Bab 11 Shanaya dan Ayahnya

Pagi hari ini mereka semua sudah berkumpul didepan ruamah, Shanaya memperhatikan suasana dipagi ini. ada bunda dan mama mertuanya yang menagis karna tak mau berpisah dengan sikembar. Sedangkan dia berada di pelukan sang Ayah, sudah lama rasanya dia tidak merasakan pelukan hangat ini, mungkin terakhir kali saat dia masih sekolah dasar.

Tidak ada lagi Air mata yang keluar dari matanya, untuk apa dia menangis?  justru ini yang dia tunggu- tunggu. sungguh dia sudah muak, berusaha berusaha bersikap baik dihadapan para pecundang ini.

“Maafkan Ayah. Ayah tau kalau semua penderitaan yang kamu rasakan berawal dari Ayah”

“Ayah janji kedepanya, akan melakukan apa saja demi kebahagiaan kamu”

Ucapan itu keluar dari bibir sang Ayah. Namun, dilubuk hati Shanaya tetap tidak percaya. Mereka semua ini adalah komplotan orang-orang yang pandai berbohong, jadi untuk apa dipercayai.

“Benarkan Ayah akan melakukan apa saja untukku?” tanya Shanaya

“Iya Apapun yang Anak Ayah satu-satunya Ayah ini” Jawab Pak Ahmad

Tanpa sadar Shanaya tertawa

“Dari ucapan Ayah ini, membuktikan kalau Ayah mau melakukan apa saja untukku karna tinggal aku anak Ayah yang masih hidup” Ucap Shanaya

“Jadi kalau Mbak Anaya, masih hidup. Ayah akan tetap memilih melakukan kemauan Mbak Anaya daripada Aku? Ternyata sifat pilih kasih Ayah ngak akan pernah hilangya?” lanjut Shanaya Sarkas

“Bukan begitu Nak. Kamu dan Anaya itu sama dimata Ayah”

“Jadi apapun yang kalian inginkan pasti akan Ayah kabulkan”

Ucap Pak Ahmad tak ingin Shanaya salah paham.

“Benarkan?” tanya Shanaya lagi

“Iya” jawab Pak ahmad, sambil mengangguk

“Jadi kalau aku minta Ayah untuk menyuruh Mas Hakim segera menceraikanku. Ayah bisa kan?” Tanya Shanaya

Cukup lama Pak Ahmad terdiam, sedang memikirkan ucapan yang yang pas.

“Kenapa Yah, Ayah ngak bisa turuti kemauanku ya?” Tanya Shanaya lagi

“Bisa. Ayah bisa, nanti biar Ayah yang bicara sama Hakim” Jawab Pak Ahmad cepat

Shanaya hanya menganggukan kepalanya dalam dekapan sang Ayah.

Setelah pelukan dari ayahnya sudah terlepas, dia melangkah ke arah Rani sang adik ipar

Shanaya, Aisya, dan Rani adalah sahabat sejak SMA. Persahabatan mereka kian erat saat Ia resmi menikah dengan Hakim kakak dari Rani.

Namun, semenjak kejadian itu. Ia dan Rani sudah lost kontak. Hanya Aisya yang sampai saat ini masih berhubungan baik denganya, walaupun tak sedekat dulu karna Ia dan Aisya memiliki kesibukan masing-masing. Aisya saat ini sudah menikah dan mimiliki seorang putri.

Shanaya melangkah menuju sepasang suami istri itu.

“Hai Ran!” ucap Shanaya

“Lama ngak ketemu, owh ya! Selamat atas pernikahanmu” lanjut Shanaya basa-basi

Rani hanya mengangguk, lalu melangkah kehadapan Shanaya. Hendak memeluknya.

Namun shanaya melangkah mundur. Tak ingin berinteraksi lebih jauh dengan wanita dihadapanya ini.

“Kenapa, Sha?” tanya Rani heran

Shanaya hanya memberikan senyum, tak mungkin dia mengatakan ‘aku tak mau dipeluk’ cukup tadi dia harus berpura-pura baik didekapan Ayahnya.

“Ngak Ran. Aku cuman mau bilang terimah kasih sudah memberiku kabar tentang kematian Mbak Anaya dan juga kabar pernikahan Mas Hakim empat tahun lalu” ucap Shanaya langsung

“Berkat kau aku bisa mengetauhi kebusukan mereka semua” lanjut Shanaya dengan tatapan tajamnya

Entah mengapa Shanaya tiba-tiba emosi, mengingat perbuatan Sahabatnya yang ternyata juga ikut adil dalam penderitaan yang terjadi padanya. Inilah salah satu alasan Shanaya tak mudah percaya pada orang lain. Lihatkan orang dia anggap saudara ternyata bisa berbuat buruk juga padanya.

Rani menatapnya dengan tatapan tidak percaya, mungkin dia heran mengapa aku bisa mengetahui bahwa dialah pengirim pesan empat tahun lalu. Shanaya memang sengaja meminta temanya melacak nomor itu dan ternyata menunjukkan bahwa Rani lah pemilik nomor yang mengiriminya pesan yang membuat dirinya hancur.

“Sha tolong dengarkan aku!!”

“Aku melakukan ini semua demi kebaikanmu aku tidak ingin kau menunggu kepulangan Mas ku, aku ingin kau mencari kebahagiaanmu senndiri”

ucap Rani mencoba meraih tangan Shanaya berharap kakak ipar sekaligus sahabatnya itu bisa percaya padanya. Namun, Shanaya hanya mengangguk lalu melepaskna genggaman tangan mereka.

Episodes
1 Bab 1 Ditinggal Pergi
2 Bab 2 Mencari Pekerjaan
3 Bab 3 Memulai Hidup Baru
4 Bab 4 Pulang
5 Bab 5 Pertemuan Setelah 4 Tahun
6 Bab 6 Hakim dan Sikembar
7 Bab 7 Situasi Yang Menegangkan
8 Bab 8 Meminta Restu
9 Bab 9 Diskusi Dimalam Hari
10 Bab 10 Pertengkaran Tak Berujung
11 Bab 11 Shanaya dan Ayahnya
12 Bab 12 Drama Perpisahan
13 Bab 13 Kembali dengan Tangan Kosong
14 Bab 14 Kedatangan Hakim
15 Bab 15 Pov Hakim
16 Bab 16 Kemarahan Hakim
17 Bab 17 Hukuman
18 Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari
19 Bab 19 Hakim dan Sikembar dipagi Hari
20 Bab 20 Nasi Goreng dan Telur Dadar
21 Bab 21 Hanya Perihal Bekal Makanan
22 Bab 22 Pov Noval
23 Bab 23 Tangisan Shanaya
24 Bab 24 Noval dan Hakim 1
25 Bab 25 Noval dan Hakim 2
26 Bab 26 Tamu Tak Diundang
27 Bab 27 Ternyata Orang Tua Shanaya
28 Bab 28 Kamar Shanaya
29 Bab 29 Trauma Shanaya
30 Bab 30 Flacback Saat Shanaya Melahirkan
31 Bab 31 Terlambat Bangun
32 Bab 32 Hari Libur Shanaya
33 Bab 33 Berangkat Kerja
34 Bab 34 Pertengkaran Shanaya dengan Ayahnya
35 Bab 35 Shanaya dan Hakim 1
36 Bab 36 Shanaya dan Hakim 2
37 Bab 37 Hasrat Hakim
38 Bab 38 Gagal!!
39 Bab 39 Pukul 03:20
40 Bab 40 Pelukan Hangat Hakim
41 Bab 41 Shalat dan Mengaji
42 Bab 42 Laki-laki Sebaik Hakim?
43 Bab 43 Diperjalanan
44 Bab 44 Refresin
45 Bab 45 Kecelakaan
46 Bab 46 Dilarika Kerumah Sakit
47 Bab 47 Pertolongan Untuk Abi
48 Bab 48 Mendonorkan Darah
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 Ditinggal Pergi
2
Bab 2 Mencari Pekerjaan
3
Bab 3 Memulai Hidup Baru
4
Bab 4 Pulang
5
Bab 5 Pertemuan Setelah 4 Tahun
6
Bab 6 Hakim dan Sikembar
7
Bab 7 Situasi Yang Menegangkan
8
Bab 8 Meminta Restu
9
Bab 9 Diskusi Dimalam Hari
10
Bab 10 Pertengkaran Tak Berujung
11
Bab 11 Shanaya dan Ayahnya
12
Bab 12 Drama Perpisahan
13
Bab 13 Kembali dengan Tangan Kosong
14
Bab 14 Kedatangan Hakim
15
Bab 15 Pov Hakim
16
Bab 16 Kemarahan Hakim
17
Bab 17 Hukuman
18
Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari
19
Bab 19 Hakim dan Sikembar dipagi Hari
20
Bab 20 Nasi Goreng dan Telur Dadar
21
Bab 21 Hanya Perihal Bekal Makanan
22
Bab 22 Pov Noval
23
Bab 23 Tangisan Shanaya
24
Bab 24 Noval dan Hakim 1
25
Bab 25 Noval dan Hakim 2
26
Bab 26 Tamu Tak Diundang
27
Bab 27 Ternyata Orang Tua Shanaya
28
Bab 28 Kamar Shanaya
29
Bab 29 Trauma Shanaya
30
Bab 30 Flacback Saat Shanaya Melahirkan
31
Bab 31 Terlambat Bangun
32
Bab 32 Hari Libur Shanaya
33
Bab 33 Berangkat Kerja
34
Bab 34 Pertengkaran Shanaya dengan Ayahnya
35
Bab 35 Shanaya dan Hakim 1
36
Bab 36 Shanaya dan Hakim 2
37
Bab 37 Hasrat Hakim
38
Bab 38 Gagal!!
39
Bab 39 Pukul 03:20
40
Bab 40 Pelukan Hangat Hakim
41
Bab 41 Shalat dan Mengaji
42
Bab 42 Laki-laki Sebaik Hakim?
43
Bab 43 Diperjalanan
44
Bab 44 Refresin
45
Bab 45 Kecelakaan
46
Bab 46 Dilarika Kerumah Sakit
47
Bab 47 Pertolongan Untuk Abi
48
Bab 48 Mendonorkan Darah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!