakek mengirimi kami biaya sekolah setiap bulan. Aku tidak mau membebanimu lagi kek, karena sekarang ada ayah angkatku yang membiayai ku. Keadaan kami tidak seperti dulu, sekarang perahu ayahku bertambah banyak sehingga penghasilan harian yang diterima ayahku dari menyewakan perahu sedikit lebih banyak, makanya sekarang aku bisa kuliah dan berusaha mandiri disini". Jawabku dengan tegas.

"Siapa bilang kau merepotkan ku. Kau cucuku. Sudah sepatutnya aku membiayai kehidupanmu, karena orang tua mu yang telah tiada. Justru jika kau menjauh nanti aku yang seharusnya nya meminta maaf. Aku sudah berjanji akan menjaga mu pada mendiang kedua orang tuamu. Anakku ini Ayahmu Liam. Sudah seharusnya kau ku jaga Liam " Jawab kakek lagi.

Usai mengungkapkan isi hatinya. Ia memanggil Jerry dan menyuruhnya untuk membantu nya naik ke kursi Roda. Rupanya kakekku ingin kami semua berkumpul diruang keluarga. Aku mengikuti nya langkahnya yang kali ini didorong oleh Jerry.

Sedangkan Jerry menyuruh Jack Untuk memanggil semua anggota keluarga lainnya untuk berkumpul menemui kakek. Ternyata kakek juga mengundang dua orang Notaris di pertemuan ini

Sesampainya di ruang keluarga aku diperintahkan duduk disamping kakek. Kulihat mereka berbondong-bondong mulai memasuki rumah. Semua orang masuk mengikuti kami. Mereka duduk dikursi yang sudah disiapkan oleh Jerry dan jack. Tidak lama dari itu dua seorang notaris datang kerumah kami. Mereka duduk disamping kakek dan aku. kemudian kakek memanggil notaris kepercayaan nya itu untuk menulis apa yang akan diucapkannya nanti. Kami semua terkejut akan hal ini.

Aku diam mengamati beberapa paman-pamanku yang terlihat serius berbisik dengan istrinya. Tak lupa aku juga memperhatikan Todh dan anak-anak mereka. Mereka saling melirik satu sama lain. Aku membiarkan pikiran ku bercabang kemana-mana.

Kakek masih berbisik dengan Notaris itu. Cukup lama mereka melakukan hal itu. Mungkin sekitar sepuluh menit. Hingga Notaris itu berdiri dan membacakan keputusan yang Kakek buat. akhirnya sebuah keputusan yang membuat ku shock terdengar. Notaris membacakan beberapa wasiat yang kakek berikan tadi satu persatu. Aku diam tak bisa bergerak disana. Aku tersudut sendiri an. Semua mata beralih padaku. Setelah kakek mengatakan pada kami bahwa akulah orang yang akan memimpin perusahaan menggantikan beliau, dan rumah ini wajib ku tinggali selama aku masih hidup.

Semua aset seperti beberapa perusahaan dan hotel akan menjadi tanggung jawabku, senilai 70% saham akan menjadi milikku, dan semua nya akan dipindah tangankan padaku dalam jangka waktu satu bulan. Sedangkan paman-pamanku beserta keluarga nya hanya mendapat 15% saham dan beberapa toko yang kakek miliki. Dan yang semakin membuatku kaget adalah ketika ada perempuan dewasa lain maju dan membantah ucapan kakek. Ia berdiri tegas dan menatap nya nyalang bak memergoki seorang pencuri. Dia bertindak kurang sopan menurutku Dengan mengacungkan jari telunjuk nya ke arah kakek.

"Dia hanya pendatang di rumah ini kakek, kenapa semua warisan kakek jatuh ketangannya?, Kakek masih mempunyai anak dan cucu yang selalu disamping kakek sampai saat ini, Siapa dia yang baru datang kesini setelah sekian lama, Bukannya dari dulu dia sudah ditemukan, kenapa dia tidak datang dari dulu dan baru datang sebelum kakek mengumumkan siapa yang akan menggantikan jabatan kakek itu.". Ucap perempuan dewasa itu keras .

"Dia cucu laki-laki pertamaku, dan dia juga anak dari anak sulungku, meskipun orang tuanya telah tiada, dia berhak mendapatkan hak juga sama seperti mu Sheena". Bela kakekku.

Ia membanting guci dan gelas yang berada disampingnya nya dan berlalu seraya membentur bahuku dengan keras. Bisa dilihat jika dia sangat marah. Ia membanting pintu dan berlalu meninggalkan kami dalam ruangan. Dengan mulut nya berkomat kamit menyumpahiku dengan sumpah serapahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!