Fira dan Lino mengambil posisi duduk tepat di dekat pintu masuk. Tentu saja sudah ada beberapa anak dari kelas lain yang akan battle dengan kelas mereka hari ini. Mereka sama sama menunggu kelas duet ini di mulai.
Di antara sekian banyak tempat duduk, tiba tiba gadis berambut hitam legam yang tadi menegur Lino di lorong secara tiba tiba duduk di sebelahnya.
Wajahnya masih tetap dingin seperti tadi. Namun tidak bisa di elak jika gadis itu memang memiliki karisma yang kuat dan dapat mengundang perhatian orang orang di sekitarnya.
Lihat saja sekarang sudah ada beberapa pria yang sengaja menatapnya dan berusaha menggodanya.
Lino pun hanya acuh dengan keberadaannya. Namun tidak dengan gadis itu yang nampak kesal dengan tingkah lelaki yang di sebelahnya ini.
"Ariaa.."
Seru seorang gadis dengan rambut semerah api dan menyala karna sorotan sinar mentari. Wajahnya juga tidak kalah menawan dan dingin dengan gadis yang ia panggil Aria tersebut.
"Ada apa dengan wajahmu itu haha"
Serunya lagi. Namun sekarang ia sudah duduk di bangku depan Aria dengan posisi menghadap pada Aria. Dan sempat menyungging senyum ramah pada Lino dan Fira.
Lino hanya diam, walau ia merasa wajah gadis berambut merah itu sangat akrab dengan dirinya.
Sementara Fira sudah bergabung dengan kedua gadis itu. Bahkan dia sudah duduk di sebelah gadis berambut merah itu dan menyamakan posisinya untuk menghadap ke Aria.
"Aria.."
Panggil seorang pria dengan nada dingin dan mengancam. Bawasannya lelaki itu tidak senang adiknya duduk disebelah seorang pecundang seperti Lino.
Aria pun mendongkak, menatap kehadiran kakaknya dengan beberapa anteknya yang setia mengekorinya.
"Ada apa?"
Sahut Aria ringan. Namun lelaki itu malah berdecak dan menarik Aria kasar, sampai gadis itu berdiri dan malah hampir terjungkal kearahnya.
"Pindah!"
Perintahnya, namun gadis berambut merah itu mencekal pergelangan lelaki itu, berniat menghentikan aksi posesifnya terhadap adiknya.
"Falen! Jangan gila. Kami sedang berbicara sekarang. Kenapa kau sangat tidak sopan"
Ucapnya dengan nada penuh ancaman. Lelaki itu pun melepaskan tangan adiknya dan berjalan mengikis jaraknya pada gadis berambut merah tersebut.
"Jangan terlalu ikut campur urusanku Lena! Kau bukan siapa siapa ku lagi"
Ancam Falen dengan menujuk nunjuk wajah gadis bernama Lena tersebut.
Wajah Lena semakin mengeras! Ia marah, kesal dan ingin saja menghantam wajah mantan kekasihnya ini. Siapa juga yang tidak tau jika mereka sudah bukan siapa siapa lagi? Semua orang di akademic Carberus juga sudah tau jika mereka hanya sekedar orang asing sekarang.
"Enyahlah! Aku juga muak menatapmu selalu ada di sekitarku dan selalu membuat alasan dengan menggunakan Aria. Pergi sana!"
Usir Lena, lantas langsung duduk dengan melipat kedua tangannya di dada dan duduk dengan menyilangkan kakinya, tak.lupa ia juga membuang wajahnya dengan ekspresi muak melihat kehadiran lelaki bernama Falen itu.
Falen dan antek anteknya pun pergi dengan wajah kesal setelah melihat reaksi Lena yang cukup menghinanya.
Sementara Lino masih diam menyaksikan segala interaksi mereka. Lino tak ingin membuat keributan dalam waktu dekat ini. Walau tadi ia ingin ikut campur karna perlakuan Falen yang ia rasa kasar. Namun ia masih perlu memahami segala situasi yang ada di sekitarnya untuk saat ini. Maka dari itu Lino hanya diam memperhatikan mereka.
...🐢 🐢 🐢...
Kelas battel pun di mulai. Beberapa pasangan duel juga sudah tampil dengan kemampuan mereka yang memukau.
Yah, itu yang di ujarkan pembimbing mereka hari ini, Mr. Grandle. Dengan di sertai rasa bangga menatap setiap muridnya sudah mulai berkembang pesat dari setiap gerakan yang mereka tunjukan.
Semua orang tiba tiba bersorak saat melihat nama yang muncul dari layar monitor besar yang ada di ujung lapangan tersebut.
Pasalnya disana tertera nama Lino vs Kenword. Ya, adiknya kini akan menemani battle nya hari ini. Mereka berdua akan saling beradu kemampuan di dalam arena yang sama.
Tentu saja itu membuat banyak dari mereka mencemoh Lino karna bertanding melawan Ken yang sudah ada di tingkat ke 4 dan akan naik tingkat beberapa minggu lagi.
Ken adalah penyihir berelement listrik dan sudah berevolusi menjadi petir saat ini. Tak ayal jika banyak yang menyoraki nama Lino akan kalah melawannya.
Namun Lino tidak menggubris segala macam cemoham yang ia rasa tidak penting. Lino langsung bangkit ketika Mr. Grandle memintanya untuk bergabung di arena pertandingan bersama Ken.
Lantas Lino berjalan memasuki arena dengan begitu tenang. Padahal Fira dan Aria tadi sudah berwajah pucat melihat lawan mainnya. Mereka takut sesuatu yang buruk akan terjadi lagi seperti tahun kemarin.
Ketika Ken dan Lino berduel di satu arena, Lino mendapat luka yang cukup serius karna walau pun Ken adalah adiknya. Namun Ken adalah penyihir yang profesional. Jika di dalam arena, walau pun lawannya itu kakaknya sekali pun, ia akan tetap mengalahkannya.
"Kita lakukan sesuai aturan! Aku tidak akan segan segan. Kau juga harus mengerahkan semua kemampuanmu. Oke kak!"
Ucap Ken dengan nada memperingati. Namun Lino hanya mengangguki ucapan adiknya dengan santai sambil memasukan beberapa peluru pada pistol yang ada di tangannya.
Itu adalah pistol Raging Bull dengan kemampuan tembakan sampai kecepatan 580 meter per detik dan energi yang dapat dilontarkan pistol ini juga mencapai angka 2700 joule. Senjata yang sangat hebat bukan?!
Ken pun mulai mempersiapkan dirinya. Ia mulai mengangkat tongkat sihirnya. Mulai merapalkan mantra dan terdengarlah gemuruh di langit. Tak lupa ia membuat sebuah barrier setinggi 5 meter di hadapannya.
Ia membangun barrier tersebut untuk menghalau segala serangan dari lawannya. Untuk Lino! Mungkin satu barrier sudah cukup untuk melindungi dirinya.
Dengan gerakan tenang Lino pun mulai mengangkat senjatanya. Membidik target di depannya. Dan dor...!
Pyarrr...
Ken tercengang. Mantra pelindungnya tiba tiba hancur lebur di tembus oleh peluru milik Lino. Dirinya juga langsung terduduk lemas saat kakinya tergores oleh peluru tersebut.
Keadaan menjadi muram. Semua orang yaang tadinya menyoraki kekalahan Lino dengan antusias tiba tiba menjadi bungkam.
Dan bahkan tak menyangka dengan apa yang barusan mereka saksikan. Lino seorang pecundang itu dapat menggunakan senjata. Belum lagi itu senjata tipe pemburu dan membuat pelindung tingkat ketiga milik Ken hancur dalam sekali tembak. Hanya katu kata yang terbesit di pikiran mereka. Hebat!
Ya, kata itu juga tanpa sadar keluar dari mulut Ken yang menatap Lino dengan mata membulat lebar.
Ken menatap Lino yang masih berdiri di sebrangnya dengan begitu kokohnya. Pandangannya lurus pada dirinya yang tersungkur dengan kedua lutut sebagai tumpuannya.
Mata Lino berkilat. Senyum puas sempat terbit karna ia membidik tepat sasaran. Lino memang sengaja hanya membuat tubuh Ken terkena goresan dari pelurunya.
Bagaimana pun juga Ken adalah adiknya! Ia tidak mungkin membuat luka fatal pada tubuh adiknya sendiri bukan? Tentu saja Lino tidak akan tega untuk melakukan itu. Yah, walau ia tahu Ken sendiri tidak akan melakukan hal serupa pada dirinya.
Mata Lino kembali menajam. Ia kembali fokus pada targetnya. Ia mengangkat senjatanya. Membidik sasarannya dan kembali menarik pelatuknya dengan gerakan tegas.
Dor...dor...!
Dua peluru melesat kearah Ken. Dan kembali menggores tubuhnya. Kali ini mengenai kedua bahunya. Ken pun langsung tumbang di tempat ketika merasakan nyeri luar biasa pada kedua tangannya secara bertahap.
Semua orang tercengang dengan hasil battle mereka. Mr. Grandle pun sampai menganga lebar menyaksikan ke adaan di depannya.
Lantas Mr. Grandle menyerukan nama Lino sebagai pemenangnya dengan suara yang terdengar canggung.
"Kau hebat!"
Ucap Ken yang tersungkur dengan menunjukan kedua ibu jarinya. Lelaki itu mengukir senyuman lebar. Ia sangat bangga dengan perkembangan Lino.
Walau ia tahu jika semua itu karna Hou yang pintar mengendalikan tenaga dalam milik Lino yang besar.
Ya, sadari awal Ken sudah tahu jika semua peluru yang melesat dan menggores dirinya itu di lindungi oleh aura kebiruan. Dan itu adalah tenanga dalam milik Lino yang selama ini ia simpan.
Lino mendekati Ken yang tersungkur. Ia pun membopong adiknya yang masih setia tersenyum dengan bangganya, melihat kemenangan dirinya tersebut.
"Kenapa tidak dari dulu seperti itu! Selamat kak. Setidaknya kau sudah masuk dalam kelas Assassin sebentar lagi haha"
Seru Ken sangat bahagia. Lelaki itu masih sempat sempatnya memuji dengan keadaan dirinya yang begitu mengenaskan. Sementara Lino hanya menyungging senyumannya sambil menggeleng gelengkan kepalanya menatap tingkah Ken yang luar biasa konyol baginya.
Seharusnya lelaki itu kan sedih karna telah kalah? Namun lihat lah ini! Ia bahkan lebih girang dari pada pemenang aslinya.
Dasar bocah konyol!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🍒ꦽꦽꦼ➮ᎪᴠꫀӀƖყ~NꫀᎥɾᴀᏞყꪀꪀҽ༆
Holla kaka author, saya mampir nih 😉
Dah bagus kok cerita nyaaa
Lanjut~~
Semangat buat Author!!
2020-10-30
8