Sesampainya dikamar, Arsel menghempas tangan Sensa kasar.
"Cih, sandiwara yang menji**kkan!!
apa lagi, Aku harus satu kamar dengan wanita kampungan seperti Mu!!.
Kenapa Aku harus menikahi wanita kampung seperti Mu, hah!! rasanya Aku ingin melenyapkan mu saja!!!" Arsel berbicara kasar.
"Apa Aku segitu hinanya dihadapan mu, Tuan? Kenapa, Tuan selalu merendahkan saya? salah Saya apa? Saya disini juga korban, Saya tidak pernah meminta orang tua Anda menjodohkan Saya dengan Anda, jika Saya tahu semua seperti ini, pasti Saya akan menolak perjodohan itu!!" Sensa sudah kesal dengan sikap Arsel yang selalu menyalahkan dirinya.
Plaaak,,
Sebuah tamparan melayang dipipi mulus Sensa, karna emosi Arsel menampar Sensa, itu bukan tamparan pertama. Namun sudah tamparan yang ntah berapa kali, karna Arsel sudah sering menampar Sensa.
"Bagus, kamu udah berani melawan sekarang? karna ada Mama, sama Papa disini, kamu berani melawan, hah?" geram Arsel.
"Aku juga manusia, Tuan. Saya punya perasaan, punya rasa sakit. Anda jangan keterlaluan, kalau Anda benar-benar orang pintar harusnya Anda bisa menghargai orang lain, bukan menganiaya istri sendiri!!" dengan lantang Sensa melawan Arsel, bukan karna ada orang tua Arsel menjadikan dia berani melawan, tetapi, Sensa ingin Arsel menghargainya, tidak berbuat kasar dan bisa mengganggap dia seperti manusia.
"Kamu!!!" Arsel sudah ingin menampar Sensa lagi, tapi ntah kenapa tangannya hanya menggantung diudara.
Arsel menghirup udara dan membuangnya pelan, untuk meredakan emosi yang hampir meledak.
Sensa masih menangis, sambil memejamkan mata, takut melihat tangan Arsel yang sudah terangkat, takut manusia hati iblis itu akan menamparnya lagi.
"Sebagai hukuman, kamu tidur dilantai malam ini. Dan jangan coba-coba pindah ketempat lain!!"
Setelah memberi ancaman, dengan seenaknya Arsel langsung merebahkan tubuhnya dikasur yang empuk.
Sedangkan Sensa harus tidur dilantai keramik yang dingin , tanpa alas tidur, karpet atau alas lain. Tanpa selimut, bantal, dia hanya duduk bersandar dipojok lemari. Dia melihat Arsel yang begitu nyaman dengan posisinya. Benar-benar suami kejam? lalu ntah kenapa Aku tak bisa melawan atau pergi darinya, rasa sayang masih besar untuk suami iblis itu.
"Astagfirullahallazdim,," berkali-kali Sensa beristigfar, semoga Allah mengampuni dosa-dosa Arsel.
'Ya Allah, sampai kapan Suami hamba seperti ini. Hanya engkau Maha tahu dan yang bisa membolak-balikan hati, Hamba mohon bukalah hati suami Hamba, agar bisa menerima dan mencintai, Hamba.' doa Sensa, diiringi air mata yang jatuh.
Jam 4.30 pagi, Sensa terbangun, dan segera mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh.
Setelah selesai sholat, Sensa pergi kedapur untuk membuat sarapan.
Tak lama, Mama Eisha juga sudah bangun dan bergabung didapur bersama Sensa.
"Mantu Mama, rajin banget deh," Mama Eisha mendekati Sensa dan mengelus punggung Sensa.
Sensa melihat kearah Mama Eisha dan tersenyum.
"Ini sudah menjadi tugas Sensa, Ma. Sudah, Mama duduk dan tunggu aja dimeja makan, sebentar lagi juga udah mau selesai kok, Ma." kata Sensa.
"Nggak pa-pa, Sayang. Mama pengen nemenin kamu disini, Mama seneng banget punya mantu kayak kamu, mudah-mudahan kamu selalu bahagia ya, Sayang." do'a Mama Eisha tulus untuk Sensa.
"Amin,,, Alhamdulillah, Sensa juga sangat bahagia punya Ibu mertua, sebaik Mama. Terima kasih ya, Ma. untuk do'anya." Sensa memeluk Mama Eisha dan menangis.
"Loh, loh, kok malah nangis, Sayang?" Mama Eisha kaget, karna Sensa malah memeluknya dan menangis.
"Sensa menangis bahagia, Ma. Sensa senang bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu lagi, setalah lama Sensa hanya hidup sendiri." Mendengar itu Mama Eisha lega, dia memeluk Sensa hangat, menyalurkan kehangatan seorang Ibu.
"Kamu, sudah seperti anak Mama sendiri, Kamu putri Mama yang paling cantik dan baik hati. Sudah jangan sedih lagi ya, senyum dong, nanti cantiknya ilang loh, nanti Mama dimarahi Arsel, karna udah bikin istri Arsel Dirga milard menangis." hibur Mama Eisha.
'Andai Mama tau, bahkan Arsel Dirga Milard, suamiku lebih suka melihat ku menangis. Dia bahagia jika melihat Aku sedih, dan terpuruk, Ma.' suara hati Sensa.
Akhirnya semua makanan sudah terhidang dimeja makan.
Papa Abiyasa, sudah duduk diruang keluarga ditemani secangkir kopi dan sepiring kue, Mama Eisha juga duduk disamping suaminya.
Tak lama Rengga datang, menghampiri dan ingin menyapa kedua orang tua Arsel.
"Pagi-pagi sudah sampai sini aja kamu, Ga. Bos mu saja belum bangun." kata Papa Abiyasa yang sudah dulu menyapa.
"Lebih baik Saya yang menunggu, daripada Saya yang ditunggu, bisa-bisa Bos kulkas itu mengamuk." jawab Rengga sedikit bercanda.
"hahaha,," Papa Abiyasa dan Mama Eisha tertawa bersama mendengar jawaban Rengga.
Tak lama, yang dibicarakan muncul. Arsel sedang menuruni anak tangga dan sudah rapi dengan pakaian Formal.
"Ya sudah, ayo, kita langsung sarapan saja." Papa Abiyasa mengajak untuk sarapan.
Dan mereka semua mengikuti Papa Abiyasa menuju kemeja makan.
Seperti semalam, Sensa mengambilkan makanan lebih dulu untuk Arsel, dan baru dirinya.
Mereka semua, menikmati sarapan dengan hening, tak ada yang bersuara, dentingan sendok beradu saja yang terdengar.
Arsel sudah selesai terlebih dahulu, disusul Papa Abiyasa dan lainnya.
Mereka mengantar Arsel sampai didepan pintu. Arsel mencium tangan kedua orang tuanya. Berganti Sensa mencium punggung tangan Arsel. Arsel membalas mencium kening Sensa.
"Aku berangkat dulu ya, Sayang." pamit Arsel pada Sensa.
"uhukk-uhuk," Rengga terbatuk, mendengar ucapan yang keluar dari mulut Arsel. 'kesambet setan mana, Bos nggak punya hati itu. Pagi ini bisa baik sama Nona Sensa? Itu pasti karna ada sang pengawas, makanya dia bersikap seperti itu' batin Rengga.
"Kamu kenapa, Ga?" tanya Mama Eisha, mendengar batuk dadakan dari Rengga.
"Em,,, nggak kenapa-kenapa kok, Nyonya," Rengga menjawab sambil cengar-cengir.
Arsel berjalan menuju kemobil, dan Rengga berlari kecil membukakan pintu mobil bagian belakang untuk Bos dinginnya itu.
Didalam mobil.
"Bos,, Lo udah mulai suka sama bini Lo?" tanya Rengga penasaran.
"Nggak usah gila, gue nggak akan pernah suka sama peremuan miskin itu!" jawab Arsel santai.
"Ya elah Bos, mata Lo perlu diperiksain kali, punya bini cantik, sholehah, lemah lembut, kurang apalagi sih? kalau Bos nggak mau, buat gue aja nggak apa-apa." Rengga mau saja menerima Sensa seandainya jadi janda, Rengga memang suka dengan perempuan yang lemah lembut, dan tidak bar-bar.
"Huh, dia itu cuma perempuan miskin, bodoh, nggak level gue, jauh sama Bella. Entah kenapa, setiap gue liat muka dia, gue ngerasa muak dengan tingkah dia yang sok polos, dan sok baik!!" Arsel sedikit emosi.
"Kalau nggak suka, harusnya nggak perlu Lo siksa juga, Bos. Kasian, dia itu memang perempuan baik. Lo juga sering keterlaluan nyiksa dia, kejam!" kesal Rengga saat ingat Arsel yang berbuat kasar pada Sensa.
"Gue siksa dia biar dia minta cerai dan pergi dari hidup, gue!!"
"Ya udah, tinggal Lo ceraiin aja, habis itu gue nikahin." kata Rengga enteng.
"Nggak semudah itu, Ferguso!!" jawab Arsel sambil memukul belakang kursi kemudi Rengga.
"Kalau gue yang ceraiin dia, bisa jadi gembel gue sekarang juga, nama gue bakal dicoret langsung dari daftar warisan!!" terang Arsel.
"Oooooo, jadi begitu to ceritanya, Bos? tapi mau sampai kapan, Lo jalanin rumah tangga begini, Bos?" tanya Rengga lagi.
"Entahlah, sampai bumi diatas dan langit dibawah!!" jawab Arsel asal.
"Hah, maksutnya Bos?" bingung Rengga.
"Udah nyetir yang bener, nggak usah bawel kayak emak-emak, gue potong gaji Lo nanti kalau masih berisik!!!" ancam Arsel.
"Ya ya, gue diem. Gue kunci nih mulut gue, puas!!" Rengga kesal, nasib bawahan yang selalu diancam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Putriani Putriani
sensa Lo harus kuat jangan lemah SM tuan arsel sekali Lo lawan kek
2024-04-22
0
Ursula Ursula
perempuan di Novel itu bodoh2
2022-06-12
0
Keysha Zahra
kurang gereget si baca nya, soal nya peran wanita nya sangat lemah. harus nya wanita nya kuat dan tidk terlalu oon.
jadi baca nya seperti nonton sinteron ikan terbang
2022-06-10
0