Tidak Peka

*Dua Minggu Kemudian*

Tok!! Tok!! Tok!!

Suara ketukan pintu berhasil menghentikan sejenak aktivitas melukis seorang gadis. Yuri pun meletakkan kuas dan palet catnya di atas meja, dan segera melangkah menuju pintu untuk melihat siapa yang datang bertamu di rumahnya siang ini.

"Tuan Radit? Silakan masuk!" Yuri menggeser sedikit tubuhnya untuk memberi ruang bagi Radit agar masuk ke dalam rumah sederhana itu.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Radit bertamu ke rumah Yuri. Sebelumnya, laki-laki itu sudah pernah berkunjung.

Tidak sulit bagi seorang Dokter seperti Radit untuk mendapatkan alamat pasien. Bukan hanya alamat, data yang lain, tentu bisa ia dapatkan dengan mudah.

Meski ia tidak bekerja di Rumah Sakit, tempat Bram memeriksakan dirinya, Dokter yang menangani laki-laki itu adalah kenalannya. Tentu saja ia bisa mendapatkan data-data Bram dari rekannya itu, selama ia berjanji tidak akan menyalahgunakannya.

Radit sudah mengetahui bahwa Yuri dan Bram berpura-pura menjadi suami-istri untuk menghindar dari amukan warga. Bram terpaksa menceritakan semuanya pada saat Radit berkunjung pertama kali.

Waktu itu, Radit datang dengan penuh amarah. Ia mengira bahwa Bram sungguh-sungguh menikahi Yuri dan melupakan Rosalie, sepupunya.

Radit mengetahui dengan pasti bagaimana selama ini Rosalie menderita karena kabar kecelakaan itu. Ia juga mengetahui bagaimana gadis itu masih tetap percaya bahwa tunangannya masih hidup. Rosalie sungguh tidak pantas menerima pengkhianatan sekecil apapun.

"Apakah Bram sudah siap?" Radit memulai percakapannya dengan Yuri, saat ia baru saja mendaratkan tubuhnya di sofa ruang tamu.

"Aku sudah siap," ucap Bram sambil berjalan mendekati Radit yang masih bersantai di sofa.

Rupanya, Bram langsung berjalan, keluar dari kamarnya saat mendengar suara ketukan pintu tadi. Ia sudah memprediksi bahwa orang yang mengetuk pintu itu adalah Radit.

"Yuri, kau yakin tidak ikut dengan kami?" Bram memastikan kembali.

"Tidak, Mas. Aku harus menyelesaikan pesanan lukisanku yang sudah semakin dekat deadline pengirimannya. Maaf, aku belum bisa menemani mas untuk pergi konsultasi dengan Dokter hari ini." Yuri menatap Bram sambil memeriksa pakaian laki-laki itu. Ia segera membenarkan kerah kaos Bram yang terlihat kurang rapi.

"Oya, hampir lupa. Ini kartu ATM milikmu. Aku letakkan di dalam dompet. Pinnya adalah tanggal saat kita bertemu pertama kali." Yuri memasukkan dompet itu ke saku celana Bram.

"Jangan lupa untuk mengunci pintunya! Segera hubungi aku atau Radit jika ada apa-apa, mengerti?" Bram berbicara sambil menyentuh pundak Yuri.

"Iya, cerewet sekali. Tuan Radit, aku titipkan Mas Bram padamu. Tolong jaga dia baik-baik ya dan pulangkan ke rumah ini dengan selamat nanti malam," tutur Yuri sambil tersenyum.

Radit hanya membalas dengan anggukkan dan sebuah senyum simpul. Tak lama kemudian, dua laki-laki itu pun meninggalkan rumah Yuri.

----------‐----

"Kalian berdua sudah seperti suami- istri." Radit memulai percakapan mereka di dalam mobil.

"Jangan bicara sembarangan!" Bram menunjukkan ekspresi tidak suka dengan perkataan Radit.

"Apa kau tidak takut jatuh cinta padanya? Kata orang, cinta bisa datang karena terbiasa," sambung Radit kembali.

"Aku hanya menganggap Yuri sebagai sahabatku. Lagi pula aku sudah pernah mengatakan di hadapan kalian berdua, bahwa sampai kapan pun aku hanya akan mencintai Rosalie seorang." Bram menegaskan ucapannya lagi.

"Entahlah, tapi aku merasa gadis itu menyukaimu. Aku bisa melihat dari cara dia menatapmu. Tatapannya berbeda. Kau saja yang tidak peka, karena tidak bisa melihat tatapannya," Radit berusaha jujur mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.

"Tidak. Yuri juga menganggapku sebagai sahabatnya. Ia pernah mengatakan bahwa ia tidak percaya pada cinta, pada manusia yang mencinta. Perempuan itu bahkan tidak ingin menikah," sanggah Bram. Laki-laki itu tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kawannya.

"Kadang, aku merasa kasihan padanya. Jika kelak kau menemukan pendonor mata dan kemudian meninggalkannya, apa yang harus ia jelaskan kepada para warga?" Radit menoleh sebentar untuk melihat ekspresi Bram.

"Masalah warga, kami hanya tinggal mengatakan bahwa kami sudah bercerai. Tidak akan ada masalah dengan itu," jawab Bram dengan santai karena ia sudah membahas masalah ini dengan Yuri.

"Bagaimana jika ia berbohong? Bagaimana jika ternyata ia menyimpan perasaannya padamu dan sengaja mengatakan hal itu karena tahu bahwa ia tidak mungkin bersama denganmu?" Radit berandai-andai dan hal itu tiba-tiba mengusik ketenangan Bram.

Bram termenung sebentar memikirkan perkataan Radit. Ia belum pernah memikirkan hal ini.

"Bram?" Radit menyebut nama laki-laki itu sekali lagi.

"Aku akan langsung meninggalkannya hari itu juga. Dia seharusnya sudah menyadari di mana posisinya. Aku tidak mungkin mencintai perempuan lain, selain Rosalie," balas Bram kembali dengan suara yang dalam.

----------‐---‐-

"Benarkah Dokter?" Bram tersenyum lebar saat mendengar kabar bahwa sudah ada pendonor yang akan menyumbangkan matanya.

"Apakah korneanya cocok?" laki-laki itu bertanya kembali dengan sedikit ragu-ragu.

"Saya sudah melakukan serangkaian tes pada orang itu dan hasilnya cocok. Laki-laki itu pun sudah bersedia asal anda mau membayar mahal." Dokter mata itu berbicara sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Tidak ada masalah dengan biaya. Berapapun harganya pasti akan saya bayar, asal saya bisa melihat kembali," balas Bram dengan bersemangat.

"Jadi, kapan kita bisa memulai prosesnya?"Giliran Radit yang bertanya pada rekannya itu.

"Orang itu meminta waktu satu bulan lagi." Dokter itu langsung menangkap ekspresi kecewa di wajah Bram. Laki-laki itu pasti sudah tidak sabar dan merasa bahwa waktu satu bulan itu terlalu lama.

"Bagaimana pun juga, bukan hanya hidup Tuan Abraham saja yang berubah setelah ini. Hidup si pendonor pun akan ikut berubah. Kita tidak bisa memaksanya, sampai ia benar-benar siap." Dokter itu berharap alasannya bisa diterima oleh Bram. Ia masih mengingat betapa emosionalnya laki-laki itu, jika kemauannya tidak segera diikuti.

"Baiklah! Aku rasa satu bulan lagi adalah waktu yang baik. Tidak apa-apa. Aku bisa menunggu." Bram berusaha membesarkan hatinya.

"Aku tidak sabar memberi tahu Yuri mengenai hal ini. Dia pasti senang." tutur Bram kepada Radit sembari membayangkan bagaimana reaksi gadis itu nantinya.

Sementara Radit, dia memikirkan hal yang sebaliknya. Radit lebih percaya jika kabar itu justru akan membuat Yuri bersedih, sebab gadis itu sudah tidak memiliki banyak waktu lagi untuk bersama-sama dengan Bram.

----------‐----------

Tok!! Tok!! Tok!!!

"Cepat sekali mereka pulang," ucap Yuri pada dirinya sendiri.

Waktu masih menunjukkan pukul delapan malam. Yuri sempat mengira bahwa Bram dan Radit akan pulang lebih malam. Ia tidak menyangka bahwa mereka pulang secepat ini.

"Sebentar!!" Yuri berteriak dari dalam rumah sambil membebatkan handuk di kepala. Ia baru saja selesai mandi, setelah menyelesaikan sebuah lukisan yang cukup rumit, hingga membutuhkan waktu yang lebih panjang.

Yuri berjalan ke arah pintu sambil menyalakan lampu-lampu yang belum sempat ia nyalakan karena masih fokus dengan lukisannya tadi. Gadis itu pun membuka kenop pintu rumahnya.

Ceklek!!

"Mas, sudah pu-lang? Awan?" Yuri terkejut, saat melihat sosok yang sedari tadi mengetuk pintu. Ia ternyata telah salah mengira. Bram dan Radit belum kembali.

Sementara itu, Awan langsung menyeringai saat melihat Yuri berdiri di hadapannya. Perempuan itu nampak segar dan cantik setelah mandi, dalam balutan daster yang tak berlengan dan handuk yang masih membebat kepalanya.

"Bolehkah aku masuk?" Awan tersenyum penuh maksud kepada gadis itu, namun Yuri yang polos hanya menganggukkan kepala tanpa perdebatan. Gadis itu melupakan pesan Bram untuk menghindari laki-laki itu.

 ------------------

Selamat membaca. Jangan lupa dukungannya ya!

Terpopuler

Comments

lili

lili

kayaknya ada maksud sesuatu sami awan....

2023-02-26

0

Indah050

Indah050

novel ini sangat bagus dan romantis banget tp yg baca kok dikit ya sayang banget

2021-03-18

0

ReNaTa

ReNaTa

serba salah jd Yuri
Dia suka sama Bram,tapi Bram udh punya tunangan...Awan naksir Yuri,tapi cuman dianggap temen sama Yuri...
Bingung Thorrr

2021-02-02

2

lihat semua
Episodes
1 Terancam
2 Menemukanmu
3 Sandiwara
4 Cantik
5 Janda Termuda Dan Tercepat
6 Melukis Pemilik Hati
7 Kawan Lama
8 Gelisah
9 Mawar Merah
10 Bukan Orang Asing
11 Cover Dan Visual Cast
12 Lukisan Yang Dirahasiakan
13 Tidak Suka
14 Sang Kekasih Dan Sang Sahabat
15 Tidak Peka
16 Ancaman
17 Jawaban
18 Memberi Tahu
19 Pelukan Terakhir
20 Luka Yang Tidak Terlihat
21 Sempurna
22 Meminta Bantuan
23 Takut
24 Mengambil Jarak
25 Nyanyian Meminta Maaf
26 Penasaran
27 Sudah Waktunya?
28 Semu
29 Sudah Kehilangan Dirinya
30 Pergi Setelah Membayar Kebaikan
31 Pendonor Rahasia
32 Bertukar Posisi
33 Firasat Buruk
34 Hanya Keberuntungan
35 Merindukanmu
36 Kembali Ke Masa Lalu
37 Berselisih Jalan
38 Tempat Persinggahan Sementara
39 Aroma Dan Suara
40 Anomali
41 Menyukai Rasa Sakit
42 Obsesi
43 Perjumpaan
44 Bagaimana Jika?
45 Sesuatu Terjadi
46 Lebih Peka?
47 Menggenggam Dan Melepas
48 Maafkan Aku
49 Tak Bisa Melepaskanmu
50 Marah?
51 Dalam Pelukan
52 Tanpa Perasaan
53 Membawanya Kembali
54 Mantan Terindah
55 Lily Yang Tumbuh Di Lembah
56 Pernah Diposisi Yang Sama
57 Berjuang
58 Kekasih Yang Romantis
59 Tidur
60 Simpanan?
61 Kekasih Yang Penakut
62 Amarah
63 Seutuhnya
64 Intuisi
65 Mengabadikan Malam
66 Tidak Biasa
67 Penawaran Atau Ancaman?
68 Cinta Yang Akan Membawaku Pulang
69 Melepasnya Lagi
70 Sebuah Bantuan?
71 Aku Tahu, Aku Di Sini
72 Menikmati Kesalahan
73 Si Pemantik Rindu
74 Nona...
75 Sang Perwira
76 Sang Ayah
77 Mencari Petunjuk
78 Getir
79 Matahari Jingga
80 Belahan Dunia Yang Berbeda
81 Maukah Kau?
82 Si 'Kepala Bantal'
83 1475 Hari
84 Akhir Sebuah Penantian
85 Cinta Yang Mereka Sebut Gila
86 Mata Hanyalah Bukti
87 DAFTAR LAGU-LAGU OST THROUGH MY EYES
88 UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGUMUMAN
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Terancam
2
Menemukanmu
3
Sandiwara
4
Cantik
5
Janda Termuda Dan Tercepat
6
Melukis Pemilik Hati
7
Kawan Lama
8
Gelisah
9
Mawar Merah
10
Bukan Orang Asing
11
Cover Dan Visual Cast
12
Lukisan Yang Dirahasiakan
13
Tidak Suka
14
Sang Kekasih Dan Sang Sahabat
15
Tidak Peka
16
Ancaman
17
Jawaban
18
Memberi Tahu
19
Pelukan Terakhir
20
Luka Yang Tidak Terlihat
21
Sempurna
22
Meminta Bantuan
23
Takut
24
Mengambil Jarak
25
Nyanyian Meminta Maaf
26
Penasaran
27
Sudah Waktunya?
28
Semu
29
Sudah Kehilangan Dirinya
30
Pergi Setelah Membayar Kebaikan
31
Pendonor Rahasia
32
Bertukar Posisi
33
Firasat Buruk
34
Hanya Keberuntungan
35
Merindukanmu
36
Kembali Ke Masa Lalu
37
Berselisih Jalan
38
Tempat Persinggahan Sementara
39
Aroma Dan Suara
40
Anomali
41
Menyukai Rasa Sakit
42
Obsesi
43
Perjumpaan
44
Bagaimana Jika?
45
Sesuatu Terjadi
46
Lebih Peka?
47
Menggenggam Dan Melepas
48
Maafkan Aku
49
Tak Bisa Melepaskanmu
50
Marah?
51
Dalam Pelukan
52
Tanpa Perasaan
53
Membawanya Kembali
54
Mantan Terindah
55
Lily Yang Tumbuh Di Lembah
56
Pernah Diposisi Yang Sama
57
Berjuang
58
Kekasih Yang Romantis
59
Tidur
60
Simpanan?
61
Kekasih Yang Penakut
62
Amarah
63
Seutuhnya
64
Intuisi
65
Mengabadikan Malam
66
Tidak Biasa
67
Penawaran Atau Ancaman?
68
Cinta Yang Akan Membawaku Pulang
69
Melepasnya Lagi
70
Sebuah Bantuan?
71
Aku Tahu, Aku Di Sini
72
Menikmati Kesalahan
73
Si Pemantik Rindu
74
Nona...
75
Sang Perwira
76
Sang Ayah
77
Mencari Petunjuk
78
Getir
79
Matahari Jingga
80
Belahan Dunia Yang Berbeda
81
Maukah Kau?
82
Si 'Kepala Bantal'
83
1475 Hari
84
Akhir Sebuah Penantian
85
Cinta Yang Mereka Sebut Gila
86
Mata Hanyalah Bukti
87
DAFTAR LAGU-LAGU OST THROUGH MY EYES
88
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!