Aku bingung. Aku harus bilang apa sama Kak Rama? Rasanya kalau aku mengajaknya berbicara itu sangat lancang sekali. Sedangkan sedari tadi, Kak Rama hanya diam saja fokus mengemudi. Aku bingung harus bagaimana. Sungguh berada didalam satu mobil dengannya membuatku tak nyaman.
"Lo bisa ngomong kan? Kok diem aja? Harusnya lo kasih tau alamat rumah lo sama gue. Bukannya diem aja. Gimana kalo gue salah alamat. " Ucap Rama.
"Maaf, kak. Eh... Maaf, Pak Rama. Rumah saya di Perum Arga Citra, Jl. Jati Asih no 15. Dari sini lurus aja ntar ada lampu merah trs belok kanan." Jelas Gita dengan gugup.
" Gak usah diperjelas. Gue juga tau." Sinis Rama
"Maaf, Pak." jawab Gita tunduk.
Gilaaaaaaa.. seneng sekaligus sedih bercampur jadi satu. Perasaan gue ini kenapa sih? Di satu sisi, gue seneng semobil sama dia, di sisi lain, gue benci sama sikap dia yang angkuh kayak gini. Oh, God.. Help me. Apa gue turun aja sekarang? Semakin lama semakin tak nyaman.
"Pak, boleh saya turun disini saja? Rumah saya masih jauh. Kalau Pak Rama mengantar saya, saya akan sangat merasa bersalah. Apalagi ini sudah malam." Bujuk Gita.
"Kalau aku ingin menurunkan mu, sudah ku turunkan kau sejak tadi. Diam lah, dan menurut kepadaku. Kau ini kan bawahan ku, sudah sepatutnya kau turuti apa kataku. Kalau akan ku antarkan, ya akan ku antar. Diam lah! Aku tak ingin mendengar ocehan mu!" Jawab Rama.
Gita mengalah. Dia tak menjawab perkataan Rama.
Aku tak akan menang melawannya. Lebih baik diam dan mengalah saja. Ada baiknya juga dia mengantarku sampai rumah, karena hari sudah gelap aku pun takut jika pulang naik angkutan umum.
Pukul 19.20 mobil sudah berhenti di kediaman Gita. Gita berulang kali mengucapkan terimakasih kepada Rama sebagai rasa hormat seorang atasan yang mengantarkan bawahannya pulang. Ketika Gita akan membuka pintu mobil, ternyata pintu nya masih terkunci.
"Kak, Ehh Pak.. Maaf, pintu nya masih terkunci. boleh tolong bukakan?" Pinta Gita sambil menoleh kearah Rama.
Rama tak menjawab. Kemudian dia melakukan sesuatu yang tak terduga... Rama mendekat kearah Gita, Gita yang terkejut melihat Rama mendekat hanya bisa memejamkan mata sambil menggenggam tangannya. Rama mencium bibir mungil Gita dengan lembutnya. Gita terenyak, Gita kaget dan tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan Rama kepadanya. Gita malu sekaligus marah, tapi ia tak bisa marah kepada atasannya sendiri.
"Maaf. Anggap saja tak terjadi apa-apa barusan. Tutup mulutmu dan jangan katakan apapun, terutama kepada Dimas. Kalau sampai ada yang tahu mengenai hal ini, aku tidak akan segan-segan mengeluarkan mu secara tidak hormat. Kau mengerti?" Ancam Rama.
"Ba..baikk Pak. Saya harap begitu. Terimakasih telah mengantar saya pulang. Saya permisi." Gita keluar dari mobil Rama
Mobil Rama sudah meninggalkan rumah Gita beberapa menit yang lalu.
Kenapa? Kenapa gue bisa bertindak bodoh seperti itu? Kenapa bibirnya manis sekali, dan rasanya inginku ***** habis dengan lidahku. Ternyata benar itu adalah gadis yang dulu selalu tersenyum padaku. Bodohnya aku mengabaikan sikap baiknya. Bodohnya aku yang memilih Siska dengan egoku sendiri. Bahkan, bersama Siska aku tak pernah merasakan hangatnya suatu kecupan. Kenapa dengan gadis bodoh itu hatiku berdebar? Lupakan saja. Dari dulu memang gadis itu menyukai Dimas, dia selalu tertawa riang dengan Dimas. Berbeda denganku, dia bersikap biasa saja, selain senyuman merekahnya yang manis itu. Dan benar saja, sekarang mereka pacaran. Memang gadis bodoh itu menyukai Dimas sejak dulu. Gue harus bertindak tegas, jangan sampai Dia berani membeberkan ciuman tadi. Akan ku buat dia takut padaku, agar dia tak berani macam-macam. Gumam Rama.
Entah mengapa Gita tak bisa marah kepada Rama. Padahal, secara tidak langsung Rama telah melakukan hal yang tidak senonoh. Dia merasakan hangat dalam tubuhnya karena kecupan itu. Hal yang aneh.
Gita pun sudah berada di kamarnya. Dengan hati berkecamuk, dan perasaan yang entah bagaimana bentuknya, dia mencoba menerka-nerka maksud dari perbuatan Rama yang tadi membuat Gita kaget.
Bayangkan saja, seumur hidupnya dia tak pernah berpacaran, apalagi dicium oleh seorang lelaki. Gita dicium oleh seorang lelaki yang menjadi Cinta Pertamanya. Yang lebih mencengangkan, Gita dicium oleh lelaki yang sudah bertunangan. Bagaimana ini? Mengapa hatinya malah berdebar-debar tak karuan begini? Harusnya ia marah dan menampar Rama sangat keras, karena itu sudah merupakan pelecehan baginya. Tapi, entah mengapa hati Gita justru berkata lain, dia sangat berbunga-bunga.
Dicium oleh lelaki yang menjadi tambatan hatinya selama ini. Tak bisa dipungkiri, Gita memang menerima kecupan hangat itu
Aaaaaaah.. Gak mungkin. Kenapa aku malah deg-degan gini sih? Kenapa rasanya bibir Kak Rama hangat sekali, membuatku terngiang-ngiang dalam lamunan. Harusnya aku marah, tapi kenapa aku malah sangat bahagia? Oh, tidak.. Inikah yang dinamakan cinta? Aku harus menutupi kejadian tadi seolah tak terjadi apa-apa. Aku takut. Gumam Gita.
Keesokan harinya, Gita bekerja seperti biasa. Kali ini ia berangkat dengan senyum penuh makna. Entah kenapa ia tak bisa melupakan kejadian semalam dengan Rama. Dia seperti menikmati apa yang Rama lakukan. Tapi, tentu saja ia harus menghapus dan menutup rapat-rapat kejadian semalam. Kalau sampai ada yang tahu, habislah dia.
"Selamat pagi Mbak Rani, Kak Intan dan Mbak Ajeng." Sapa Gita ceria.
"Pagi Git. Cerah banget wajah lo hari ini. Ada apa nih? lagi seneng ya?" Tanya Mbak Rani.
"Gak apa-apa kok mbak. Awali hari dengan senyuman, niscaya semuanya akan indah dan bahagia. iya kan? iya dong pastinya. hehe" Cengir Gita.
"Pastinya sih itu Jatuh Cintrong namanya.. yakhaaaaan?" Jawab Ajeng alay.
"wait see, wait see. Lu jatuh cinta sama cogan yang kemaren bukan hah? Aduh, jangan dooong. Hati gue udah diambil dia separo Git, kasih gue aja yaaa cogan yang kemaren. Pleaseee" Intan memohon.
"Idih, apaan sih kalian. aku gak kenapa-napa kok. Dan juga, aku gak cinta sama Kak Dim, dia udah ku anggap kayak Kakakku sendiri. Kalo Mbak Intan mau, ambil aja. Aku dukung kok. hihi"
"Serius Git? Aaaaaa.. thanks my sista. Lo emang baik banget deh." Intan memuji Gita.
Setelah pukul 8 mereka mulai bekerja dengan kesibukan masing-masing. Gita yang notabene sebagai anak baru pun kini telah menguasai beberapa pekerjaan seniornya.
Gita sudah mengerti dan memahami cara kerja seorang accounting. Dengan kecerdasan yang Gita punya, dia pasti bisa bekerja dengan baik. Ditambah lagi ilmu-ilmu berguna dari seniornya selalu ia perhatikan.
Tak lama kemudian, datang seorang sekretaris cantik keruang Staf Accounting.
"Ada staff yang bernama Gita disini? bisa ikut saya keruangan Pak Direktur? Ada hal penting yang ingin Pak Direktur sampaikan." Ujar Novita, Sekretaris Pribadi Rama Hanggara.
DEGGGH.... Kenapa lagi dia memanggilku? Apa ada yang tahu mengenai kejadian semalam? Apa aku akan dihukum? Oh, tidakkkkk.. bukankah mereka tak ada yang tahu seorangpun? Bahkan aku akan menutup hal ini erat-erat bahkan sampai aku mati mungkin. Lantas kenapa dia memanggilku? Kesalahan apalagi yang aku perbuat? Oh tuhan, tolonglah aku. Aku takut menghadapi sikap misterius Kak Rama. Aku takut hal buruk menimpaku.
"Saya Gita, Bu. Saya akan ikut Ibu ke ruangan Pak Direktur." Kata Gita sambil mengacungkan tangannya.
Rani dan yang lainnya kaget. Ada masalah apa sampai-sampai Gita harus menghadap lagi ke ruangan direktur. Mereka berdoa, semoga saja hal buruk tidak menimpa sahabatnya itu.
Sesampainya diruang Direktur.
"Pak, Rama. Gita sudah berada didepan." Ucap Sekretaris itu.
"Masuk" Katanya.
-Heninggggggg-
"Masuk kamu!" Bentak Rama.
"Aa..aada apa Pak Rama memanggil saya kesini?" Tanya Gita takut.
"Kau kira, dengan aku mencium mu kemarin, apakah itu berarti aku menyukaimu hah?" Hardik Rama
"Ti..tidak Pak. Tidak begitu. Maksud Bapak bagaimana? Maaf, saya tidak mengerti." Gita ketakutan.
"Betapa senangnya ya, dirimu! Kamu memberitahu temanmu sambil haha hihi didepan mereka. Sudah kubilang jangan pernah membahas hal yang kemarin. Itu adalah kekhilafan ku. Kau masih tak tahu diri juga ya? Kau mau dipecat? HAH?" Bentak Rama
"Maaf pak. Maaf sekali. Sumpah.. Saya tidak membicarakan hal konyol itu. saya tadi hanya menyapa rekan kerja saya. Demi Tuhan saya tidak akan membahas hal itu bahkan sampai saya matipun pak. Saya janji." Gita berkaca-kaca.
"Hal konyol menurutmu? Cihh, Berani juga kau mengatakan ciuman adalah hal konyol bagimu. Menurutmu aku ini konyol, HAH?"
"Bu..bukan begitu Pak. Sungguh, maafkan saya. Saya tidak akan sebodoh itu. Saya tahu, Pak Rama sudah mempunyai tunangan. Pak Rama tidak mungkin menyukai saya. Saya sadar akan hal itu. Tapi, mohon maaf sekali lagi, jangan pandang saya sebelah mata. Saya tidak akan mengungkit hal seperti itu. Saya janji pak." Jelas Gita.
Kenapa suaranya terdengar seperti seseorang yang sedang cemburu? Ada apa dengan gadis bodoh ini? Dan, kenapa aku harus bertindak segila ini? Ternyata dugaan ku salah. Benar, dia tak mungkin membocorkan hal gila kemarin, dia pasti takut ketahuan dimas. Dan aku salah mengira. Kupikir tadi dia bercanda dengan rekannya karena membicarakan ku. Oh, God. Kenapa pikiranku menjadi dangkal seperti ini? Kenapa gadis ini jadi memenuhi kepalaku? Ah, mungkin ini karena ulah Siska. Selalu membuatku marah, jadi aku mencari pelampiasan orang yang bisa membuatku memikirkannya. Tapi bagaimana sekarang? Kalau untuk meminta maaf rasanya gengsi sekali. Halah, kenapa aku jadi seperti anak TK begini sih? Bodoh... bodoh.. Ucap Rama dalam hati.
"Jangan sampai kudengar kau mengungkit kejadian kita semalam. Ini peringatan terakhirku. Jangan sampai Dimas tahu, dan cukup saja kita lupakan semua ini. Awas saja kalau kau berani macam-macam" Tegas Rama.
Kenapa sih dengan orang ini? Lama-lama rasa suka ku padanya bisa memudar kalau tahu ternyata sifat aslinya Kak Rama itu begini. Syukurlah, akan ku buang perasaan ini mentah-mentah. Lagipula, kenapa dia menyalahkan ku terus sih? aku sama sekali tidak membahas apapun. Justru dia yang selalu membicarakan tentang ciuman itu. Memang orang kaya seenaknya saja. Dia yang selalu membahas tapi malah terus-terusan menyalahkan ku. Sabar ya hati, kita sedang diuji.. Kita lewatin ini semua dengan baik.. Semoga perasaan ini cepat hilang. Ternyata tak selamanya cinta pertama itu akan berakhir bahagia, terkadang seringkali cinta pertama adalah cinta yang gagal. Aku harus menemukan cintaku yang baru, agar aku tak tersiksa dalam keadaan ini. Semoga suatu hari nanti, akan ada seorang lelaki yang datang padaku dan mencintaiku dengan tulus. Big Hope. Amin...
Bersambung
Hai sayang-sayangku.. Seperti biasa ya, setelah membaca, budayakan LIKE 🤗 Aku senang kalau kalian bersedia memberikan like nya, apalagi komentarnya. Itu buat aku tambah semangat menulis. Aku buat novel ini khusus untuk kalian pembaca setiaku 😘💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
SR.Yuni
ini karya udah lama, sebenarnya pingin lanjut baca tapi sayangnya kebanyakan Ungkapan batin .....🙏🙏
2023-06-27
0
Lai Lai
Gita bodoh seperti murahah tukar watak
2023-06-23
0
yani suko
Pak Rwma....bukan Pak, Rama
2023-05-24
0