Yuanri Agatha, atau yang biasa disapa dengan Yuri adalah seorang gadis berusia 22 tahun. Parasnya sangat cantik begitu pula dengan bentuk tubuhnya, sangat sempurna. Selama lima tahun ini, ia hidup sebatang kara. Ibunya sudah meninggal sejak ia masih berusia 5 tahun, sementara ayahnya meninggal saat ia berusia 18 tahun.
Sejak kepergian ayahnya, Yuri menghidupi dirinya dengan melukis. Setiap satu minggu sekali, ia akan pergi ke kota untuk menjual hasil lukisannya pada sebuah galeri. Gadis itu bahkan sudah memiliki pembeli tetap dan ia melukis sesuai permintaan mereka. Itu sebabnya, meski sebatang kara, ia bisa menghidupi dirinya sendiri, walau semuanya serba berkecukupan.
--------------
Pagi-pagi sekali, Yuri sudah membuka mata. Ini adalah hari ke tiga sejak ia pergi meninggalkan desa. Persediaan makanan sudah habis. Tidak ada apapun yang bisa ia makan, kecuali jika ia pergi melaut.
Tinggal sendiri di dalam goa membuat gadis itu banyak berpikir. Ia tidak mungkin selamanya hidup seperti ini. Ada suatu waktu, ia harus kembali ke desanya, tetapi begitu ia kembali, maka masalah yang sama akan terus menerus berulang.
Ia akan kembali dipergunjingkan, akan kembali difitnah, dan akan kembali dilecehkan. Mungkin saat ini, ia bisa menghindar dari rencana buruk para warga, karena ada Awan yang menolongnya, tetapi ia tidak menjamin bahwa ke depan ia akan terus selamat. Semuanya hanya tinggal menunggu waktu.
Hidup sebatang kara, tanpa perlindungan dan keamanan, membuatnya semakin putus asa. Andai ayahnya masih hidup, ia pasti tidak akan mengalami nasib seperti ini.
Gadis itu memang selalu nampak kuat dan tegar di luar. Ia selalu menunjukkan sikap cuek terhadap kata-kata yang tidak baik tentangnya. Kenyataannya adalah Yuri hanya seorang gadis biasa yang mudah terluka. Ia sangat lemah dan menyimpan banyak kepahitan di dalam hatinya.
Saat Awan mengatakan bahwa para warga berniat mengaraknya tanpa busana, saat itulah ia merasa dirinya sangat tidak berharga. Ia mempertanyakan hati nurani manusia-manusia itu? Mereka yang merencanakan untuk mempermalukannya di muka umum adalah orang-orang yang tahu bahwa selama ini ia menjaga kehormatannya.
Yuri tidak pernah menggoda suami orang seperti apa yang sering diberitakan. Ia tidak pernah mengemis uang pada laki-laki untuk menghidupi dirinya. Ia bahkan selalu menolak, setiap kali laki-laki yang tidak baik itu datang dan mendekatinya. Jujur, mengingat semua hal itu, Yuri merasa lelah dengan hidupnya.
Yuri yang putus asa, telah mengambil sebuah keputusan. Ia ingin mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan diri di tengah laut pagi ini. Gadis itu telah memantapkan hati.
Yuri memutuskan untuk mengenakan sebuah dress berwarna putih dengan panjang selutut, pemberian ayahnya di hari kematiannya. Ia juga mengenakan sedikit lipstik pada bibirnya yang mungil dan sedikit berisi itu. Yuri berdandan seolah ia ingin menyambut kematiannya dengan hati yang lapang.
"Ayah, ibu, tunggu aku!" Gadis itu berucap di dalam hati.
-------------------
Saat ini, Yuri sudah berdiri di tepi pantai. Berkali-kali ia mencoba untuk menemukan sebuah alasan untuk hidup, namun ia tidak berhasil mendapatkannya. Semakin ia berusaha mencari alasan untuk hidup, justru berbagai alasan untuk matilah yang muncul.
Air matanya mulai mengalir ketika air laut menyentuh kakinya. Akankah memang hidupnya harus berakhir seperti ini?
Kenangan demi kenangan hilir mudik dalam benaknya. Kenangan bersama ibunya yang hanya sesaat, kenangan bersama ayahnya, saat ia bermain di pantai itu juga muncul. Yuri tersenyum mengingat semuanya.
"Sebentar lagi kita akan bersama-sama lagi," tutur Yuri sambil menghapus air matanya sambil melangkah tanpa ragu.
Ia terus berjalan meninggalkan bibir pantai. Ia merasakan tinggi air laut semakin menutup hampir seluruh tubuhnya. Matanya melihat ke sekeliling. Ia ingin menikmati dunia untuk terakhir kalinya.
Perempuan itu terus mengedarkan matanya hingga sesuatu membuat matanya menjadi silau. Ia melihat ada yang aneh di atas karang.
"Apa itu?" Yuri menajamkan pandangannya.
Ia hampir mengakhiri hidupnya dan secara tiba-tiba sesuatu mengalihkan fokusnya. Rasa sedih berubah menjadi rasa penasaran. Ia pun melupakan niatnya untuk bunuh diri dan memutuskan berenang ke arah karang itu.
----------------
Saat ini Yuri sudah berhasil menjangkau karang itu. Tangannya menyentuh karang guna menahan agar tubuhnya tidak tenggelam. Gadis itu cukup kelelahan karena harus berenang cukup jauh.
Betapa kagetnya ia saat mengetahui bahwa cahaya yang menyilaukan matanya itu adalah pantulan dari kaca jam tangan, yang dikenakan oleh seorang laki-laki, yang sedang berbaring tak sadarkan diri di atas karang. Banyak pertanyaan muncul dalam benak gadis manis itu. Yuri hanya berharap laki-laki itu belum mati.
Perempuan itu pun memutuskan untuk memanjat karang demi mengecek kondisi laki-laki itu. Beruntung, karang yang ada di hadapannya itu tidak terlalu tinggi.
"Sepertinya dia seorang Perwira Angkatan Laut," ucap Yuri saat melihat model pakaian yang dikenakan oleh laki-laki itu.
"Abraham Adiputera. Hmm... Nama yang bagus. Cocok dengan wajah orangnya yang..... tampan," imbuh Yuri sambil terus menatap laki-laki itu.
Beberapa menit kemudian, Yuri menyadari bahwa laki-laki itu mulai siuman. Gadis itu kemudian mendekatkan tubuhnya, karena laki-laki itu berbicara dengan suara yang lemah.
"Apa aku masih hidup?" Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan oleh laki-laki itu, yang sebenarnya ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Aarghhh..." Laki-laki itu merasa sakit pada sekujur tubuhnya, saat ia hendak mendudukkan diri.
"Pelan-pelan! Anda sudah selamat. Anda masih hidup." Yuri mencoba membantu laki-laki itu duduk.
"Bagaimana anda bisa berada di sini?" Yuri melanjutkan kembali percakapan mereka, namun laki-laki itu seperti tidak ingin berbicara.
"Anda pasti masih syok! Istirahatlah sebentar, setelah itu saya akan membantu anda berenang kembali ke pantai. Terlalu banyak luka. Anda harus diobati dengan segera," kata Yuri sambil memperhatikan tubuh laki-laki itu.
"Apakah sekarang sudah malam?" Laki-laki itu mulai mengeluarkan suaranya. Beberapa kali sejak ia tersadar, laki-laki itu terus mengusap matanya. Ia merasakan ada yang aneh dengan mata itu.
Yuri mengerutkan keningnya. Bagaimana mungkin hari yang cerah dan terang benderang ini disebut malam.
"Ini sudah pagi, tuan. Saya bahkan sudah mulai merasakan panasnya," jawab Yuri dengan heran.
"Pagi?" Laki-laki itu melanjutkan lagi ucapannya. Ia mengusap kembali matanya.
"Benar tuan," jawab Yuri dengan singkat.
"Aku, kenapa dengan mataku? Aku tidak bisa melihat apapun," laki-laki itu menjulurkan tangannya ke arah Yuri. Ia mencoba menyentuh gadis yang ada di hadapannya.
"Hei, hati-hati dengan tangan anda tuan! Anda tidak bisa melihat, tapi anda bisa sampai di sini. Aneh!" Yuri merasa kesal. Ia mengira laki-laki itu hanya bersandiwara.
"Aku masih bisa melihat kemarin meskipun samar. Tetapi sekarang, apa yang terjadi dengan mataku?" Laki-laki itu berbicara dengan panik.
Yuri melambaikan tangannya di depan wajah laki-laki itu. Tidak ada respons yang diberikan.
"Aku khawatir anda kehilangan kemampuan melihat. Anda harus memeriksakan mata anda," ucap Yuri dengan rasa iba. Laki-laki yang gagah di hadapannya harus mengalami kebutaan. Sungguh sangat disayangkan.
"Tolong aku! Tolong bawa aku! Aku akan memberikan apapun yang kamu mau asal kamu mau menolongku memulihkan penglihatan ku," balas laki-laki itu.
"Aku akan menolong anda. Aku mana tega membiarkan Anda seperti ini. Anda juga harus makan dan mengganti pakaian. Sekarang aku akan menuntun anda berenang ke tepi. Ayo, berpeganglah ke pundak ku," jawab Yuri sambil mengarahkan tangan laki-laki itu untuk menyentuh pundaknya.
-------------
Setelah beristirahat sejenak di dalam goa, tempatnya berteduh. Yuri pun memutuskan untuk membawa laki-laki itu kembali ke desanya.
Ia tahu hanya itu satu-satunya jalan agar laki-laki itu bisa tertolong. Ia hanya berharap warga desa sudah melupakan niat jahat mereka terhadap gadis itu.
Saat ini Yuri sudah membawa laki-laki itu berjalan ke rumahnya. Seperti biasa, banyak orang melihat Yuri dengan tatapan penuh kebencian. Apalagi saat mereka melihat bahwa Yuri kembali bersama dengan seorang laki-laki tampan yang memeluk pundaknya sepanjang perjalanan. Mereka mencibir Yuri sebagai wanita penggoda tanpa henti.
"Duduklah! Aku akan membuatkan sesuatu untuk anda," ucap Yuri kepada laki-laki itu ketika sudah berada di dalam rumah.
"Terima kasih. Siapa namamu? Saya Laksamana Pertama Abraham Adiputera. Panggil saja dengan sebutan Bram," ucap Bram dengan suara baritonnya.
"Saya....." Yuri menjeda ucapannya saat mendengar suara keributan di luar rumahnya. Seseorang mengetuk pintu dengan sangat keras sambil menyerukan namanya.
Tok!! Tok!! Tok!!
"Yuri!! Keluar kamu. Dasar perempuan j*l*ng!! Kau aib bagi desa ini. Keluar kamu!!!" Teriak seseorang dari luar.
Tok!! Tok!! Tok!!
Tubuh Yuri bergetar. Ia sangat ketakutan. Ia tahu bahwa tindakannya membawa laki-laki itu akan berdampak buruk baginya. Tetapi, ia hanya singgah di rumah sebentar untuk makan dan membersihkan diri, lalu ia akan langsung membawa laki-laki itu ke kota untuk berobat.
"Tunggu sebentar Tuan. Duduklah di sini! Saya akan menemui mereka," tutur Yuri dengan suara bergetar.
"Yuri!! Keluar kamu perempuan sialan!" Suara itu terhenti ketika Yuri membuka pintunya.
"Saya bisa menjelaskan. Saya... Aahhh!!" Seseorang menampar gadis itu hingga sudut bibirnya pecah dan berdarah.
Plakkk!!!!
"Siapa yang kau bawa dalam rumahmu? Siapa laki-laki itu. Perempuan L*kn*t!!" Orang itu berteriak lagi. Sementara Yuri hanya menangis sambil menyentuh wajahnya yang meradang.
"Saya suaminya. Apa hak anda melarang saya tinggal di rumah ini?" Seorang laki-laki dengan suara bariton berdiri di hadapan kerumunan masa. Semua orang terkejut mendengar ucapan laki-laki itu.
------------
Selamat membaca!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
lili
slalu keren novelmu kak Tirza..
2023-02-25
0
vita viandra
mampir.... tb* da d beranda... sukses kak....
2021-03-07
0
Klara Rosita
menarik
2021-02-04
0