Episode 18

“Sedang apa kau disini?” seru Falen sambil berlari menghampiri adiknya, namun kedua matanya itu sudah melirik keberadaan Lena dengan berbinar binar.

Aria menghela nafasnya dan memalingkan wajahnya sebentar, menintip beberapa orang yang ada di belakang punggung kakak laki lakinya tersebut. “Kau sedang melakukan apa?” tanya Aria, kembali menatap wajah kakaknya.

“Relawan! Kau juga ingin melakukannya? Aku dan teman temanku sedang membantu disini, kami sedang kekurangan orang. Kau juga Lena?? Ingin membantu kami?” ucap Falen dengan mengintip Lena yang memunggunginya dari balik badan Aria.

“Huhh.. tidak sudi. Aku akan masuk dan membantu kakak Max di dalam. Kau disini dengan kakakmu atau ikut denganku juga terserah. Yang penting aku malas melihat wajahnya” judes Lena dan kemudian berjalan pergi menghindari tatapan berbinar binar dari kakak Aria tersebut.

Falen langsung terlihat kecewa ketika mendapati kepergian Lena dari sana. “Kenapa dia har...”

“Tentu saja dia harus pergi karna kau menatapny seperti singa bertemu dengan mangsanya begitu?!” potong Aria dan langsung membuat Falen mengerucutkan bibirnya sok imut.

“Padahal aku hanya senang melihatnya. Apa wajah ku seburuk itu sekarang?”

Aria menganggukan kepalanya dengan acuh “Urusi dulu jerawatmu itu! jika kau ingin Lena kembali bersamamu lagi” celetuk Aria dan meninggalkan Falen yang lemas ketika mendengar perkataan adiknya tersebut.

Nana berjalan dari kejauhan. Ia menatap pengungsian yang di bangun di halaman rumahnya. Halaman rumahnya yang biasanya lenggang dan sepi itu, sekarang di penuhi dengan berlalu lalangnya orang orang yang terluka.

Tenaga medis yang ada dirumahnya pasti sedang sibuk saat ini. Bahkan ia melihat beberapa orang dengan pakaian relawan dengan pandangan sendu.

Memang bencana yang terjadi hari ini, sangat mengerikan. Hampir separuh lebuh dari daratan Hasely tersapu bersih oleh serangan bola biru Lino.

Walau pun begitu, mereka tidak bisa menyalahkan Lino akan hal ini. Karna ia melakukan semua ini untuk melenyapkan para monster. Walau pun dampaknya tidak lebih parah dari lubang hitam milik Kend.

Namun api milik Lino itu, setidaknya tidak menimbulkan korban terlalu banyak. Hanya orang orang yang berada di zona pusatlah yang terluka parah, sedangkan yang lainnya hanya terluka ringan.

“Adikku sudah pulang. Sudah makan?” tanya Aron melihat kedatangan  Nana dari depan gerbang, halaman rumahnya.

Nana langsung menoleh pada sumber suara dan tersenyum manis, menyambut kedatangan kakaknya yang mengenakan pakaian kebesarannya, yaitu jubah putih panjang untuk para dokter tenaga medis.

“Belum.. kakak sudah makan?” tanya Nana balik.

Dan Aron menggelengkan kepalanya. “Belum.. hanay secangkir kopi saat pagi tadi. Aku tidak sempat makan siang juga. Perutku sudah lapar, tapi aku tidak bisa meninggalkan pekerjaannku untuk sekarang ini” ucap Aron menjelaskan.

Nana tersenyum sendu “Kakak Maxi pasti juga belum makan. Apa ada makanan di dalam?”

“Mungkin tidak ada! Aku sudah meminta semua pelayan kita untuk membantu tenaga medis. Kau bisa membeli makanan jika kau lapar saat ini Nana!” seru Aron dengan menujukan sebuah senyuman manis nan lembeut pada adiknya.

Nana menggeleng. “Apa bantuan dari raja juga belum datang?”

“Jika disini, masih belum ada. Kau tau sendiri, tempat kita ini terletak di daratan yang terpencil bukan”

Nana menghela nafasnya panjang “Kau benar kakak. Mungkin bantuan itu akan datang dua hari lagi. Dan pelayan kita pasti akan sangat sibuk dan kelelahan”

Nana berfikir sejenak “Aku akan membeli bahan makanan saja, dan memasak untuk kalian semua”

“Bagaimana aku bisa mengizinkanmu melakukannya seorang diri. Dan lagi, disini ada ribuan orang. Bagaimana kau bisa memasak begitu banjak untuk kita semua??” ucap Aron menentang keras permintaan adiknya.

Nana tersenyum manis “Setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan untuk kalian bukan?”

“Nana kau jangan keras kepala!”

“Aku akan memanggil jasa pelayan tambahan. Dan lagi, aku dengar Aria dan Lena ada disini bukan?”

“Y..ya.. kau benar! Tapi tetap saja aku akan melarangmu ke dapur”

Nana menghela nafasnya penat. Kakaknya ini memang sangat keras kepala dan itu selalu berhasil membuatnya ingin memukul kepalanya menggunakan sepatu.

“Sudah jangan bawel! Aku akan mengurus bagianku dan kakak urus saja bagian kakak! Huhh.. dasar bawel” ucap Nana langsung masuk pada mode judesnya.

Aron pun langsung terdiam dengan pandangan terkejut melihat Nana yang sudah kesal dengan sikapnya. “Ba.. baiklah! Terserah padamu. Jika kau capek dan mengeluh, aku akan memukul pantat mu” teriak Aron melihat punggung Nana yang menjauh.

“Lakukan jika kau berani! Akan ku pecahkan kebanggaanmu itu” jerit Lena balik di sertai tatapan tajam.

Aron langsung menggidikan bahunya ketakutan “Dasar wanita menakutkan”

\~*\~*\~*\~*\~*\~*\~*\~*\~*\~*\~*\~*\~*\~

Lino sudah membuka matanya sejak 2 jam yang lalu. Namun karna rumahnya sedang sepi, jadi tidak ada yang tahu akan kesadarannya.

Lino bangkit dari ranjangnya. Tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa ketika  ia memaksa tubuhnya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang.

“Sial..” gumamnya dan bangkit daru duduknya. Ia berjalan keluar dari kamarnya dan beranjak ke dapur untuk mengambil segelas air yang ada di dalam lemari pendingin.

“Owh.. kau sudah bangun?” ucap Ivan ketika melihat Lino yang sudah berdiri tegap di balik pantry.

“Ada apa? Kenapa kau kemari? Aku dengar kalian sibuk menjadi relawan?” tanya Lino dengan beranjak duduk di sofa yang ada di tengah tengah ruangan tersebut. Ia juga menyalakan tv dan mencari acara berita yang menyiarkan perkembangan keadaan kotanya untuk saat ini.

“Ya.. kami melakukannya. Kota hancur parah. Kami juga membuat pemakaman masal untuk para penduduk kemarin. Apa kau sudah merasa baik baik saja?” tanya Ivan dan beranjak duduk di sampingnya dengan meneguk sebuah minuman kaleng rasa mocca.

“Tulangku seperti hancur. Tapi aku sudah bisa berjalan.. mungkin?” ucap Lino tidak yakin dengan pernyataannya sendiri.

“Hahh.. kau ini. Cepatlah pulih dan bantu kami mengurusi ulahmu itu. Jangan beristirahat terlalu lama! Kau terlihat sangat menyebalkan, ketika kami bersusah payah di luar sedangkan kau tidur di rumah sepanjang hari” omel Ivan merasa kesal dengan keadaannya.

Lino terkekeh pelan, menertawakan wajah buruk Ivan saat ini. “Hahaha.. wajahmu sperti cumi Ivan hahaha”

“Haihh.. lihatlah, bahkan kau sudah bisa menertawakanku saat ini. Kau sudah sembuh ternyata!” omel Ivan menatap Lino dengan pandangan kesal. “Cepat pakai bajumu dan ikut denganku menjadi relawan” Ucap Ivan sambil menarik narik Lino agar bangkit dari duduknya.

“Hahaha.. ampun Ivan! Tubuhku masih sakit hahaha”

“Ck.. dasar kau menyebalkan”

“Hahahaha... maaf”

Ivan bangkit dari duduknya dan meyiapkan makanan untuk Lino di atas meja. “Makanlah ini, aku harus segera kembali kesana. Sampai jumpa”

"Ya.. sampai jumpa. Maaf tidak bisa membantu kalian"

"Ya.. tidak apa. Cepatlah sembuh" ucap Ivan dan kemudian keluar dari rumah Lino. Meninggalkan Lino yang masih di posisinya, melihat kepergian temannya tersebut.

Terpopuler

Comments

🍒ꦽꦽꦼ➮ᎪᴠꫀӀƖყ~NꫀᎥɾᴀᏞყꪀꪀҽ༆

🍒ꦽꦽꦼ➮ᎪᴠꫀӀƖყ~NꫀᎥɾᴀᏞყꪀꪀҽ༆

Semangat thor!!

2020-12-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!