*Bandung*
Hari demi hari berlalu, pencarian terhadap Bram masih terus dilakukan. Hingga kini, titik terang tentang keberadaannya masih belum terlihat.
Rosalie, masih sama. Gadis itu masih menunggu dan berharap, suatu saat nanti, kekasihnya akan ditemukan dalam keadaan hidup.
Perasaannya sungguh kuat pada laki-laki itu. Ia selalu percaya bahwa Bram yang mencintainya, tidak akan mungkin tega meninggalkannya sendiri. Pikiran optimis itu terus menguasai gadis itu, hingga suatu kabar menghantam apa yang ia pikirkan dan percayai selama ini.
Tok!! Tok!! Tok!!
"Masuk," ucap Rosalie dari dalam kamar. Gadis itu sedang menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, sambil membaca novel bergenre romance favoritnya.
"Apakah Ayah mengganggumu?" Laksamana Arya berjalan menghampiri putrinya.
"Tidak Ayah. Tidak pernah sekalipun aku terganggu dengan kehadiran Ayah," jawab perempuan itu sambil tersenyum lembut.
Laksamana Arya menatap wajah putrinya dengan penuh kegelisahan. Sepertinya ada yang ingin diceritakan oleh laki-laki paruh baya itu. Namun, keraguan menghambat bibirnya untuk berbicara.
"Ada apa Ayah? Apakah ada kabar tentang Mas Bram? Apakah ia sudah ditemukan?" Rosalie menangkap ekspresi bimbang di wajah Ayahnya. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh laki-laki itu.
"Tidak. Tidak ada. Ayah datang ke sini hanya ingin melihatmu sebentar. Tidurlah! Jangan membaca sampai larut malam," kata Laksamana Arya sambil mengecup kening putrinya lalu berdiri hendak meninggalkan gadis itu.
"Ayah, aku ini putrimu. Aku tahu kapan Ayah sedang mengatakan yang sebenarnya dan kapan Ayah sedang berbohong. Katakan padaku! Ayah sudah berjanji padaku untuk membuka semua informasi tanpa ada yang ditutup-tutupi. Ku mohon ayah," balas Rosalie sambil menatap sosok ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Gadis itu bahkan menahan lengan ayahnya agar laki-laki itu tidak segera pergi.
"Sayang, maafkan Ayah, Nak! Maafkan Ayah. Bukan maksud Ayah menutupi kabar ini darimu," jawab seorang perwira senior yang tegas terhadap anak buahnya, namun sangat lembut pada putri semata wayangnya.
Laki-laki itu langsung memeluk anak gadisnya. Saat Rosalie mendapat pelukan yang penuh kasih sayang dari ayahnya, gadis itu kemudian tidak sanggup membendung air matanya lagi. Perempuan berparas manis itu tenggelam dalam pelukan ayahnya sambil berderai air mata.
"Ceritakan padaku Ayah! Kabar apa yang Ayah ketahui," pinta gadis itu dalam pelukan Ayahnya.
"Kabar ini bukan tentang Bram. Kabar ini tentang Co-pilotnya, Laksamana Pertama Hendrayan Sudrajat. Kami sudah menemukannya. Namun, sayangnya laki-laki itu kami temukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa." Laksamana Arya menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar.
"Ia terombang-ambing cukup lama di lautan, di atas sebuah matras pelampung. Laki-laki malang itu gagal mencapai daratan yang sebenarnya tinggal sedikit lagi bisa ia jangkau." Laksamana Arya menjeda sejenak ucapannya.
"Menurut hasil otopsi jenazah, Laksamana Pertama Hendrayan meninggal karena dehidrasi akut. Dia sudah berjuang untuk tetap hidup. Sayangnya, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya." Laksamana Arya menceritakan kondisi rekan Bram dengan ekspresi sedih yang mendalam.
Mendengar penjelasan Ayahnya, Rosalie seketika kehilangan rasa optimis itu. Bagaimana jika Bram pun mengalami nasib yang sama dengan rekannya? Laki-laki itu berjuang menaklukkan laut di depannya, namun harus berakhir kalah dengan dirinya sendiri. Bagaimana pun juga, ia adalah manusia biasa yang tidak bisa bertahan tanpa makan dan minum selama berhari-hari.
"L-lalu bagaimana dengan Mas Bram Ayah? Apakah sudah ada kabar tentang tunanganku?" Rosalie kembali terisak memikirkan nasib laki-laki itu.
Laksamana Arya menggeleng. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada putrinya.
"Kami sudah menemukan kotak hitam itu dan memeriksanya. Namun, tetap saja sulit untuk mendeteksi apa yang terjadi pada tunanganmu setelah pesawatnya menabrak permukaan air laut dan... hancur," jawab Laksamana Arya dengan lirih. Ia tahu bahwa kabar itu akan meremukkan hati putrinya.
"Tidak Ayah. Mas Bram tidak mungkin meninggalkanku. Aku bisa merasakannya di sini, di dalam hatiku. Dia pasti masih hidup," ucap gadis itu sambil menangis tiada henti.
Laki-laki paruh baya itu semakin mengeratkan pelukannya. Ia mengusap punggung putrinya terus menerus untuk menenangkan gadis itu.
"Ku mohon kembalikan ia padaku. Jangan pernah berhenti untuk mencarinya, Ayah! Aku mencintainya. Aku sangat mencintainya," isak tangis itu semakin keras terdengar.
Rosalie sungguh merasa takut kehilangan kekasihnya. Entah bagaimana ia menjalani hari-hari hidupnya ke depan, jika Bram benar-benar tiada.
Gadis itu akhirnya tertidur dalam dekapan ayahnya. Ia tertidur karena terlalu lelah menangis.
Laksamana Arya terus mendampingi gadis itu, sampai ia merasakan bahwa putrinya benar-benar terlelap. Ia pun segera membenarkan posisi tidur putrinya, menyelimuti gadis itu, dan mengecup kening Rosalie beberapa kali sebelum meninggalkan kamar.
------------------
*Di Rumah Yuri*
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Hingga kini, Yuri tidak bisa memejamkan mata. Bagaimana pun juga ia harus memberikan jawaban kepada Awan besok pagi.
Yuri tentu diperhadapkan dengan posisi yang sulit. Menikahi seorang laki-laki yang tidak ia cintai, saat ia mencintai laki-laki lain, tentu bukanlah sebuah pilihan yang mudah untuk dijalani.
Gadis itu hanya bisa meratap. Ia sungguh tidak tahu harus melakukan apa ketika Awan menagih jawabannya nanti.
Semuanya sungguh dilematis dan membingungkan baginya. Namun, di antara semua hal yang membingungkan itu, satu hal yang bisa ia pahami dengan jelas. Yuri mencintai Bram dan tidak bisa membiarkan laki-laki itu menderita.
Mengingat perasaannya kepada laki-laki itu, hatinya kembali terluka. Cinta yang bertepuk sebelah tangan benar-benar terasa menyakitkan. Bram mencintai Rosalie dan itu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun.
"Mungkin Awan benar. Aku bisa belajar mencintainya. Sementara Mas Bram, untuk apa ia belajar mencintaiku jika perasaannya pada Rosalie dan perasaan gadis itu padanya adalah nyata." Yuri berucap pada dirinya sendiri.
Bagaimana pun setelah ini Bram akan kembali pada Rosalie. Tidak ada tempat bagi Yuri di hati laki-laki itu, kecuali hanya sebagai sahabat. Mungkin, tawaran Awan akan menjadi cara baginya agar bisa melupakan cintanya pada Bram.
"Cinta Mas Bram dan Rosalie mungkin sudah digariskan untuk bersatu. Mereka akan menikah, memiliki anak, dan menua bersama." Yuri menarik kasar napasnya karena rasa sesak yang menghimpit dada.
"Semua itu hanya bisa terjadi jika Mas Bram kembali ke sisi kekasihnya dan karena itu ia harus tetap hidup. Ya, Mas Bram harus tetap hidup." Yuri bertekad di dalam hati.
"Jika selama ini aku sudah menjadi mata untuknya, membantunya mengenali dunia sekalipun semuanya begitu gelap, maka biarkan aku melakukan sesuatu yang lebih besar dengan sisa cinta yang aku punya. Aku akan menjadi pelindungnya. Aku tidak boleh membiarkan laki-laki itu mati. Tidak boleh." Yuri sudah membuat keputusan. Ia akan menerima tawaran laki-laki itu. Gadis itu bersedia menikah dengan Awan.
Yuri segera mengambil handphone-nya dan mengetikkan sebuah pesan kepada Awan. Ia bermaksud mengatur pertemuan dengan laki-laki itu.
----------------------
*Di sebuah kedai kopi: Keesokan harinya*
"Kau sudah memutuskan?" Awan langsung menanyakan hal itu kepada Yuri, begitu ia mendudukkan tubuhnya di kursi.
"Aku... akan menerima tawaranmu. Aku akan menikah denganmu." Yuri menjawab Awan dengan lirih.
"Aku sudah bisa menduganya. Aku akan menyiapkan semuanya, kamu tidak perlu........" Perkataan Awan terjeda saat Yuri tiba-tiba menyela.
"Tapi aku ingin mengajukan dua syarat," ucap Yuri sambil menatap tajam mata Awan.
Awan terdiam sejenak sambil membalas tatapan mata Yuri. Laki-laki itu mencoba untuk tenang dan tidak reaktif.
"Katakan!" Awan memberi kesempatan kepada gadis itu untuk menyatakan maksudnya.
"Syarat yang pertama adalah aku mau kita menikah setelah Mas Bram selesai dioperasi dan setelah ia pergi dari desa ini," sambung Yuri dengan nada yang tegas.
"Haahaha. Dan pada saat itu kau sudah berumur lima puluh tahun? Jangan mempermainkanku Yuri," balas Awan sambil menatap wajah gadis itu dengan tidak suka.
"Satu bulan lagi. Satu bulan dan kita bisa menikah. Mas Bram sudah mendapatkan seorang pendonor," jawab Yuri dengan jujur.
"Baik, lalu apa syarat yang kedua? Jangan katakan bahwa aku tidak boleh menyentuhmu selama kita menikah. Aku tidak mungkin melakukannya," tebak Awan sebelum Yuri mengajukan persyaratan yang lain.
"Syarat yang ke dua adalah selama dia masih ada di sini, kau tidak boleh menggangguku maupun Mas Bram. Kau tidak boleh berada di dekat kami," kata Yuri memperjelas semuanya.
"Hanya itu? Jika hanya itu, maka aku akan menyanggupinya. Tetapi ingat, jika dalam satu bulan kau tidak menikahiku, maka aku sendiri yang akan memastikan kematian laki-laki itu," ucap Awan sambil berdiri. Laki-laki itu pun akhirnya meninggalkan Yuri.
Yuri menatap kepergian Awan dengan kesedihan yang mendalam. Ingin rasanya gadis itu menangis tetapi ia tidak bisa. Mungkin air matanya sudah mengering, sama keringnya seperti harapan untuk bersama laki-laki yang ia cintai. Keputusan sudah ditetapkan. Pengorbanan harus dilakukan.
"Keputusanmu sudah benar Yuri. Keputusanmu sudah benar," ucap gadis itu berkali-kali untuk menguatkan dirinya.
--------------------
*Bandung*
Tok!! Tok!! Tok!!
"Rosalie," panggil Laksamana Arya kepada putrinya yang belum keluar dari kamarnya sejak pagi.
Tok!! Tok!! Tok!!
"Rosalie! Buka pintunya, Nak!" Laksamana Arya semakin menguatkan volume suaranya karena tidak ada jawaban dari dalam.
Tok!! Tok!! Tok!!
"Rosalie, jangan menakut-nakuti Ayah, Nak. Buka pintunya," ucap laki-laki paruh baya itu dengan nada panik.
Braakkk!!
Pintu kamar itu langsung didobrak oleh laki-laki itu, setelah beberapa saat tidak mendapat jawaban dari putrinya. Betapa kagetnya laki-laki itu saat melihat anak gadisnya telah kehilangan kesadaran, akibat darah yang terus mengalir dari pergelangan tangannya yang kurus itu.
"Rosalie!! Tidak. Tidak. Rosalie!! Jangan tingggalkan ayah, Nak. Tidaaakkkk!!!" Sang Ayah berteriak sambil mendekap tubuh putrinya yang mulai memucat.
------------------
Selamat membaca!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
neli nurullailah
Bram jahat, tidak mau memberitahu kondisinya kpd rosali. padahal dia sangat menunggumu.
2021-12-05
0
ReNaTa
Simalakama...kasian Yuri
2021-02-02
0
Nisaul
romeo n juliet...
2020-10-12
0