Lino datang bersama dengan kawanan bandit tersebut, memasuki kawasan perawatan dengan para medis yang masih saja sibuk mengurusi para pasien mereka.
“Apa yang terjadi?” tanya Armstrong memhampiri mereka. Kali ini lelaki itu sudah mengenakan jubah putih yang melambangkan jika dirinya adalah tim medis, bukanlah seorang relawan seperti teman temannya.
“Sepertinya mereka terkena semacam kutukan kuno. Apa kau bisa menyembuhkan mereka?” seru Bland setelah mengamati mereka beberapa saat.
Armstrong meneliti setiap bercak hitam pada tubuh mereka. “Bagaimana bisa seperti ini? Ini mantra yang sangat kuno. Apa anda di serang oleh seorang penyihir?” tanya Armstrong pada wanita paruh baya tersebut.
“Benar tuan! Kami bukan di serang oleh monster seperti yang lainnya. Kami juga tidak tahu dari mana datangnya pria tersebut. Namun dia datang untuk membawa putri saya” jelas wanita tersebut dengan mata berkaca kaca.
“Aku datang terlambat saat itu. Tapi aku melihat penampakan penyihir itu. Ia mengenakan jubah merah dengan wajah yang di tutupi oleh sebuah topeng badut. Di pundaknya ada seekor burung gagak yang bisa berbicara layaknya seorang manusia” jelas kepala bandit tersebut dengan pandangan sedih.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Lino, dan mereka semua menatap Armstrong yang sepertinya sedag berfikir keras, mencari sebuah solusi untuk mereka.
“Bisakah kau menghubungi kakakmu, Lino?” ucap Armstrong dengan menatap Lino yang balas menatapnya dengan pandangan bingung.
“Ada apa?” tanya Lino dengan tanda tanya besar di atas kepalanya
“Ah.. kau benar juga Arm. Kakak perempuanmu kan seorang alkimia hebat. Mungkin ia bisa membuatkan obat untuk mereka!” jelas Bland dan ketika itulah Lino baru paham maksud dari Armstrong untuk memanggil kakak perempuannya kemari.
“Baiklah! Aku akan menghubunginya sekaranga!” ucap Lino dan hendak pergi. Namun tiba tiba suara wanita yang berjalan kearah mereka membuatnya menghela nafasnya lega.
“Aku baru akan memanggilmu kak” seru Lino melihat kehadiran Anita yang berjalan melenggak lenggok ke arah mereka disertai dengan senyuman manis yang bertengger di wajah cantiknya.
“Tidak perlu. Aku sudah datang bukan. Aric memperi tahuku, jika kau akan memerlukan bantuanku disini. Jadi aku meminta izin pada atasanku untuk libur 2 hari” jelas Anita sambil menguncir rambut panjangnya bak ekor kuda.
“Apa kau cuti?” tanya Lino membuntutinya.
“Ya.. hanya 2 hari. Aku kan membantu kalian disini. Toh.. dunia ku sedang kacau balau! Bagaimana bisa aku terus bekerja dan mengacuhkan masyarakat yang sedang membutuhkan kemampuanku” ucap Anita dengan tersenyum bak bidadari.
“Guru.. kau disini” ucap Falen yang datang dengan senyum yang mengembang lebar melihat Masternya berada di tempat yang sama dengannya.
“Falen? Kau disini juga ternyata! Apa Alward ada disini juga bersama dengamu?” tanya Anita sambil fokus memeriksa kedua ibu beranak tersebut dengan sangat teliti.
“Tidak.. dia di tugaskan di tempat lain oleh kepala sekolah” jelas Falen setia dengan menatap setiap pergerakan gurunya.
“Owh.. seperti tu ternyata. Bisa bantu aku menyiapkan beberapa bahan untuk membuatkan obat mereka?” tanya Anita sambil menatap mereka.
“Tentu saja..”
”Kami akan membantu dengan senang hati”
“Kami akan berusaha kak”
“Tolong katakan padaku juga. Aku dan kelompokku juga akan mengusahakan yang terbaik untuk segala keperluannya” ucap kepala bandit tersebut dengan raut wajah bersyukur telah bertemu dengan orang orang baik seperti mereka.
Anita tersenyum. “Baiklah.. tolong bantuannya”
...🐁 🐁 🐁 🐁...
Langit sudah semakin gelap. Bahkan mereka lupa membawa obor ketika memasuki hutan tadi.
Aria dan Ivan berjalan beriringan menuruni bukit dengan jalanan curam. Mereka baru saja menyelesaikan ritual mecuci bajunya di tepi sungai yang ada di dalam hutan.
“Aria.. kau tidak lelah?” ucap Ivan khawatir dengan Aria yang berjalan di sampingnya tersebut. Tubuh Aria sudah semakin kurus karna beberapa hari ini ia melakukan pekerjaan berat.
Sebagai seorang putri bangsawan yang tersohor, ayahnya tentu saja tidak akan pernah mengizinkannya untuk melakukan pekerjaan kasar seperti yang ia lakukan hari ini. Bahkan makan saja ia tak mungkin kekurangan seperti sekarang ini.
Namun Aria bahkan tidak pernah mengeluh dalam melakukan tugasnya ketika ia menjadi relawan. Dan yang membuat Ivan khawatir adalah karna wajah Aria saat ini sudah sepucat pakaiannya.
“Mau ku gendong?” tawar Ivan hanya mendapatkan gelengan kepala dari Aria.
“Kau benar baik baik saja? Wajahmu itu sudah sepucat mayat Aria” tanya Ivan lagi. Ivan menjadi sangat cerewet dari 15 menit yang lalu. Ia sedang merasa benar benar khawatir.
Karna mereka hanya berdua di dalam hutan ini. Dan lagi jalanan yang gelap gulita membuat Ivan juga sedikit bingung dengan arah jalan mereka. Dan semoga saja mereka tidak akan tersesat saat ini.
“Ivan..” panggil Aria dengan suara lemah. Dan itu membuat Ivan semakin tercekat dan khwatir akan keadaannya.
“Ya.. ya.. ada apa Aria? Apa ada yang sakit? Mau ku gendong? Kau mau istirahat? Kau lapar? Atau apa? Cepat katakan...!” tanya Ivan tanpa jeda.
Aria menghela nafasnya penat. “Bagaimana aku bisa menjawabmu?! Jika kau sudah panik seperti itu sebelum aku mengatakan keperluanku, Ivan” ucap Aria dengan berulag kali mengghela nafasnya penat.
Ivan pun tersenyum masam dam mepersilahkannya untuk berbicara. Aria pun menghembuskan nafasnya lagi “Aku haus. Boleh minta air yang tadi kau ambil? Punya ku sudah habis” ucap Aria dengan suara yang sudah mulai serak karna tenggorokannya yang mulai mengering.
Ivan pun memberikannya sebuah botol air minum dan Aria langsung meneguknya, menghilangkan rasa dahaga yang mengganggu di tenggorokannya.
“Apa kau benar benar baik baik saja?” tanya Ivan lagi. Aria pun lagi lagi menganggukinya.
“Aku hanya merasa sedikit lelah! Sepertinya kita sedang berputar putar saat ini. Apa bisa kita istirahat sebentar?” pinta Aria dengan suara lelahnya.
“Ya.. kau benar Aria. Sepertinya kita sedang berputar putar sekarang. Kita istirahat sebentar” ucap Ivan dan membuatkan tempat peristirahatan untuk Aria.
Ivan menjadikan jubahnya sebagai alas duduk Aria. “Terimakasih” ujar Aria sambil tersenyum pada Ivan yang tiba tiba terdiam melihat betapa menawannya Aria saat tersenyum.
Aria menyandarkan kepalanya pada batang pohon yang ada di belakangnya. Perlahan lahan matanya mulai terpejam melihat langit malam dan sang purnama yang bersinar sangat terang di atas sana.
Namun sayang sekali disana tidak ada gemerlap bintang seperti langit yang ada di rumahnya. “Aku rindu rumah” gumam Aria dan kemudian terpulas. Dan tanpa sadar kepalanya sudah bersandar pada bahu Ivan yang duduk di sebelahnya.
“Apa ini baik?” gumam Ivan menyadari posisi mereka yang mampu membuat siapa saja salah paham.
“Apa yang kalain lakukan??”
Nah kan.. baru saja Ivan memikirkan tentang kesalah pahaman dan itu malah terjadi di saat yang tepat dengan orang yang paling salah.Yap.. tak jauh dari mereka, berdirilah Lino dengan pandangan tajam bagai sembilah pedang.
“Kaliann....”
*****
Hai, terimakasih sudah membaca cerita ini. Aku benar-benar bersyukur memiliki kalian disini. Terimakasih...
IG : @otvianasofie
See you next time All.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Susi Ana
suka,mampir ya
2020-12-25
3
Nureti
4 like mendarat
2020-12-25
3
HIATUS
😍😍😍😍😍
2020-12-25
1