Plakkk!!!!
"Siapa yang kau bawa dalam rumahmu? Siapa laki-laki itu. Perempuan L*kn*t!!" Orang itu berteriak lagi. Sementara Yuri hanya menangis sambil menyentuh wajahnya yang meradang.
"Saya suaminya. Apa hak anda melarang saya tinggal di rumah ini?" Seorang laki-laki dengan suara bariton berdiri di hadapan kerumunan masa. Semua orang terkejut mendengar ucapan laki-laki itu.
"Apa yang anda katakan, Tuan? Anda justru akan membuat aku mati karena diamuk masa. Bagaimana jika mereka meminta bukti," Yuri berkata dalam hati sambil menatap laki-laki yang bernama Bram itu dengan keheranan.
Ia tidak habis pikir, mengapa laki-laki itu tidak mengatakan yang sebenarnya saja? Mengapa laki-laki itu harus berbohong?
"Yuri, kemarilah!" Bram menyuruh Yuri mendekat padanya.
Yuri berdiri dan melangkah mendekati Bram. Ia kemudian menyentuh lengan laki-laki itu. Bram segera membawa Yuri ke belakang tubuhnya, seolah ingin melindunginya.
"Apapun yang terjadi jangan pernah menjauh dariku. Pegang tanganku, mengerti!" Bram berbicara dengan sedikit berbisik. Ia masih menggenggam tangan Yuri dan tidak melepaskannya.
Deg!!
Sikap Bram yang melindungi Yuri membuat gadis itu merasakan sesuatu yang berbeda. Ini adalah pengalaman pertamanya menerima perhatian dari seseorang. Perasaan tenang seketika melingkupi hatinya.
"Yuri?" Bram menyebut nama gadis itu sekali lagi karena tidak mendapat jawaban.
"I-iya," jawab Yuri dengan sedikit gugup.
"Bohong! Apa buktinya bahwa kalian telah menikah? Dimana kalian menikah? Pasti kamu adalah laki-laki hidung belang yang menggunakan jasanya selama ini dan mengaku sebagai suaminya di depan kami, supaya kami tidak menghakimi kalian," ucap Kepala Desa yang tiba-tiba muncul dari belakang.
"Oh Tuhan. Benar kan? Mereka meminta buktinya," gumam perempuan itu kembali di dalam hati.
"Saya dan Yuri benar-benar sudah menikah. Kami menikah di kota dan kami sudah menjadi suami-istri selama...." Perkataan Bram terhenti saat Yuri tiba-tiba memotong ucapannya.
"Tiga hari. Ya, kami baru menikah tiga hari yang lalu," Yuri memindahkan posisi tubuhnya yang semula berada di belakang menjadi sejajar dengan Bram. Mereka masih berpegangan tangan.
"Kalian pasti tidak melihat saya di sini sejak tiga hari yang lalu kan?" Yuri terpaksa ikut ambil bagian dalam sandiwara Bram dan berusaha meyakinkan warga dengan alasan yang logis supaya mereka percaya. Bagaimanapun juga nasi sudah menjadi bubur. Mereka berdua tidak mungkin mundur lagi.
"Mana buktinya bahwa kalian sudah menikah? Semua orang bisa saja mengatakan bahwa mereka sudah menikah," kata Kepala Desa dengan penuh curiga. Ia masih tidak percaya dengan ucapan Yuri.
"Tiga hari yang lalu saya dan suami saya telah menikah secara agama. Sebenarnya hari ini kami berencana akan mencatatkan pernikahan kami ke Dinas Pencatatan Sipil. Namun, suami saya mengalami kecelakaan kemarin. Saat itu semua dokumen sedang ia bawa. Entah di mana dokumen tersebut berada," jawab Yuri kembali.
"Saya kehilangan penglihatan saya akibat benturan keras saat kecelakaan itu. Saya bahkan belum mengganti pakaian saya sejak keluar dari klinik. Yuri membawa saya pulang ke sini, karena ingin mengambil beberapa pakaian dan kemudian membawa saya berobat kembali ke kota," tutur Bram menambahkan apa yang Yuri katakan.
"Tetap saja kalian tidak bisa membuktikannya. Alasan apapun bisa dibuat untuk menutupi dosa," jawab Kepala Desa yang masih terus ingin memojokkan mereka.
Yuri kembali merasa gugup. Ia menggenggam tangan Bram dengan kuat. Gadis itu tahu persis siapa Kepala Desa itu dan apa yang bisa dilakukannya. Tentu tidak mudah berdebat melawannya.
Bram membaca bahasa tubuh Yuri. Ia melepaskan tangannya dan mendekap pundak gadis itu, seolah ingin menyalurkan kekuatan dan ketenangan yang lebih besar.
"Saya adalah seorang Perwira Angkatan Laut, Laksamana Pertama Abraham Adiputera. Anda kira anda siapa bisa menilai ucapan saya benar atau tidak? Jika anda terus memojokkan kami, maka saya bisa meneruskan masalah ini ke pihak yang berwajib dengan dalil perbuatan yang tidak menyenangkan. Saya juga bisa menuntut Anda dengan pasal pencemaran nama baik, karena anda telah menuduh istri saya sebagai perempuan j*l*ng," tutur Bram dengan suara lantang. Ia menunjukkan kewibawaannya sebagai seorang Perwira.
"Perlu anda ketahui, untuk menjadi istri seorang perwira, Yuri telah menjalani serangkaian tes, termasuk tes keperawanan. Istri saya adalah seorang perempuan baik-baik, sementara kalian menuduhnya tanpa bukti. Mari kita ke pengadilan dan kita lihat nanti siapa yang benar setelah itu," tegas Bram tanpa ragu-ragu. Laki-laki itu pasang badan untuk melindungi perempuan yang baru beberapa jam dikenalnya.
Mata Yuri berkaca-kaca. Ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan Bram. Laki-laki itu membelanya bahkan percaya bahwa ia adalah seorang perempuan terhormat.
"Sudah pak, sebaiknya kita pergi saja. Laki-laki itu seorang Perwira, tentu tidak mudah melawannya," seorang pemuda berbisik di telinga Kepala Desa.
"Baiklah! Sementara ini saya percaya dengan ucapan anda. Setelah kondisi anda membaik, segera urus surat-surat itu. Saya masih akan menagihnya untuk kelengkapan administrasi desa," ucap Kepala Desa itu untuk menutupi malunya karena tidak bisa menemukan alasan lain untuk memojokkan Bram dan Yuri.
Semua orang meninggalkan pelataran rumah Yuri satu per satu. Mereka berdua pun masuk kembali ke dalam rumah.
----------
"Terima kasih karena tuan sudah menolong saya," ucap Yuri mengawali pembicaraan mereka ketika sudah berada di dalam rumah.
"Saya hanya membalas kebaikanmu." Bram menjawab Yuri dengan ekspresi datar.
"Oh, ya. Tuan, saya punya beberapa pakaian pria yang berukuran cukup besar. Anda bisa menggunakannya jika anda mau," kata Yuri kembali sambil mengingat pakaian-pakaian mendiang ayahnya yang masih tersimpan rapi. Untung saja ia tidak membuangnya.
"Terima kasih," balas laki-laki itu dengan singkat.
Yuri kembali menatap wajah penyelamatnya itu dengan tatapan yang lembut. Ia juga memperhatikan tangan laki-laki yang tadi menggenggamnya dengan erat. Ada perasaan nyaman ketika laki-laki itu memegang tangannya, hingga sesuatu menarik perhatian gadis itu dan memecah lamunannya.
"Maaf tuan, cincin itu?" Yuri tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
"Oh, ini cincin pertunangan saya. Calon istri saya bernama Rosalie. Satu bulan lagi saya akan menikahinya. Itu sebabnya saya harus segera sembuh. Tolong bantu saya!" Bram berbicara dengan suara yang lirih. Tersirat kekhawatiran dan kesedihan dalam kalimatnya.
Yuri terkejut. Ia tidak menyangka bahwa laki-laki yang ada di hadapannya sudah memiliki kekasih. Entah mengapa hatinya merasa begitu sakit mendengar ia menyebutkan nama perempuan lain.
"Saya pasti akan membantu anda, Tuan. Anda telah menyelamatkan saya di hadapan orang-orang jahat itu. Saya mungkin sudah mati sekarang, jika anda tidak ada," balas Yuri sambil mengingat bagaimana laki-laki itu membelanya beberapa saat yang lalu.
"Setiap orang layak mendapat kesempatan ke dua," jawab Bram sambil tersenyum simpul.
"M-maksud anda?" Yuri mengerutkan keningnya.
"Saya sebenarnya tidak tahu apa yang kamu lakukan selama ini, tapi tidak mungkin ada asap tanpa api. Saya berpikir pasti ada kebiasaan burukmu yang menarik perhatian mereka. Saya harap kamu akan berhenti melakukan kebiasaan buruk itu. Tadi saya beruntung karena mereka tidak memiliki bukti yang kuat," jawab Bram dengan tenang. Laki-laki itu menyimpulkan secara sepihak dan semakin yakin dengan kesimpulannya saat mengetahui bahwa Yuri menyimpan banyak pakaian laki-laki.
Yuri menutup mulutnya dengan tangan rapat-rapat. Ia tidak menyangka bahwa Bram tidak jauh berbeda dengan semua orang yang ada di desanya. Semua pembelaan yang diberikan olehnya ternyata hanya sandiwara.
Gadis itu kembali terluka. Dan ia merasa bahwa luka yang diberikan oleh laki-laki ini jauh lebih besar dari yang pernah ada. Mungkin seperti ini rasanya ketika seseorang mengangkat diri kita tinggi-tinggi sebelum akhirnya menghempaskan diri itu kembali ke tanah.
Yuri tidak membela dirinya lagi. Ia tahu semua itu tidaklah berguna. Selama ini ia berusaha menjelaskan dan tidak ada seorang pun yang percaya padanya.
"Lalu apakah anda tidak malu mendapat pertolongan dari perempuan seperti saya? Anda bahkan mengakui saya sebagai istri anda di depan banyak orang." Yuri berbicara dengan suara bergetar.
"Ada dua alasan mengapa saya melakukan itu. Pertama, saya tadi hanya memikirkan bagaimana caranya agar kita selamat dari amukan masa. Saya seperti sangat yakin bahwa mereka juga tidak memiliki bukti apapun tentangmu. Kedua, saya percaya bahwa kamu sebenarnya baik dan kamu akan menolong saya dengan tulus," ucap laki-laki itu dengan sungguh-sungguh.
"Jika begitu ijinkan perempuan ini melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan untuk membalas kebaikan anda," jawab Yuri sambil menahan Isak tangis yang hampir saja lolos di bibirnya.
--------
Selamat membaca!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
pasrah amat yahh??
2023-07-11
0
Becky D'lafonte
kasian yuri,, kirain pak perwira bener2 percaya kalo yuri gadis baik danterhormat
2023-03-25
0
lili
kepala desanya jahat karna keinginan TDK tercapai dia menfitnah....
2023-02-25
0