Sensa sudah kembali kekamarnya, irama jantungnya masih berdebar-debar tak karuan. Dia memegang bibir masih terbayang kejadian yang baru dialami.
Sensa menarik nafas dan membuang secara perlahan, terus diulang sampai berapa kali.
"Astagfirullah, apa ini? perasaan ini? jantung ku. Huuuufff,,,," Sensa tersenyum, bahagia tak terkira.
Setelah mendengar azdan subuh, Sensa segera berwudhu dan melaksanakan sholat subuh.
Selesai sholat, Sensa langsung berkutat didapur, menyiapkan masakan. Menu pagi ini dia memasak, tumis kangkung cumi-cumi, tempe goreng, dan ayam goreng.
Arsel sudah bersiap, dia melewati meja makan dan berjalan keluar rumah.
Sensa melihat Arsel keluar, dia berlari mengejar Arsel.
"Tuan, sarapannya sudah siap." kata Sensa.
"Aku sarapan dikantor saja." jawab Arsel cuek.
"Tapi tuan?" Sensa mencegah Arsel lagi.
"Tapi apa?" tanya Arsel.
"Saya sudah memasak makanan kesukaan anda, Tuan."
Arsel kembali berjalan, reflek Sensa memegang tangan Arsel..
"Tuan,," panggil Sensa.
Arsel mendorong tangan Sensa sampai dia terjatuh dilantai.
"Au,,"
Sensa mengerang merasakan bokongnya yang mendarat sempurna dilantai.
"Berani sekali kamu sentuh saya tanpa ijin!! dengar, jangan kira dengan kejadian tadi pagi sudah membuatmu besar kepala. Setelah tadi saya semakin jij*k denganmu!!
halusinasi saya tadi Bella, tapi ternyata itu kamu!! Cih, wanita kampungan!! Aku menyesal!!" kata Arsel dengan tegas.
Sensa mengusap air mata sialan ini, harusnya dia sudah kebal dengan ucapan Arsel yang menghina dirinya. Namun dia tetap merasa sakit, apalagi setelah Arsel bilang dia hanya berhalusinasi tentang Bella.
Sensa sendiri sudah berfikir dengan ciuman tadi mungkin hati Arsel sedikit mulai menerima dirinya. Tapi, kenyataan pahit ini yang harus Sensa dengar.
Arsel meninggalkan Sensa yang duduk dilantai dan menangis.
"Ya Allah, baru saja merasa bahagia sedikit, tapi kenyataan seperti ini, sangat menyakitkan. Harusnya Aku nggak boleh lemah, itu berarti aku harus berusaha lagi," Sensa bermonolog sendiri.
*********
Arsel duduk dikursi kemudi, sedang Sensa duduk disamping Arsel, disamping Arsel? nggak salah? enggak,,,, tadi siang, Mama Eisha menelfon Arsel, mengundang mereka untuk makan malam dirumah.
Alhasil, mereka sekarang sedang dijalan menuju kerumah orang tua Arsel.
"Seperti biasa, kita harus terlihat mesra didepan mereka!!" perintah Arsel.
"Baik, Tuan." jawab Sensa.
Mereka sudah sampai dipelataran rumah orang tua Arsel.
Papa dan Mama Arsel sudah menunggu diruang tamu.
"Assalamu'alaikum,," setelah mengucap salam, Arsel dan Sensa mulai masuk kerumah.
"Wala'ikum salam,," Mama dan Papa Abiyasa beranjak menyambut mereka.
"Bagaimana keadaan kamu Sayang, sehat?
udah lama kalian nggak main kesini. Apa harus menunggu ditelpon, baru mau main kesini?" seperti biasa Mama Eisha selalu antusias bertanya.
Sensa melirik Arsel, memberi kode supaya dia saja yang menjawab.
"Bukan begitu, Ma. Arsel sibuk dikantor, masih merancang Restoran baru, Ma. Arsel juga sering lembur." terang Arsel.
"Sel, kerja memang perlu, tapi pikirin juga istri kamu, kalian menikah sudah setahun lebih Dan Sensa sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda hamil. Mau sampai kapan kalian menunda punya momongan!!" tegas Mama Eisha.
"Kita juga lagi usaha, Ma. Tapi masih belum dikasih, mau bagaimana lagi, ya Sayang?" Arsel memandang Sensa.
"Iya, Ma. Sensa nggak pa-pa kok, mungkin Allah belum percaya sama Sensa, makanya Sensa belum hamil." jawab Sensa lembut.
'Maafin Sensa, Ma. Bukan maksut ku untuk membohongi kalian.' batin Sensa sedih.
"Ya kalau gitu cobalah kalian progam hamil, siapa tahu bisa cepet hamil!" saran Mama Eisha.
"Iya Ma, nanti kalau Mas Arsel sudah nggak sibuk, kami akan ikut program hamil." jawab Sensa bohong, padahal dia tidak mungkin hamil, sedang Arsel tak pernah menyentuhnya sama sekali.
Mereka makan malam bersama dengan hangat.
Selesai makan malam meraka berpindah keruang tamu dan kembali berbincang-bincang.
"Ma, boleh nggak Sensa bekerja lagi?" Entah mendapat keberanian dari mana Sensa bertanya seperti itu.
Sejenak hening, dan hanya saling pandang.
"Sayang, untuk apa kamu mau bekerja, suamimu sudah punya semuanya? kekayaan suamimu nggak akan habis sampai tujuh turunan, jadi kamu nggak usah capek-capek kerja!" kata Mama Eisha, sedikit shok mendengar Sensa ingin bekerja, fikirannya sudah kemana-mana, nggak mungkin menantunya ingin bekerja kalau nggak ada sesuatu.
"Tapi Aku jenuh Ma, dirumah nggak ngapa-ngapain. Sensa udah terbiasa bekerja." Sensa masih mencoba merayu agar diizinkan kembali bekerja.
"Enggak Sensa!!! pokoknya kamu dirumah aja, nggak boleh bekerja lagi. Kamu juga akan progam hamil jadi kamu nggak boleh capek-capek, kalau kamu bosen dirumah sekali-kali keluarlah jalan-jalan atau shoping ke Mall."
'Gimana mau shoping, Ma. Suamiku aja nggak pernah ngasih uang. Dikasih uang cuma pas buat belanja doang gitu belanja dipasar, kalau diMall semua mahal. Gimana nggak tambah kaya dia? boro-boro mau shoping, selama jadi istri belum pernah aku dibeliin baju, cuma pas nikahan aja dibeliin kebaya.' Sensa malah asik melamun.
"Sayang, kok malah melamun? mikirin apa sih?" tanya Mama Eisha.
"Em, enggak pa-pa kok, Ma." jawab Sensa.
"Sel," panggil Mama Eisha.
"Iya, Ma." jawab Arsel.
"Mungkin istrimu sudah mengantuk tuh, sana ajak istirahat gih," suruh Mama Eisha.
"Kita pulang ajalah, Ma." jawab Arsel.
"Kenapa nggak nginep aja sih, Mama masih pengen sama Sensa."
"Berangkat kekantornya jauh Ma kalau dari sini." alasan Arsel supaya tidak disuruh menginap.
"Mas, selama kita nikah kita belum pernah menginap disini. Bagaimana kalau malam ini kita menginap disini, boleh ya? lagian udah malem, nanti Mas capek nyetir mobilnya." rayu Sensa.
'Ayo dong, mau- mau' batin Sensa.
'Ck,, wanita ini mulai ngelunjak rupanya, awas saja kau!! baik kita mainkan sandiwara ini dengan bagus.' batin Arsel. Mereka berdua saling pandang.
"Tapi Sayang, berangkat kerja nya jauh kalau nginap disini. Besok pagi Aku ada rapat penting dan berkasnya masih dirumah. Lain waktu aja ya menginapnya." Arsel menolak dengan halus.
"Tapi Mas,," Sensa menjawab cepat.
"Sudahlah, nggak usah tapi-tapian." kata Arsel sudah tak mau dibantah.
"Sekarang kita pulang. Ayo, pamit dulu sama Papa, Mama." Arsel sudah berdiri.
"Yah, beneran nih nggak mau menginap?" sedih Mama Eisha.
"Enggak Ma, besok kapan-kapan lagi kita nginepnya, besok Arsel ada rapat penting pagi-pagi."
"Ya udah." jawab Mama Eisha lesu.
"Kita pulang dulu ya, Pa, Ma." pamit Arsel sambil mencium tangan kedua orang tuanya, dan bergantian dengan Sensa.
"Assalamu'alaikum,," serempak Arsel dan Sensa mengucap salam.
"Wala'ikum Salam,," Papa Abiyasa dan Mama Eisha menjawab.
"Hati-hati dijalan, nggak usah kebut-kebutan, Sel." pesan Mama Eisha.
"Iya, Ma." jawab Arsel.
Arsel berjalan membuka pintu mobil untuk Sensa, lalu Arsel memutari mobil membuka pintu dan masuk dibagian kemudi. Arsel menyalakan mobil dan mulai meninggalkan pelataran rumah mewah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Wirda Wati
jangan bego betul donk Thor sensanya
2022-07-14
1
Mega Zeen
apa yg kamu harapkan dari ciuman yang menjijikan itu sensa🤦🙄
2022-03-19
0
Nura Kaserun
kok di bikin bego bngt perempuan nya,bikin ngelawan lah thor geram saya
2021-12-24
0