Gita dan Intan sedang istirahat dikamarnya. Tak lama kemudian Dimas mengetuk pintu. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WITA.
Tokk..tokk..tokk..
"Git, Gita. Keluar ayoo. Kita jalan jalan dipantai." Ucap Dimas.
"Eh, Pak Dimas. Gitanya lagi mandi dulu. Katanya nanti aja dia nyusul." Intan malu.
"Si Rama sama si Gita sama, kalau mau bepergian suka lama. Udah kita duluan aja yuk." Ajak Dimas
"Eh, gak apa kak. Aku tunggu Gita aja" Jawab Intan malu
"Udah, nunggu si Gita kelamaan. Ayo udah buruan" Dimas memaksa
"Eh, baiklah Pak" Jawab Intan Gugup
Dimas dan Intan berjalan menyusuri pantai. Angin semilir menambah indahnya pepohonan yang meliuk-liuk.
"Kamu udah lama kerja di Angkasa Grup?" Dimas membuka pertanyaan.
"Baru 3 tahun pak." Jawab Intan gugup
"Jangan panggil bapak dong, kita paling cuma beda beberapa tahun kan. Umurmu berapa?" Tanya Dimas
"27tahun pak"
"Aku juga 27tahun. Kamu bisa panggil Dim atau Dimas aja. "
"Baiklah, Pak, ehhh Dim"
Dimas mengajak Intan duduk ditepi pantai sambil menunggu Rama dan Gita yang masih belum selesai.
"Si Rama sama Gita lama bener dah. Masih pada ngapain sih mereka?" Kesal Dimas
"Gita tadi katanya pengen berendem dulu, abis airnya hangat, katanya" Jawab Intan
"Udah tau gue pengen makan seafood sekarang, malah ngelamain. Hadeuh!" Kesal Dimas
-Dilorong pintu kamar hotel-
Ruang kamar Gita dan Rama tidak jauh, hanya bersebrangan beda 2 kamar. Entah mereka sadari atau tidak ternyata mereka keluar dari kamar hampir bersamaan. Gita tak sadar, ternyata Rama telah memperhatikannya.
"Eh kak Rama, baru keluar jugaa rupanya." Sapa Gita gugup.
"Iya" Jawab Rama polos sambil meninggalkan Gita sendirian.
*Kenapa? Ada apa dengannya? Mengapa ia jadi dingin seperti ini padaku? Padahal aku sudah jelas memintanya agar bersikap biasa saja padaku. Mengapa rasanya sangat sakit sekali melihat perlakuan dinginnya? Mengapa aku seperti tak rela jika ia seperti itu. Oh, Tuhan. Jangan biarkan hatiku seperti ini. -Gita dalam hati-
Inikan yang kau inginkan? Memang sudah seharusnya aku seperti ini padanya. Agar aku mudah melupakannya dan ia pun membenci ku. Sifatku kemarin memang keterlaluan, aku khilaf dan tak tahu diri. Jika ini jalan kita, aku rela jika harus tidak mengenalmu lagi seperti dulu. Bukan ku tak mau bersikap sewajarnya padamu, aku takut hati ini tak bisa menjaga sikap. Aku takut hatiku terpincut lagi denganmu. Lebih baik aku seperti ini, agar aku bisa mengontrol sikapku padamu. -Rama dalam hati*-
Gita tak menyangka Rama akan seperti ini padanya. Untuk apa ia menyuruh Gita berangkat kesini kalau disini ia malah dicuekkan. Gita melihat Rama dari belakang, tubuhnya yang tinggi dan punggungnya yang tegak memang menambah aura ketampanan Rama. Gita sangat ingin memeluk tubuh itu. Tapi apalah dayanya, mungkinkah kisah cintanya akan seperti judul lagu kasih tak sampai?
Rama ingin sekali menoleh ke belakang. Ingin sekali mengajak Gita dan merangkulnya. Tapi ego nya sudah menguasai pikirannya. Biarkanlah aku menjauhinya, dan dia pun akan menjauhiku.
Akhirnya, mereka telah sampai di restoran seafood pinggir pantai. Dimas yang sudah kelaparan dari tadi segera memesan makanan kesukaannya. Rama pun melihat-lihat menu yang ada. Gita tampak tak semangat. Hatinya lesu serasa tak ada semangat. Intan yang kegirangan tak menghiraukan kesedihan temannya, ia sibuk dengan menu yang ada di dalam daftar.
Setengah jam kurang lebih mereka menunggu, akhirnya makanan telah tiba. Mereka menyantap hidangan restoran mewah tersebut. Selain mewah, harga makanan disinipun terbilang cukup mahal, karena restoran tersebut mempunyai chef handal dari luar negeri.
Matahari hampir tenggelam. Mereka pun telah selesai makan. Dimas mengajak Gita ketempat yang bagus untuk melihat sunset. Gita beranjak dari duduknya.
"Ram, ayok kita liat sunset. Di ujung pantai sana view nya bagus banget. Kita bisa motret sunset dengan jelas." Ajak Dimas
"Lu duluan aja." Perintah Rama
"Intan, ayo" Ajak Gita
"Makananku masih belum abis, kalian duluan aja. Nanti aku nyusul" Tambah Intan
Akhirnya Dimas dan Gita pergi berdua saja, meninggalkan Rama dan Intan di Restoran.
"Kamu kenapa? Kayaknya ga semangat banget Git." Tanya Dimas
"Aku nggak apa-apa kak" Jawab Gita datar.
"Apa ini ada hubungannya sama Rama?" Selidik Dimas
"Kok kak Rama? Aku sama dia gak kenapa-napa kok. Beneran deh" Gita mencoba menutupi
"Kamu jangan bohong Git, Gue juga bisa baca sorot mata lu kalau ngeliat Rama. Pasti selama gue pergi kemarin, terjadi sesuatu antara kalian berdua ya?" Ucap Dimas.
"Gak kok, gak ada. beneran deh kak"
"Yaudah kalo lo gak mau cerita sekarang, suatu saat kalo lo udah siap cerita, gue pasti jadi pendengar yang baik buat lo" Tegas Rama
"Makasih, kak.." Jawab Gita.
Di Restoran, Intan bingung harus apa. Kalau dia pergi mengikuti Dimas dan Gita, ia takut akan mengganggu mereka, kalau ia diam disini, ia sungkan karena ada Pak Rama. Intan melirik sekilas kearah Rama yang fokus dengan gawainya. Intan melihatnya.
Demi apa itu Pak Rama lagi stalking facebooknya si Gita kan? Anggita Nindya kan nama Gita? Sebenernya ini ada apa sih? Gue gak ngerti sama sekali. Sebelum berangkat tadi Gita bilang jadi pacar pura-pura Dimas, dan sekarang? Gue liat Pak Bos lagi stalking FBnya dia. Ada apa sebenarnya diantara mereka ini? Gue harus minta penjelasan Gita secepatnya.
"Pak Rama, apa perlu kita ikut Pak Dimas dan Gita untuk lihat sunset?" tanya Intan seperlunya
"Kamu pergi saja, aku sedang ingin sendiri" Jawabnya
"Baiklah pak, saya permisi" Intan pergi meninggalkan Rama sendirian.
Intan, Dimas dan Gita tak lupa berfoto bersama. Mereka mengabadikan momen indah ini ditengah-tengah sunset. Tapi, Rama tak terlihat batang hidungnya. Rama tak ikut Selfie ria bersama mereka. Hari pun sudah gelap. Mereka lelah dan tentunya ini waktunya istirahat. Gita dan Intan masuk kekamarnya, Dimas ingin mencari Rama terlebih dahulu.
"Git, sebenernya ada apa sih diantara lu sama mereka berdua?" Tanya Intan penasaran
"Emang kenapa kak?" Tanya Gita heran
"Tadi pagi lo bilang ke gue jadi pacar pura-pura Pak Dimas, terus tadi gue liat Pak Rama lagi stalking FB lo! Kan jadi penasaran gue" Jelas Intan
"Hah? Gak mungkin Pak Rama stalking facebook aku kak. Gak mungkin banget." Jawab Gita heran
"Beneran, gue liat dia lagi scroll foto-foto lu. Namanya juga Anggita Nindya kok! Itu kan elu Git! Ada apa sih sebenernya?" Kepo Intan
Gita menghela nafas
"Hmm, sebenarnya Kak Rama udah nyatain perasaannya ke aku Kak!" Giya tertunduk.
"WHAT? Yang boneng lu Git? Gilaaaa, daebakkk banget ini sih! Terus terus?" Intan semakin kepo.
"Dan aku gak mungkin nerima dia, karena aku tahu dia sudah punya tunangan. Lalu, aku berpura-pura sudah pacaran dengan Kak Dimas. Itu alasanku bilang ke kak Intan tadi." Gita jujur
"Gila lu, hebat banget bisa bikin Direktur cinta sama lu. Kok bisa sih? Bagi tips nya dong biar Pak manager juga bisa suka sama gue? Lagian bodo banget lu, kenapa ga terima aja? tunangan juga bisa dibatalin kan, belum nikah ini." Intan cengengesan.
"Kak, jauh sebelum kak Rama melihatku, aku sudah melihatnya, jauh sebelum kak Rama tersenyum padaku, aku sudah tersenyum padanya, bahkan setiap melihatnya aku selalu tersenyum, jauh sebelum Rama mengenalku, aku sudah mengenalnya, jauh sebelum kak Rama mencintaiku, aku sudah mencintainya. Kak Rama itu cinta pertamaku! Dia yang menjadi tambatan hatiku selama ini Dia yang menjadi penyemangatku. Dia yang membuatku sulit untuk jatuh cinta lagi. Aku benar-benar tak bisa menerima kenyataan ini kak" Gita menitikkan air mata.
"Ya ampun Gita.. Gue speechless. Gaktau musti ngomong apa. Lo yang sabar ya, lo pasti sakit banget tau kenyataan ini. Lo emang cewe baik, lo gak mau nyakitin hati wanita lain. Tapi, gue sebagai temen lo gak mau liat lo sedih kayak gini. Gita, lo dengerin gue baek-baek ya.. Cinta itu harus diperjuangkan, ada kalanya cinta jatuh ketempat yang salah, tapi pada akhirnya dia akan menemukan jalannya. Cinta akan datang pada waktu yang tepat dan kepada orang yang tepat. Mungkin sekarang Rama sedang jatuh dalam cinta yang salah, makanya dia cari cinta yang lain. Lo gak salah kok, harusnya lo perjuangin cinta lo sama dia. Masa lo mau nyerah gitu aja? Dia kan cinta pertama lo!
Lo dari dulu susah payah mengagumi dia dengan waktu yang lama, dan sekarang setelah dia datang sama lo dan mulai mencintai lo, lo malah nolak dia gitu aja? Parah lo. Lo jangan selalu mikirin perasaan orang lain, lo juga harus pikirin perasaaan lo sendiri" Jelas Intan panjang lebar.
Gita menangis dipelukan Intan. Omongan Intan ada benarnya juga. Tetapi dia tak mau sampai ada hati yang tersakiti. Dia bingung, dia tak tahu harus bagaimana. Pikirannya kosong, melayang tanpa arah. Mengapa ia tak memikirkan matang-matang dulu kemarin?
"Kak Intan, terimakasih atas sarannya. Aku akan pikirkan dengan baik." Ucap Gita
"Apapun yang terjadi, lo harus semangat. Gue ada dibelakang lo." Intan menyemangati.
"Iya. Kak, aku mau cari angin dulu ya, aku mau menenangkan fikiranku sebentar." Pinta Gita
"Baiklah, tapi jangan terlalu lama. Diluar pasti dingin" ucap Intan
"Iya kak"
Gita berjalan menyusuri pantai dimalam yang dingin ini. Semilir angin membuatnya kedinginan. Ia lupa tak memakai jaket, hanya memakai baju tidur saja.
Ia memutuskan untuk duduk ditepi pantai, melihat ombak yang bergemuruh.
Gita larut dalam kesepian. memikirkan kisahnya dengan Rama entah akan bagaimana akhirnya. Memikirkan hatinya yang sangat rapuh. Ia melihat ombak yang datang dan berlalu.
Meskipun aku tenang layaknya ikan didasar laut, tetapi hatiku gelisah bagai ombak dilautan lepas.
Memikirkan mu saat gelap, memanggil namamu dengan keras, hanya pilu yang kurasa, tiada yang menjawabku, selain hati ini dan ombak yang bergemuruh kencang.
Ketika ombak bergelombang dengan suara gemuruhnya, datang menghempas karang dan pergi dengan tenang, akankah ini adalah akhir dari sebuah pengharapan? -Anggita Nindya-
"Kak Ramaaaaa...." Gita memanggil Rama sambil menangis meskipun ia tahu takkan ada yang menjawabnya.
"Apa?" Suara itu mengagetkan Gita.
Gita menoleh ke sumber suara tersebut.
Ya, dia adalah Rama Hanggara. Orang yang berada dalam pengharapan Gita selama ini. Rama membuka jaketnya, dengan lembut dan penuh kehangatan, ia menutup punggung Gita dengan jaketnya.
"Kenapa kau seceroboh ini? Ini sudah larut. Cuacanya sangat dingin." Ucap Rama.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Habibah Qolbi
auto ngakak 🤣🤣🤣🤣
2023-01-05
0
Diah Arie Wulandari
kaget campur syok, seneng tapinya
2021-06-18
1
Frisky cipan
malu aku Gita yg manggil Rama,tau ny Rama nyaut😂😂
2021-06-05
0