Pagi ini Arsel sudah mulai bekerja dikantor, Rengga sang Sekertaris sudah menunggu diteras rumah. Tidak lama Sensa berjalan kedepan, membuka pintu untuk Rengga.
"Silahkan masuk, Tuan." kata Sensa.
'Tuan?' Rengga agak sedikit bingung dipanggil Tuan.
"Jangan panggil Saya Tuan Nona, panggil nama Saya saja, perkenalkan Saya Rengga Sekertaris pak Arsel." jawab Rengga sambil sedikit membungkuk.
"Tapi, mana berani Saya panggil nama saja. Begini, bagaimana kalau Saya panggil dengan Sekertaris Rengga saja!" kata Sensa lagi sambil tersenyum.
"Em, terserah anda saja Nona, apa pak Rengga sudah bersiap?" tanya Rengga, mereka belum mengenal satu sama lain, jadi masih menggunakan bahasa formal. Padahal dengan Arsel saja Rengga memakai bahasa Lo, gue.
"Saya tidak tahu Sekertaris Rengga. Coba anda lihat langsung kekamarnya." Sensa menyuruh Rengga untuk langsung kekamar atas.
"Heh?"
'Bagaimana bisa tidak tahu, apa meraka tidak tidur dikamar yang sama? tapi mereka 'kan sudah menikah, harusnya tidur dikamar yang sama?' Rengga benar-benar merasa bingung.
"Baik, Saya lihat langsung kekamarnya"
Rengga memutuskan untuk masuk, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara Sensa yang memanggilnya.
"Masf Sekertaris Rengga, Tuan Arsel biasanya kalo pagi suka minum teh atau kopi?" tanya Sensa.
'astaga' Rengga benar-benar dibuat bingung tujuh putaran. Pernikahan macam apa yang Bos sekaligus sahabatnya itu jalani. Sampai istrinya tidak tau kesukaan suaminya.
"Biasanya Pak Arsel kalo pagi suka minum kopi yang tidak terlalu manis Nona, dia juga jarang sarapan nasi, mungkin hanya sandwich atau roti tawar saja." akhirnya Rengga menjelaskan kesukaan Arsel pada Sensa.
"Baik, terima kasih Sekertaris Rengga sudah memberitahu Saya. Saya akan buatkan kopi sekalian untuk Anda." kata Sensa.
"Kalau Saya minum teh saja Nona." jawab Rengga sambil tersenyum.
Sensa berlalu kedapur untuk membuat minum. Dan Rengga menaiki anak tangga satu persatu menuju kekamar Arsel.
tok,,, tokk ,,,
Rengga mengetuk pintu kamar Arsel, tak kunjung dibuka Rengga masuk begitu saja.
"Hei, dasar kebo! jam segini masih molor aja Lo. Bangun udah siang ni, katanya mau kekantor!" Rengga memukul-mukul punggung Arsel, sedang yang dipukul hanya menggeliat saja. Begitulah Arsel dan Rengga, jika diluar kantor mereka bukan seperti atasan dan bawahan.
"Apaan sih Lo Ga, jam berapa memangnya? ganggu orang tidur aja bangk*k Lo!" Arsel melempar bantal kearah Rengga yang sudah duduk di sofa.
"Tumben amat Lo telat bangun, biasanya Lo paling disiplin? hayo, pasti abis begadang ya? lanjutin malem pertama kemarin, secara udah dirumah sendiri gini 'kan bisa Sampek puas!" hahaha, Rengga tertawa puas.
"Eh, setan! malem pertama apaan? gue liat mukanya yang kampungan itu aja ilfil!" jawab Arsel sambil bergidik.
Rengga hanya melirik sekilas, 'kan otaknya tambah bingung lagi.
"Gue mau mandi dulu, Lo siapin baju, dasi, sama sepatu seperti biasanya!" perintah Arsel, sambil berjalan kekamar mandi.
"Busyet Bos, udah punya bini juga kenapa musti gue sih yang nyiapin, punya bini malah dianggurin, dasar aneh!" Rengga seperti berbicara sendiri karna yang diajak berbicara sudah masuk kekamar mandi.
Lagi-lagi, Renggalah yang harus menyiapkan keperluan Bos sintingnya itu.
'Untung gajinya gede' kalau enggak udah gue tinggal dari dulu-dulu!" gumam Rengga. Meski dengan omelan, Rengga tetap menyiapkan semuanya.
Tidak lama Arsel keluar, dan segera memakai baju yang sudah disiapkan Sekertaris nya itu.
Dia berjalan menuju lemari yang khusus penyimpanan jam tangan bermerk, mengambil salah satu dan memakainya.
Beralih kemeja rias, mengambil sedikit minyak rambut dan memakainya, menyisir rambut hingga rapi. 'Perfect' Arsel benar-benar sangat tampan.
Arsel menuruni tangga dengan Sekertaris Rengga yang berjalan dibelakangnya membawakan tas kerja.
Sensa sudah berdiri disamping meja makan.
" Tuan, kopinya sudah siap." kata Sensa. Arsel tak menjawab dia langsung duduk, mengambil secangkir kopi yang dibuat Sensa.
Arsel mulai meminum kopi itu, dan lagi-lagi dimuntahkan begitu saja.
"Kamu bikin kopi terlalu pahit!" kata Arsel.
"Maaf Tuan, biar Saya bikinkan yang baru."
Sensa pergi kedapur, dan membuatnya lagi kali ini dia menambahkan sedikit gula dari takaran sendok yang tadi. Sedang Rengga hanya mengamati saja, sambil meminum teh, dia tidak berani untuk ikut campur urusan rumah tangga Bosnya.
Beberapa saat, Sensa kembali membawa secangkir kopi panas, dia letakkan didepan Arsel.
Arsel kembali mencicipi kopinya, dan.
Byuuuuurrr!!
Arsel menumpahkan kopi panas itu ketubuh Sensa.
"Au, panas-panas" rintih Sensa sambil membersihkan air kopi panas yang mengenai baju dan kulitnya, panas tentu saja. Sensa menangis, kulit nya terasa terbakar.
Melihat itu, Rengga benar-benar terkejut dengan sikap Arsel. Bisa-bisanya, Arsel bersikap tak berprikemanusiaan kepada istrinya sendiri.
"Cukup! tindakan Lo bener-bener keterlaluan!" Sentak Rengga marah kepada Arsel. Rengga mendekati Sensa dan membantu membersihkan sisa kopi itu. Rengga melihat tangan Sensa yang merah dan melepuh. Dia berjalan mengambil kotak obat, mengambil salep untuk luka bakar. Saat hendak mengobati, dia dicegah oleh Arsel.
"Ayo kita berangkat. Enggak perlu Lo urusin dia, dia pantes kek gitu, dia udah bikin mood gue jelek pagi-pagi gini!" kata arsel.
"Tapi," Rengga ingin protes.
"Tapi apa! Lo mau gue pecat!" ancam Arsel.
Rengga memandang Sensa, ingin dia membantu mengobati. Tapi, dia juga tidak mau dipecat.
"Maafkan Saya Nona, Saya tidak bisa membantu mengobati luka Anda, ini salepnya." Rengga merasa bersalah, dan memberikan salep itu pada Sensa.
"Tidak apa-apa Sekertaris Rengga, biar Saya obati sendiri," kata Sensa.
Arsel keluar rumah menuju kemobilnya. Tidak lama, Rengga berlari untuk membukakan pintu mobil bagian belakang, setelah Arsel sudah masuk kemobil, dia berganti membuka pintu mobil bagian kemudi, mulai menyalakan mesin mobil dan mereka berangkat ke kantor bersama.
"Sel, Lo bener-bener keterlaluan!" Rengga ingin menasehati sahabatnya yang bertindak tidak wajar tadi.
"Cukup Ga, gue males bahas yang tadi! jangan bikin mood gue tambah buruk lagi!!" Sentak Arsel.
Rengga diam, tidak berani membahas lagi, dia takut kalau Arsel benar-benar marah bisa seharian dia terkena amukan Arsel, bertahun-tahun berteman dengan Arsel membuat dia faham dengan sifat Arsel yang dingin, keras kepala, dan tidak mau dibantah. 'Jangan Sampek mood Bos dingin itu buruk, bisa saja dia akan menjadi monster mengerikan!' batin Rengga.
Sensa masih menangis, sambil mengoleskan salep ketangan yang tersiram kopi panas tadi.
Ya Allah, berilah hamba kesabaran, dan keikhlasan. Dengan tangan yang sakit tak lantas membuat Sensa bisa bersantai, banyak pekerjaan yang menunggunya. Dia masih harus membersihkan rumah.
Sensa teringat bahan-bahan dapur sudah tidak ada, dan dia juga lupa tidak meminta uang belanja pada Arsel. Sensa pergi kekamar dan mengecek dompet apakah masih ada uang, ternyata masih ada sisa 400 ribu dari gaji bekerja ditoko bunga.
Nggak pa-pa lah Aku Pakai uang ini dulu, daripada nanti nggak ada makanan. kata Sensa.
Baru Sensa ingin berjalan keluar, telfon diruang keluarga berdering.
Sensa langsung mengangkat telfon.
"Hallo, Assalamu'alaikum," jawab Sensa.
"Walaikum salam, sayang," ternyata yang menelfon adalah Mama Eisha.
"Iya Ma. Mama apa kabar, Mama sehatkan?" tanya Sensa.
"Iya Sayang, Mama sehat. Kamu sendiri gimana Nak?" Mama Eisha berganti bertanya.
"Iya Ma, Sensa baik-baik saja."
"Kok suara kamu beda Sayang, kayak orang habis nangis?" tanya Mama Eisha curiga.
"Eng,enggak, kok Ma. Sensa hanya sedikit flu saja." jawab Sensa bohong.
Maafin Sensa Ma, Sensa sudah berbohong. Batin Sensa.
"Ya ampun, sudah berobat belum? kamu suruh suamimu buat anterin kerumah sakit Nak, nanti semakin parah Lo kalau nggak segera diobatin!" Khawatir Mama Eisha.
"Nggak apa-apa Ma, cuma flu aja kok nanti juga sembuh sendiri, Mama nggak usah khawatir," Sensa menenangkan Mama Mertuanya.
"Ya sudah, kamu istirahat saja ya sayang. Biar cepet sembuh, pokoknya kamu jangan capek-capek!" pesan Mama Eisha.
"Iya Ma, makasih ya udah khawatirin Aku" jawab Sensa.
"Mama sayang sama kamu. Kamu sudah Mama anggep seperti anak Mama sendiri. Ya udah, Mama tutup dulu ya telfonnya. Assalamu'alaikum." Mama Eisha mengakhiri pembicaraan.
"Wala'ikum Salam." Sensa menjawab salam Mama Eisha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Salma Cheng
Bu eisha jangan hanya nelpon donk langsung tengokin anak mantu
2022-05-17
1
Khema Wati
hiini
2022-01-03
0
Rita Ratnawati
percuma punya mertua baik klo suami kejam
2021-10-16
0