"Hallo," suara Arsel menjawab telpon.
"Sayang, nanti makan siang bareng ya. Aku mampir ke Kantor kamu dulu dan kita pergi bareng," Bella mengajak Arsel untuk makan siang bersama.
"Iya," jawab Arsel singkat.
"iih,,,gitu doang sih!!" yang diseberang telfon merajuk.
"Baiklah, Sayang." jawab Arsel sedikit canggung dengan kata sayang.
"Nah, gitu dong. Ya sudah, sampai bertemu nanti ya, Sayang," kata Bella senang.
Arsel sudah rapi dengan pakaian kantornya.
Dia turun kebawah, dan langsung ke meja makan.
Arsel sarapan hanya dengan roti tawar dan minum secangkir kopi.
Seperti biasa, Arsel tak pernah menegur Sensa, bahkan melihatnya saja enggan.
Arsel hanya acuh dengan semua yang dilakukan Sensa.
Tentu Sensa pun sudah biasa dengan keadaan seperti itu.
Badan Sensa terlihat kurus, meski begitu dia masih tetap terlihat cantik. Walau mukanya jarang tersentuh makeup. Wajah yang meneduhkan setiap mata yang memandang, tapi tidak dengan mata Arsel.
Rengga sudah menunggu diluar rumah.
Seperti biasa, tugas rutin Sensa membersihkan rumah, lelah sudah pasti. Tapi apa daya, dia tak ada pilihan, dia selalu berharap Arsel bisa sedikit mengerti.
Sensa tak tau sampai kapan keadaan akan terus begini. Angan-angan Sensa sewaktu kecil ingin hidup dengan orang yang mencintai dia. Harta tak menjadi masalah, karna Sensa sudah terbiasa hidup sederhan. Dulu, sewaktu kedua orang tuanya masih hidup, meski serba pas-pasan namun keluarganya penuh kasih sayang dan kehangatan, tak ada bayangan sedikitpun Sensa akan menjalani kehidupan seperti ini, berdampingan dengan suami yang kejam. Bolehkah Sensa sedikit mengeluh, dia juga perempuan biasa.
Sudah jam makan siang. Seperti tadi yang dijanjikan, Bella datang kekantor Arsel untuk makan bersama.
Dan tak lama, Arsel dan Bella keluar kantor bersama. Mereka terlihat sangat mesra.
"Hem,, Pak Bos dan Mbak Bella benar-benar sangat serasi ya," kata salah satu karyawan yang melihat Arsel dan Bella bergandengan tangan.
"Iya, yang pria seperti oppa korea dan yang perempuan seperti model, mereka sangat cocok." dan bisik-bisik karyawan masih berlanjut meski orang yang menjadi topik sudah pergi.
Arsel bersenang senang diluar dengan kekasihnya, sedang Sensa diRumah bekerja keras tak ada waktu untuk istirahat. Meski Arsel kaya, tapi dia tak pernah memberi Sensa uang lebih dia hanya memberi uang untuk berbelanja kebutuhan dapur. Sensa sudah tak ada uang, tabungannya semua sudah habis.
Ingin dia merasakan dunia luar, semenjak menikah dia tak pernah melihat keindahan dunia luar. Tak ada waktu untuk sekedar jalan-jalan, Sensa hanya pergi kepasar setiap seminggu sekali.
Setalah sholat Maghrib, Sensa membaca Al-Qur'an, dan dilanjut sholat isya'.
Sensa menuju keruang makan, dilihat suaminya itu belum pulang.
'Tumben, biasanya jam setengah enam sudah dirumah. Tapi, sudah jam delapan malam Arsel masih belum pulang.
Sensa sudah lapar, dan dia memutuskan untuk makan terlebih dahulu.
Selesai menikmati makan malam sendirian, Sensa menungggu Arsel diruang keluarga sambil menonton TV.
Sampai jam 22.30 masih belum pulang, sampai Sensa lelah dan tertidur disofa.
Baru jam satu dini hari Arsel baru menginjakkan kaki dirumahnya.
Rupanya, dia tertidur diapartemen Bella, sewaktu mengantarkan Bella pulang.
Arsel membuka pintu yang tidak sempat Sensa kunci karna sudah tertidur.
Arsel melihat Sensa tertidur disofa, dia hanya mematikan lampu dan langsung pergi kekamarnya.
Saat Sensa terbangun dia merasa heran, karna semua lampu sudah padam, padahal sebelum ketiduran tadi, semua lampu masih menyala.
Sensa naik kekamar Arsel untuk mengecek apa Arsel sudah pulang atau belum.
Pelan sensa membuka kamar dan mendapati Arsel sedang sibuk didepan komputer, padahal sudah jam dua pagi.
"Ngapain, kamu disitu!!" suara Arsel mengagetkan Sensa.
"Maaf, Tuan. Saya hanya ingin melihat apakah anda sudah pulang atau belum." jawab Sensa.
"Buatkan Aku kopi."
"Baik, Tuan."
Setelah menjawab, Sensa bergegas kembali kebawah dan langsung menuju kedapur untuk membuat kopi.
Beberapa saat, Sensa kembali kekamar Arsel dengan secangkir kopi panas, dan menaruh diatas meja kerja Arsel.
Arsel mengambil secangkir kopi panas itu dan menyeduhnya hingga hampir habis.
Dia beranjak pindah duduk kesofa.
"Pijat kepalaku," perintah Arsel, ini kedua kalinya Arsel menyuruh Sensa untuk memijat kepalanya.
"Baik Tuan."
Sensa mulai memijit kepala Arsel.
"Pijat leher dan bahuku juga!" perintahnya.
Sensa menuruti perintah Arsel, dia tak merasa lelah, justru merasa senang.
Sedang Arsel, sebenarnya dia sudah merasa nyaman dengan kehadiran Sensa, hanya dia masih belum mau menyadari. Dihati, Arsel sedikit sudah menerima kehadiran Sensa.
Sedikit nyaman, setiap pulang kerja ada seseorang yang menunggu nya. Namun fikiran selalu tak sejalan dengan hati, dia masih menganggap Sensa gadis miskin, minim pendidikan, bodoh, dan gadis kampungan.
Arsel berfikir, Sensa hanya menginginkan hartanya saja. Tanpa Arsel sadari, selama menikah dengannya Sensa sendiri tak pernah meminta harta, tak pernah protes meski dia tak pernah bersenang-senang.
Namun Arsel tetap Arsel, dengan ego yang tinggi dan tak mau disalahkan.
Tanpa sadar mereka berdua tertidur disofa,
kepala Sensa menyender dibahu Arsel dan tangan Arsel memeluk Sensa.
Karna tangannya merasa pegal, Arsel terbangun, dan begitu membuka mata, dia langsung melihat wajah Sensa yang hanya beberapa centi saja dari wajah nya.
deg,,,deg,,,
Suara detak jantung Arsel yang berdegub. Dilihatnya wajah Sensa yang tertidur pulas dengan bibir tipis yang sedikit terbuka.
gleek,,,
Arsel menelan ludah, ingin rasanya dia melum*t bibir itu sekarang juga bibir pink alami tanpa lipstik.
Karna bisikan setan, dan jiwa lelaki normal.
Arsel sudah mendekatkan bibirnya ke bibir Sensa. Melum*t sedikit bibir bawahnya. Dia memejamkan mata, menikmati bibir yang saling bersentuhan lembut, dan tiba-tiba gairah itu muncul.
Karna merasakan sesuatu aneh, Sensa terbangun, dia pelan membuka mata.
Hampir pingsan,
deg-degan, campur aduk menjadi satu. Entah rasa apa itu. Benarkah, pria yang sedang mencium bibirnya ini sungguh suami dinginnya? suami kejamnya?
Sadar, reflek Sensa mendorong dada Arsel, tapi Arsel malah memegang belakang kepala Sensa dan semakin menekannya, dia masih menikmati dan masih belum mau menyudahi.
Arsel mencium lebih dalam, perlahan mencoba membuka mulut Sensa, karna ciuman Arsel yang memab*kan, Sensa kembali memejamkan matanya, dia mulai membalas ciuman Arsel. Cukup lama, hingga keduanya kehabisan nafas. Dan Arsel melepas ciuman itu.
Sedang adik kecil yang dibawah sudah mengeras.
'Shiiit,, bisa-bisanya gue bergairah sama cewek kampungan!' Arsel mengumpat.
Arsel berdiri dan berjalan kekamar mandi.
berdiri dibawah shower dengan guyuran air dingin, padahal dipagi buta. Namun tubuhnya cukup kepanasan karna reaksi ciuman tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Sumi Sumi
dasar arsel
2024-04-17
0
Nuranita
jgn hakimi sensa kek gtu la readers.....sensa itu bukan wanita bodoh....setiap wanita itu memiliki kepribadian yg berbeda....sensa itu tipekal wanita yg sabar dan ikhlas dlm mnjalani takdir hidupx....dia hidup sendirian d dunia ini...dia berharap d cintai oleh suamix sndiri.....klopun dia memiliki keputusan bertahan dg suami yg blum dpet hidayah kek arsel....itu d karenakan smoga doa yg dpnjatkn utk arsel di dengarkn Allah SWT.....dan arsel bisa mnjadi suami yg di idamkn sensa....saya malah amaze bnget sma sensa.....hatix bgtu kuat dan setia....walopun dsakiti sedemikian rupa.....love is blind.....now....I do belive it..cos sensa have proof to me......💪💪💪💪💪💪💪💪💪
2022-06-10
0
Retno Marsudi
hadeuh
2021-08-02
1