Mereka masih berada pada posisi yang sama selama beberapa menit. Seperti tersihir, Yuri semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Bram. Semakin dekat dan semakin bertambah dekat, hingga sesuatu menyadarkan mereka, sebelum terjadi sesuatu.
Tok!! Tok!! Tok!!
"Ehm, Mas!" Yuri berucap dengan sedikit canggung.
"Iya?" Bram berbicara dalam posisi berbaring di lantai dan tangannya masih memeluk Yuri.
Tok!! Tok!! Tok!!
"Ada yang mengetuk pintu." Yuri mencoba menyadarkan laki-laki itu dengan suara ketukan pintu.
"Lalu?" Bram masih belum melepaskan pelukannya.
"Aku tidak bisa membuka pintu jika Mas masih memelukku seperti ini," balas perempuan itu dengan malu-malu.
"Oh, maaf!" Bram segera melepaskan pelukannya. Mereka berdua kemudian mengambil jarak dan duduk bersebelahan di lantai.
Yuri memasukkan anak rambutnya ke belakang telinga dan masih terdiam sambil menundukkan kepala. Ia masih membutuhkan waktu untuk menormalkan detak jantungnya.
Laki-laki itu juga merasakan hal yang sama. Bram masih belum ingin beranjak dari tempat itu. Ia sebenarnya bingung dengan apa yang ada di dalam hatinya. Ada terlalu banyak jenis perasaan di sana, antara malu, canggung, tetapi juga ada rasa nyaman yang tidak bisa ia tutupi.
Tok!! Tok!! Tok!!
"A-aku akan melihat siapa yang mengetuk pintu," ucap Yuri dengan terbata-bata sambil segera berdiri.
"Hmm. Ya!" Bram kemudian menggaruk kepala bagian belakang yang sebenarnya tidak gatal itu.
Gadis itu pun melangkah dengan cepat meninggalkan Bram. Suara ketukan pintu itu, semakin lama semakin keras terdengar.
"Awan?" Yuri melihat teman SMA yang dulu pernah menyelamatkannya berdiri di depan pintu.
"Apa benar kabar yang beredar itu?" Awan berbicara dengan sorot mata sendu.
Nafas laki-laki itu tersengal-sengal. Sepertinya ia berlari dari rumahnya hingga ke rumah Yuri.
"Kabar yang beredar?" Yuri mengerutkan keningnya. Ia belum mengetahui maksud perkataan Awan.
"A-apa benar kamu sudah menikah? Apa benar kamu sudah bersuami?" Awan memperjelas ucapannya.
Setelah memastikan bahwa Yuri berhasil kabur dan selamat dari rencana warga yang berniat mengaraknya waktu itu, Awan sempat pergi meninggalkan desa selama satu bulan karena ada beberapa urusan pekerjaan. Hal itu menyebabkan ia terlambat mengetahui kabar pernikahan Yuri.
Laki-laki itu sebenarnya diam-diam telah menaruh hati pada teman SMAnya itu sejak lama. Oleh karena terlalu banyak gosip miring tentang gadis itu, Awan menjadi ragu untuk mendekati Yuri.
Sekembalinya ia ke desa, ia mendengar kabar itu dari ibunya. Laki-laki itu tentu merasa gelisah dan kecewa, meski hati kecilnya masih meragukan kabar itu. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri, jika kabar itu benar. Laki-laki itu terlalu lambat bergerak dan terlalu banyak pertimbangan. Dan di sinilah ia berada saat ini, di depan pintu rumah Yuri untuk mencari tahu kebenarannya.
"A-aku, sebenarnya aku....." Yuri bimbang. Ia tidak tahu apakah ia harus mengakui bahwa pernikahannya adalah sebuah kepura-puraan.
"Katakan bahwa itu bohong," tutur awan sambil menyentuh pundak Yuri.
Yuri terkejut dengan reaksi Awan. Ia memundurkan tubuhnya, namun awan tidak berniat melepaskan gadis itu. Yuri merasakan bahwa sikap Awan sangat aneh dan tidak seperti biasanya.
"Katakan bahwa itu semua adalah bohong," tutur awan kembali. Kali ini sentuhan di pundak itu berubah menjadi cengkeraman.
"Siapa sayang?" Bram berjalan mendekat ke arah pintu. Laki-laki itu cukup penasaran ketika ia mendengar suara laki-laki lain ada di dalam rumah.
"Mas!" Yuri menoleh ke arah Bram. Begitu pula dengan Awan, yang kemudian menurunkan tangannya dari pundak Yuri.
Awan sebenarnya cukup terkejut melihat keberadaan Bram. Ternyata kabar itu benar adanya.
Dengan perlahan-lahan, laki-laki itu terus berjalan mendekati Awan dan Yuri. Awan mengerutkan keningnya saat melihat sekujur tubuh laki-laki itu dipenuhi cat. Di situlah baru Awan menyadari bahwa penampilan Yuri ternyata sama berantakannya dengan penampilan laki-laki itu. Entah apa yang dilakukan oleh mereka tadi.
"D-dia temanku," jawab Yuri dengan terbata-bata.
"A-apakah dia suamimu?" Awan berbicara dengan nada meremehkan sambil menatap Bram dari atas hingga ke bawah selama beberapa kali. Laki-laki itu pun semakin menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan fisik Bram.
Bram tidak menyukai nada bicara Awan. Bram curiga bahwa laki-laki yang bertamu ini mungkin saja menaruh perasaan pada gadis itu. Bram masih menunggu, apa sebenarnya maksud dan tujuan kedatangan teman istri pura-puranya itu.
"Sayang, apa kamu sudah mempersilakan tamu kita untuk duduk? Oya, kemarilah sebentar!" Bram bertanya kepada Yuri seraya menyuruh gadis itu mendekat.
"Belum. S-silakan duduk dan tolong tunggu sebentar!" Yuri menunjuk sofa yang ada di ruang tamu lalu berjalan ke arah Bram.
Yuri kemudian menyentuh lengan Bram untuk memberi tahu laki-laki itu bahwa ia sudah berdiri di dekatnya. Bram tiba-tiba membalikkan badan Yuri dan kemudian memeluk gadis itu dari belakang.
Awan mengepalkan tangannya. Ia tidak suka melihat gadis yang ia cintai dipeluk laki-laki lain. Namun ia masih menahan diri.
"Tidak perlu. Aku ke sini hanya ingin memastikan siapa laki-laki yang beruntung menikahi gadis secantik dirimu, Yuri. Aku hanya ingin tahu, apakah ia cukup pantas?" jawab Awan sambil tersenyum menghina Bram, seolah ingin membalas rasa sakit atas perbuatan Bram yang memeluk gadis itu.
"Terima kasih atas pujian dan rasa khawatir anda kepada istri saya, yang sebenarnya tidak perlu itu. Yuri sudah bersama saya sekarang Tuan....... Siapa nama anda?" Bram juga berusaha mengendalikan dirinya meski semakin lama ia menangkap kesan menghina dari cara laki-laki itu berbicara.
Seolah tidak mau kalah dari laki-laki itu, Bram semakin mengeratkan pelukannya dan mengecup leher Yuri beberapa kali dengan sengaja. Yuri sangat terkejut karena sikap Bram terkesan berlebihan. Sementara awan, laki-laki itu semakin geram dibuatnya.
"Awan. Namaku Awan. Aku sebenarnya ingin menyodorkan tanganku untuk berkenalan, tetapi aku rasa itu percuma, karena toh anda tidak bisa melihat di mana posisi tangan ini berada," balas laki-laki itu dengan puas, karena berhasil merendahkan laki-laki tuna netra di hadapannya itu sekali lagi.
"Saya juga tidak terlalu suka bersalaman. Perkenalkan saya Laksamana Pertama Abraham Adiputera, suami Yuri. Dan kalau boleh jujur, anda sebenarnya datang di saat yang tidak tepat. Saya dan Yuri sebenarnya sedang memiliki kegiatan berdua tadi dan saya masih ingin menuntaskannya dengan istri saya. Jika anda tidak ada keperluan lagi, maka anda bisa pergi dari sini." Bram berbicara masih dalam posisi mengecup leher Yuri beberapa kali.
"Mas," ucap Yuri sambil menahan rasa geli.
"Aku akan pergi sekarang. Silakan melanjutkan kembali kegiatan anda," ucap Awan berusaha tidak terpancing, meski sebenarnya hatinya cukup panas membayangkan bahwa mereka berdua baru saja melakukan kegiatan yang hanya boleh dilakukan oleh suami-istri.
Awan tentu tidak bisa merelakan gadis itu dimiliki oleh laki-laki yang tidak sempurna seperti Bram. Namun, ia merasa belum sekarang saatnya untuk merebut Yuri.
"Yuri! Aku pulang dulu. Semoga laki-laki itu tidak membuatmu bosan dan bisa membahagiakanmu." Awan pun melangkah meninggalkan Bram dan Yuri di dalam rumah itu.
-------------
"Siapa dia?" Bram melepaskan pelukannya dari tubuh Yuri dan berbicara dengan suara yang dalam beberapa saat setelah kepergian awan.
"T-teman SMAku, Mas," jawab Yuri sambil memperhatikan ekspresi laki-laki itu Sepertinya suasana hati Bram langsung berubah setelah bertemu dengan Awan.
"Jangan dekat-dekat dengan dia! Dia laki-laki yang tidak baik," ucap Bram memperingatkan gadis itu.
"Tidak baik? Aku sudah mengenal dia cukup lama Mas. Awan tidak seperti yang mas katakan." Yuri menyanggah.
Awan adalah laki-laki yang menyelamatkannya dari rencana jahat warga. Di samping itu, selama ini, tidak ada yang laki-laki yang bersikap baik padanya selain Awan, di desa itu.
"Aku bilang tidak boleh ya tidak boleh!"Bram berbicara semakin keras. Ia tidak suka ketika Yuri membantahnya.
"Memangnya kenapa Mas? Mas baru satu hari mengenal Awan. Mana boleh menyimpulkan begitu cepat?"Perkataan Yuri ini tentu semakin memancing emosi Bram.
"Aku ini laki-laki Yuri. Hanya dengan satu kali bercakap saja aku bisa mengetahui bahwa laki-laki itu tidak baik. Kalian perempuan tahu apa?" Bram semakin kesal, karena Yuri terus membantahnya.
"Awan selalu baik padaku mas. Maaf, Aku tidak punya alasan untuk menjauhinya," ucap Yuri sambil melangkah hendak meninggalkan Bram.
"Aku alasannya. Aku tidak suka makanya kamu tidak boleh dekat ataupun berkawan dengannya lagi," seru Bram kembali saat menyadari bahwa Yuri hendak meninggalkannya.
"Ma-maksud mas?" Yuri menghentikan langkahnya dan menatap laki-laki itu.
"Aku tidak suka kamu dekat dengan dia. Aku ini suamimu. Apa kamu lupa?" Bram semakin geram karena perempuan itu tidak bisa mengerti kemauannya.
"Ta-tapi, kita kan hanya pura-pura menikah," balas Yuri kembali berusaha mengingatkan laki-laki itu.
"Tidak ada tapi tapi dan tidak ada lagi bantahan. Kalau aku bilang tidak suka ya tidak suka!" Bram pun mengakhiri percakapan mereka. laki-laki itu meninggalkan Yuri yang masih berdiri terpaku karena tidak memahami jalan pikiran laki-laki itu.
----------
Selamat membaca! Jangan lupa dukungannya ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Rinisa
Bram Cemburu...😍
2023-06-19
0
Gendhuk sri
cemburu ya
2023-05-31
0
Becky D'lafonte
mulai posesif
2023-03-25
0