15 bulan sudah, Arsel dan Sensa berumah tangga. Sedikit kemajuan, Arsel sudah tidak berbuat kasar, tidak lagi main tangan. Tapi sikap dingin dan cuek, masih terus berlanjut.
Meski begitu, Sensa sudah sangat senang dan bahagia dengan perubahan Arsel. Walau Arsel masih belum mencintainya, tapi Sensa sudah bersyukur Arsel sedikit-sedikit sudah mau berubah. Tinggal menunggu takdir Allah untuk membolak-balik hati Arsel agar suatu saat bisa mencintainya.
Lalu bagaimana dengan Bella? Arsel dan Bella sampai sekarang masih bersama, mereka masih sering bertemu seperti orang pacaran.
********
"Sayang,, ayolah, inikan malam minggu harusnya kita pergi berkencan." rayu Bella.
"Enggak bisa Ella, aku udah ada janji. Lain kali saja ya." ada alasan Arsel menolak ajakan dari Bella. Karna Arsel sudah lebih dulu mengajak Sensa untuk makan diluar. Entah akhir-akhir ini dia ingin memberi Sensa sedikit kebebasan. Arsel sadar bahwa selama ini Sensa selalu sibuk mengurus pekerjaan rumah.
Ada rasa perduli yang tumbuh dihati Arsel atau hati Arsel mulai sayang? entahlah dia sendiri masih belum yakin dan masih merasa bimbang. Hanya saja perasaannya merasa senang dan hangat, ketika melihat Sensa bisa tersenyum saat menyambutnya sepulang dari kantor juga pada saat makan bersama dimeja maka. Padahal awal menikah dia selalu benci melihat Sensa tersenyum, tapi sekarang semua berbanding terbalik.
Arsel memakai pakaian biasa, kaos putih dengan jaket hitam dan celana jins hitam lengkap sepatu hitam juga, tak lupa jam tangan bermerk. Dia terlihat lebih muda dan sangat tampan. Meski terlihat biasa, tapi untuk ukuran kaos yang Arsel pakai bisa bernilai jutaan. Jam tangan yang dia pakai pun bernilai ratusan juta, jangan lupakan dia sang milyader muda, dengan potongan rambut undercut benar-benar terlihat perfect.
Sensa yang keluar dari samping dapur melihat penampilan Arsel sampai shok dan terbengong. 'benar-benar tampan' ucapnya dalam hati. Tersadar dari lamunan pipinya terasa panas dan bersemu merah, dia berjalan sambil menunduk, tak mau Arsel melihatnya yang sedang berbunga-bunga.
Sensa memakai gamis abu-abu polos dengan jilbab senada bermotif bunga-bunga kecil. Sensa hanya menggunakan sepatu flatshoes biasa yang hanya berharga seratus lima puluh ribuan saja dan tas kecil yang menggantung dibahu, didalam tas itu hanya ada dompet, tissu dan ponsel jadulnya.
Selama ini Sensa tidak pernah shopping seperti wanita-wanita lain. Selain tak ada uang, Ia juga tak ada waktu untuk mengurusi penampilannya. Memang Arsel sudah memberinya kartu Black Card, tapi Sensa tak pernah menggunakan kartu itu selain berbelanja kebutuhan dapur saja. Semua barang yang Sensa pakai adalah barang-barang lamanya.
Arsel melihat pipi sensa sedikit memerah.
"Pipimu kenapa merah begitu, kamu sakit?" tanya Arsel.
"Tidak, Tuan." Sensa menggeleng dan tersenyum pipinya bertambah merah.
Sekarang Arsel tahu, kenapa pipi Sensa memerah, sepolos itu istrinya? Arsel merasa gemas melihat Sensa seperti malu-malu. 'wanita ini benar-benar polos' batin Arsel.
"Ya sudah, ayo kita berangkat." ajak Arsel.
Arsel berjalan terlebih dulu dan Sensa mengikuti dibelakangnya. Arsel membuka pintu mobil disusul Sensa juga membuka pintu mobil bagian samping.
Arsel mulai menjalankan mobil sport miliknya.
Sensa merasa sedikit gugup, pasalnya ini seperti kencan pertama nya. Dia sudah duduk tegak dengan tangannya memegang sabuk pengaman erat.
Arsel yang melihat itu hanya tersenyum tipis.
Sudah sampai beberapa menit masih sama seperti itu, Arsel merasa lucu melihat Sensa.
Sebelum pergi ke Restoran, Arsel memarkirkan mobilnya didepan butik.
"Ayo, turun!" ajak Arsel.
"Kenapa disini, Tuan? bukannya kita mau makan?" bingung Sensa, karna Arsel tadi mengajaknya untuk makan diluar. Tapi sekarang malah berhenti didepan sebuah bangunan megah yang berjejer baju-baju glamour.
"Sudah, ayo turun!" Arsel turun terlebih dahulu. Karna takut dan gugup Sensa sampai kesusahan membuka sabuk pengaman.
Arsel yang menunggu diluar dibuat penasaran, karna Sensa tidak juga turun.
dia mengetuk pintu mobil.
"Lama banget, kenapa kamu tidak turun?" tanya Arsel
"Ini Tuan, sabuk pengamannya macet," kata Sensa gugup.
Arsel membuka pintu mobil untuk membantu Sensa, tentu saja wajah Arsel begitu dekat dengan Sensa, dengan posisi seperti itu Arsel bisa mencium wangi parfum dari tubuh Sensa. Ada sesuatu yang aneh, rasanya dia begitu nyaman menghirup parfum itu. Jantungnya sedikit berdetak lebih kencang.
Sensa pun tak bergerak sama sekali, dia menahan nafas saking gugupnya karna wajah Arsel begitu dekat dengan wajahnya.
Begitu juga Sensa bisa mencium aroma maskulin dari tubuh Arsel, membuat pipinya memerah lagi.
"Kamu mau mati dengan nahan nafas kayak gitu!!" Arsel menyadari Sensa yang diam tak bergerak dan juga sedang menahan nafas. Arsel sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu Sensa, ya, bagi Arsel Sensa sangat lucu dan polos.
"Eng,enggk, Tuan," jawab Sensa gugup.
"Kamu benar-benar terlalu polos." kata Arsel. Setelah berkata seperti itu, Arsel berjalan masuk kebutik tanpa menunggu Sensa.
"Selamat datang, Tuan. Anda ingin mencari pakaian seperti apa?" pelayan butik menyambut dengan ramah.
"Carikan baju muslim untuk wanita ini!!" kata Arsel pada pelayan.
"Baik, Tuan." sang pelayan tadi menunjukan model-model baju muslim untuk Sensa. Tapi bagi Sensa semua tidak ada yang cocok. Karna setiap Sensa melihat bandrol harga dia selalu mengembalikan baju lagi. Dia sangat shok, karna untuk ukuran satu baju saja, bisa mencapai nominal puluhan juta rupiah.
'Sepuluh juta hanya untuk beli baju? sayang sekali uangnya, padahal uang sepuluh juta bisa untuk makan satu bulan' batin Sensa.
Sensa kembali menghampiri Arsel yang duduk dikursi tunggu dan sedang sibuk dengan ponselnya.
Arsel melihat Sensa kembali tidak membawa apapun. 'apa baju disini jelek-jelek? atau terlalu murah? bukan selera dia? tapi ini butik paling terkenal, tidak mungkin tidak ada yang bagus?' batin Arsel.
Sensa mendekati Arsel, dan sedikit berbisik dengan tangan yang seolah menutupi mulutnya agar tak ada yang mendengar.
"Tuan, kita pindah saja. Kalau tidak kita tidak perlu beli baju disini, biar besok saya beli sendiri dipasar!" bisik Sensa.
Arsel menautkan alis mendengar bisikan Sensa. 'kenapa' batinnya.
"Memang kenapa?" tanya Arsel penasaran.
"Disini harga bajunya terlalu mahal, Tuan. Satu baju harganya ada yang sepuluh juta, dan ada yang sampai lima puluh juta, Tuan!! kalau buat beli bahan dapur sudah bisa untuk jatah sebulan. Sayang Tuan, kalau uangnya kita belikan baju-baju itu." jelas Sensa.
Arsel menepuk jidat mendengar penjelasan Sensa. Dia fikir Sensa tidak menyukai model baju disini, atau karna modelnya yang jelek. Dan ternyata hanya karna alasan harga baju yang mahal. Arsel benar-benar tidak habis fikir dengan yang difikiran Sensa. Sudah 30 menit lebih dia nunggu, dan tidak ada satu baju pun yang diambil. 'bener-bener polos apa ****' batin Arsel sangat gemas.
Arsel berjalan menghampiri pelayan tadi.
"Mbak, bungkus baju muslim keluaran terbaru untuk wanita tadi, nanti sekalian bawakan kemobil!!" perintah Arsel.
Arsel memberi kartu debit pada pelayan.
Sensa hanya membulatkan mata, melihat pelayan mengambil beberapa baju yang dia coba tadi dan itu cukup fantastis harganya.
Selesai semua urusan dibutik, sekarang mereka menuju ke Restoran milik Arsel sendiri. Arsel ingin mengajak Sensa menuju ke Privat Room, tapi Sensa menolak. Dia ingin makan dilantai dasar saja dan meminta tempat yang dekat dengan jendela.
Sensa lebih suka menikmati pemandangan diluar Restoran yang menyuguhkan taman bunga dan lampu yang kerlap-kerlip.
Arsel sendiri tampak tidak nyaman karna dia jarang berbaur satu ruangan dengan banyak orang. Tapi saat ini orang-orang tidak memperhatikan dan tidak mengenali siapa Arsel, karna Arsel hanya memakai pakaian santai, berbeda saat dia sedang memakai pakaian formal, orang-orang akan segan melihatnya.
Tidak lama pelayan datang membawa menu makanan. Pelayan itu hanya fokus melihat kearah Sensa saja, karna Sensa hanya memakai pakaian yang sangat sederhana. Pelayan itu melihat penampilan Sensa dari atas sampai kebawah sambil memicingkan mata.
Arsel memperhatikan pelayan yang terus memperhatikan penampilan Sensa dari atas sampai bawah.
"Mau, aku congkel bola mata mu itu. Hah!!" kata Arsel sarkas.
Suara Arsel yang sarkas mengagetkan pelayan itu.
Pelayan itu langsung mengalihkan pandangan dan melihat kearah sumber suara. Dan betapa terkejutnya pelayan itu, melihat Arsel pemilik Restoran tempatnya berdiri saat ini.
"Ma,maaf, Pak. Tolong maafkan saya. Saya benar-benar tidak tau kalau itu, anda." pelayan tadi benar-benar sudah sangat ketakutan, dia takut Arsel akan memecatnya saat ini juga.
"Berikan menu utama. Cepat!!!" bentak Arsel yang sudah geram dengan pelayan yang diam menunduk itu. Padahal pelayan sedang takut setengah mati.
"Ba baik, Tuan." jawab pelayan dan cepat-cepat berlalu dari situ.
'Aduh apalagi ini, suaminya memang penuh kejutan' batin Sensa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Sumi Sumi
dasar emosian kamu arsel
2024-04-17
0
Rita Ratnawati
harus ada saingan biar tau rasa Arsal dan nyesel
2021-10-16
2
Gavin Bae
mudah banget melupakan kejahatan suaminya.benar2 bucin.
2021-08-07
1