"Awass" teriakan penonton terdengar sangat nyaring ketika benda berasap tiba tiba muncul dari langit dan menghempas ke arah lapangan tempat pertarungan berlangsung.
Bummm...suaranya menggema dan mendegum. Entah siapa yang terkena sial dan tertimpa benda berat tersebut. Suasana yang tadinya sudah tegang, kini menjadi lebih tegang.
Para penonton memperhatikan dngan seksama. Titik pandangan mereka tertuju pada asal mula kabut tebal nan gelap tersebut. Semua diam memanti, benda apa itu barusan. Beberapa orang bahkan menajamkan pandangannya untuk melihatnya dengan jelas.
Dan ternyata, sesuatu yang jatuh dari langit itu, tepat menimpa tubuh Lino. Yang semulanya berdiri, sekarang Lino sudah telentang merasakan sakit dipunggungnya, di tengah lapangan. Dengan merasakan sesuatu yang sangat berat menimpa bagian perutnya, ia menatap.
Bahkan, jatuhnya benda itu membuat sebuah lingkaran debu yang menghempas ke segala arah dengan sangat kuat. Jadi Lino ingin tahu, seberapa besar benda yang jatuh dari langit dan menimpa dirinya itu?
Lino menyipitkan pandangannya, dan sesekali mengibaskan tangannya agar debu yang menghalangi penglihatannya itu segera enyah dari sekitarnya.
"Miaww.."
Tiba tiba suara mahluk itu terdengar pelan nan menggemaskan dari atas perut Lino. Suara raungan manja dari benda kecil itu, sudah duduk dengan manisdan menatap Lino yang berhasil di buatnya mencuram dalam.
Lino mengerjapkan matanya berulang kali. Memastikan pandangannya tak lagi kabur atau sedang berhalusinasi.
Pasalnya ia sedang melihat anak macan putih tengah duduk di atas perutnya dengan memandangnya manja. Binatang itu bahkan dengan manja menggosok wajahnya pada dada Lino. Lino menepuk jidatnya menyadari kehadiran binatang kramat tersebut.
"Kecil tapi berat ya!" Seru Lino dengan bangkit duduk, memangku binatang kecil itu pada kedua pahanya. Bahkan sesekali Lino mengusap kepala anak macan putih itu dengan lembut. Dan anak macan itu pun semakin berlaku manja padanya.
Dan Lino mencoba untuk mengangkatnya ke udara. "Ringan???" Bingungnya ketika mengangkat anak macan berwarna putih itu dengan kedua tangannya.
Lino bahkan menggoyang goyangkan dengan pelan, namun makhluk kecil mungil itu tidak sebanding dengan cara jatuhnya.
"Tapi kenapa cara jatuhmu membuat keributan seperti itu? Membuat orang syok saja!" omel Lino mengetok kepala anak macan itu pelan.
Dan benar saja, dengan imutnya anak macan itu malah mengerjap, seperti memperlihatkan mimik wajah kesakitannya dengan imut.
Entah kenapa perasaan Lino terhadapnya terasa sangat akrab, ketika melihat binatang mungil nan menggemaskan di tangannya itu. Seperti ada rasa akrab yang mendalam terhadapnya. Lino merasa sudah mengenal makhluk kecil itu sangat lama, padahal ia baru saja bertemu dengannya.
"Miaww.." manja anak macan itu seakan-akan tersenyum sambil memiringkan kepalanya kesamping, seakan tengah menertawakan ucapan Lino barusan.
Apa lelaki di hadapannya itu sungguh tak mengenalinya? ucap si anak macan itu di dalam hati.
Setelah lama dengan ketegunannya, Tuan Grandle akhirnya mendekati mereka dan menyaksikan interaksi keduanya dari dekat. Mereka terlihat sangat akrab, bahkan seperti sudah berkawan dalam waktu yang sangat lama.
Karna menurut Tuan Grandle, mahluk kramat seperti itu cendenrung memiliki sikap acuh dan dingin pada manusia. Namun lihatlah kedekatan mereka ini. Jauh dilubukhatinya, Tuan Grandle berulang kali bertanya! Apakah Lino adalah pemiliknya? Ataukah makhluk keramat itulah yang memilih Lino sebagai tuannya?
"Macan putih? Macan putih salju ya? Ini barang langkah! Lihat belangnya juga bagus" gumam Tuan Grandle membuat para summoner berkumpul ke tengah lapangan. Menyaksikan benda kecil, mungil yang sangat menggemaskan bermanja manja pada pangkuan Lino.
"Lucu"
"Sangat kecil"
"Aku ingin memilikinya!"
"Aku juga!"
Lino mulai risih dengan sorakan riuh teman temannya itu. Itu sangat menganggu interaksinya dengan si mungil yang ia pangku dari tadi.
Bahkan si anak macan pun tidak terlihat senang dengan ucapan mereka. Bahkan lebih tepatnya ia terlihat ketakutan dengan keadaan sekitarnya.
"Buka lah pelelangan!"
"Ya! Kami akan mulai menawar dengan harga tinggi untuk itu"
"Benar! Cepat buatlah! Aku akan mengikutinya"
"Bagimana Lino?" Tanya tuan Grandle akhirnya.
Lino menatap manik hijau kebiruan milik anak macan mungil itu dalam. Seakan ia tahu jika anak macan itu tidak ingin lepas dari pangkuannya. Bahkan tidak ingin pergi dari sisinya.
Lino pun tersenyum dengan mengelus puncak kepalanya lembut dan anak macan itu seperti mengerti jika dirinya sedang di sayang oleh Lino, maka dari itu dia bersikap tambah manja, dengan tiba tiba berbaring telentang dan
memperlihatkan perutnya yang gembul ditutupi bulu putih halus nan tebal. Lino pun menggelus perut gembul anak macan tersebut dengan gemas.
Melihat interaksi mereka, para penonton pun semakin riuh dan gencar untuk menyarankan pembukaan sebuah pelelangan untuk anak macan tersebut.
"Akhhh.. cepatlah Lino! Aku ingin memilikinya"
"Ya... cepatlah!"
Lino menatap kawan kawannya dengan senyum lembut. Tapi auranya sangat gelap, Lino merasa tidak nyaman dengan sekelilingnya.
"Maaf teman teman! Aku tidak akan menjual kawanku" tungkas Lino membuat beberapa orang kecewa dan beberapa menjadi marah.
"Untuk apa kau memilikinya?"
"Itu tidak akan berguna untukmu!"
"Benar! Lebih baik berikan pada kami!"
"Ya.. atau bukalah pelelangan jika kau ingin sebuah ke untungan dari nya"
Mendengar kalimat yang mereka lontarkan dengan nada tak bersahabat itu membuat mata Lino berkilat marah. Dan itu membuat mereka diam seribu bahasa.
"Sudah ku bilang aku tidak menjual kawanku!" Sarkas Lino dan berlalu pergi menghampiri teman temannya yang sudah menunggunya di pinggir lapangan.
"Miaaww.." suara anak macan itu terdengar melas. Mungkin ia sedih melihat Lino yang harus marah hanya karna dirinya.
Namun Lino kembali tersenyum ketika teman temannya menyambutnya dengan sangat baik.
"Kau menemukan sesuatu yang lucu" ucap Nana mengelus puncak kepala anak macan putih itu lembut dan anak macan itu semakin manja pada tangan Nana.
"Dia tau jika di sayang ya! Lucunya hahaha" ucap Lena mencubit kecil ujung hidungnya.
"Ini kawan baru yang bagus. Ia keturuan asli. Coraknya bagus. Elemen nya juga sangat cocok untukmu" ucap Ivan menelisik lebih dalam tentang anak macan tersebut dalam sekali pandang.
"Hemm.. kau benar! Es dan petir sangat cocok untuk kakak yang sekarang. Yahh.. bagus lah! Selamat" ucap Kend menepuk punggung Lino.
"Terimakasih"
Lino menatap Aria yang terus diam dengan menatap tajam ke anak anak macan yang bermanja manja di dalam dekapannya.
Lino menajamkan pendengarannya. Dan ia hampir saja tertawa mendengar apa yang di gumamkan Aria ketika pandangannya sudah setajam pedang ketika memandang anak macan tersebut.
Itu punyaku
Milikku
Macan sialan! Cepatlah enyah..
Yah itu lah contoh gumaman Aria. Dan tentu saja di sertai dengan sumpah serapah untuk si anak macan kecil mungil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ririn
hhhhha jatuh yah pakai besi e tenaga kali udh di angkat ringan
2021-02-07
4
5Star_Extra7
next
2020-11-21
2
Akira ✨
next up thor 😁
2020-11-21
2