Sejak kejadian kemarin malam, Arsel menghindari Sensa. Kemarin pagi saat Arsel pergi kekantor sampai siang ini Arsel tidak pulang kerumah.
Sensa menunggu kepulangan Arsel dengan cemas, dia takut terjadi sesuatu pada suaminya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu kepulangan Arsel. Sensa sangat berharap Arsel akan segera pulang. Sensa sendiri sejak kemarin sudah menahan rindu.
Arsel juga tak memberi kabar sama sekali.
'Apa aku pergi kekantornya saja ya, sekalian membawa makan siang untuknya. Tapi, nanti kalau dia marah, bagaimana?' Sensa berbicara sendiri dengan berjalan mondar-mandir, masih berdebat dalam fikirannya.
Sensa bertekad ingin melihat wajah Arsel, dia sudah tak bisa menahan rindu lebih lama. Dan akhirnya Sensa memutuskan untuk pergi kekantor Arsel.
Sekarang Sensa masih dijalan, diantar Mang Udin, dia seorang satpam dirumah Arsel dan bisa menjadi sopir jika dibutuhkan.
Sampai didepan kantor Arsel, Sensa terbengong, mulutnya sampai terbuka membentuk seperti huruf O.
'Wah, ternyata suamiku benar-benar kaya? bener kata Mama, kekayaan Tuan Arsel tidak akan habis sampai tujuh turunan. Tapi, kenapa dia pelit sekali sama aku, istrinya sendiri?'
"Pak, tunggu sebentar ya. Saya mau anter ini dulu," Sensa menyuruh Mang Udin untuk menunggunya.
"Iya, Non." jawab Mang Udin.
Sensa keluar dari mobil dan mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam kantor suaminya.
Disamping pintu masuk ada 2 repsesionis. Sensa mendekat dan bertanya.
"Mbak, apa pak Arsel ada? saya ingin mengantar makan siang untuk, pak Arsel."
"Tunggu sebentar, Buk. Saya telfon sekertaris nya dulu." jawab salah satu resepsionis itu.
Selesai menutup telefon, resepsionis tadi mempersilakan Sensa naik kegedung paling atas, karna gedung paling atas adalah ruang Arsel.
"Silahkan Ibu naik kelantai 52, disana nanti ada sekertarisnya pak Arsel, Ibu bisa bertanya langsung dimana ruangan, pak Arsel." resepsionis tadi menjelaskan kepada Sensa.
"Baik, Mbak. Terima kasih." ucap Sensa.
"Sama-sama, Buk."
Sensa berjalan menuju lift dan menekan tombol 52.
Cukup lama menunggu lift terbuka, sampai dilantai 52 ada perempuan cantik berjalan menyambut kedatangannya.
"Mbak, yang nganterin makan siang untuk pak Arsel, ya?" tanya sekertaris itu.
"Iya, Mbak." Sensa tersenyum ramah, tapi wanita tadi hanya cuek saja.
Sekertaris wanita itu mengantar Sensa sampai didepan pintu ruangan Arsel.
Sekertaris itu mengetuk pintu, namun tak ada jawaban. Sensa maju dan langsung membuka pintu, dia sudah tidak sabar ingin melihat wajah suami yang dia rindukan karna sehari semalam Arsel tidak pulang.
cekleeek,,,,
Mata sensa membulat dia mengangkat tangan untuk menutupi mulutnya.
tes, tes ,tes,,,
Air mata itu jatuh lagi Sensa cepat-cepat menghapus dengan kasar.
Sekertaris wanita yang mengantar tadi juga ikut terbengong menyaksikan langsung adegan romantis. Sekertaris itu beranjak pergi, tidak mau ikut campur takut Big Bos itu marah.
Sensa menunduk, air matanya tak berhenti mengalir. Sakit,,sakit sekali hatinya melihat suami yang dia rindukan sedang berciuman dengan wanita lain.
'Ya Allah, kuatkan hatiku.'
Sensa beristigfar, menarik nafas membuangnya perlahan untuk mengatur emosinya.
Sedang dua orang itu masih asik berciuman sampai tak menyadari kehadiran Sensa.
Sensa memberanikan diri mengetuk pintu agak keras, untuk menyadarkan mereka.
Karna suara ketukan pintu itu, membuat Arsel langsung melihat kearah pintu.
deg,,, Sensa?
Arsel sangat terkejut melihat Sensa sudah berdiri didepan pintu. Bagaimana Sensa bisa sampai kekantor. Batinnya.
Sensa berjalan kearah meja kerja Arsel, dan melihat wanita yang ada dipangkuan Arsel seperti tak asing tapi dia lupa pernah melihat dimana.
"Maaf Tuan. Saya hanya mengantar makan siang anda." Sensa berbicara dengan memandang kedua mata Arsel, dan Arsel hanya membuang muka.
"Sayang, dia siapa? kenapa mengantar makan siang buat kamu? kamukan janji mau makan siang bersama ku?" suara Bella mengalihkan pandangan Sensa.
'Sayang?' sekuat tenaga Sensa menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Arsel diam tak menjawab pertanyaan Bella.
"Sayang, kamu kok diem aja?" tanya Bella lagi, karna Arsel hanya diam saja.
"Dia,,, dia, cuma pelayan dirumah ku." jawab Arsel tanpa memandang kearah Sensa.
Tes,,, air mata Sensa lolos begitu saja, hancur, sakit itu yang dia rasa saat ini. Arsel menganggapnya sebagai pembantu.
Arsel melihat air mata Sensa, ada rasa kasihan tapi dia juga tidak mau membuat Bella salah faham.
"Oh,, cuma pembantu. Pantes kampungan sekali." sinis Bella, dia meneliti pakaian yang dikenakan Sensa, semua serba tertutup. Baginya itu benar-benar norak dan kampungan.
"Maaf Tuan, kalau anda sudah ada janji makannya biar saya bawa pulang saja, permisi!" tanpa menunggu jawaban Arsel, Sensa berjalan keluar, dia tak mau berlama-lama diruangan itu ruangan yang begitu menyesakkan dada.
"Tunggu!!" suara Arsel menghentikan Sensa.
Sensa berhenti tanpa berbalik dia tak mau Arsel tau kalau saat ini dia sedang menangis.
"Kamu kesini dengan siapa?" tanya Arsel.
"Diantar Mang Udin, Tuan. Maaf kalau saya lancang, seterusnya saya tidak akan datang lagi!" jawab Sensa.
"Pulanglah, jangan menungguku. Aku akan pulang sedikit terlambat!" kata Arsel, dia sudah berjanji dengan Bella untuk mampir keapartemen Bella.
Sensa hanya mengangguk dan berjalan keluar. Didepan pintu, dia bertemu Sekertaris Rengga. Rengga yang melihat Sensa keluar dari ruangan Arsel dengan menangis itu merasa bingung. 'apa Arsel mengusirnya?' batin Rengga.
"Sensa!!" panggil Rengga.
"Iya, sekertaris Rengga," Sensa membersihkan sisa air matanya.
"Kenapa makanan itu dibawa lagi?" tanya Rengga.
"Tidak apa-apa. Oh, ya,,, apa sekertaris Rengga sudah makan siang? tanya Sensa.
"Belum, pekerjaanku belum selesai, jadi aku belum sempat mencari makanan."
"Ini untuk mu saja." Sensa menyodorkan bekal makan siang didepan Rengga.
"U,untuk saya?" tanya Rengga memastikan.
"Iya," jawab Sensa.
"Tapi, ini bukanya untuk Arsel? kenapa kamu kasih ke saya?" tanya Rengga penasaran.
"Tuan Arsel sudah ada janji makan siang, daripada makan itu saya bawa pulang lagi lebih baik untuk kamu saja."
Dan Rengga menerima bekal makan siang dari Sensa.
"Terima kasih ya, Sensa." ucap Rengga sambil tersenyum.
Sensa balas tersenyum.
"Sama-sama. Ya sudah, saya permisi dulu." pamit Sensa.
"Silahkan, hati-hati dijalan."
Sensa mengangguk dan berjalan kearah lift.
Setelah Sensa masuk kedalam lift, Rengga mengetuk pintu ruangan Arsel dan masuk.
Arah pandangan mata Rengga tertuju pada wanita yang berdiri disamping Arsel.
'Bella? pantas saja tadi Sensa menangis, pasti gara-gara melihat Arsel dengan wanita jadi-jadian ini.
Arsel benar-benar keterlaluan. Selama ini dia sudah menyakiti fisik Sensa, sekarang dia menyakiti hatinya, benar-benar manusia brengs*k jangan sampek Lo kena karma.' batin Rengga geram melihat tingkah Arsel yang semakin menjadi. Namun dia sendiri tak bisa berbuat apa-apa.
Rengga memberikan beberapa berkas pada Arsel untuk ditanda tangani.
Mata Arsel melihat bekal makan yang dibawa Sensa tadi ada ditangan Rengga.
"Kenapa bekal makanan itu ada sama Lo?" tanya Arsel.
"Tadi Sensa yang ngasih ini ke gue, daripada mubazir katanya ya udah gue terima aja, kebetulan juga gue laper belum makan siang." jawab Rengga santai dan pergi dari ruangan itu.
Bella mengajak Arsel untuk makan siang direstoran langganan mereka, yang tak jauh dari kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Kasih 🥰 Ibu😘😘
jangn khawatir sebentar lagi . karma akan mendatangi Arsel
2023-02-10
1
Salma Cheng
semoga sumpah Rangga terkabul , arsel dapet karma
2022-05-17
0
Salma Cheng
semoga sumpah Rangga terkabul
2022-05-17
0