Bab 6 Hakim dan Sikembar

Kembali pada posisi Hakim, kini ia memeluk kedua anaknya. ia memang selama ini tak pernah lagi memikirkan sang anak dan istri pertamanya. entah mungkin karna dia sibuk mengurus Anaya yang setiap minggu harus menjalani kemoterapi. Ia benar-benar melupakan bahwa dia meninggalkan shanaya dalam keadaan hamil muda, sungguh dia tak tau harus bagaimana lagi.

“Kakak sama Ade kesini naik apa’” ucapnya basa-basi

“Naik pesawat Papa sama Ayah, bunda sama kakak, terus kita lihat rumah banyak tapi kecil banget, kata Ayah karna kita jauh diatas langit. Iya kan yah?” ucap antusias Ana sambil melirik Noval

“Iya dek” Ucap nival

“Nanti kalian nginep kan? Papakan kangen sama kalian” lanjut Hakim bertanya, sebenarnya pertanyaan ini ia tunjukkan untuk shanaya

“Kita mungkin akan nginep di hotel dekat sini, karna besok pagi harus belik ke Banjarmasin Mas, anak-anak harus sekolah dan aku sama Naya juga harus kerja” jawab Noval dengan sopan

Hakim hanya mengangguk sambil terus memeluk sikembar di pangkuanya, pandanganya tidak lepas dari shanay entah mengapa perasaanya menjadi kacau saat ini, di senang Shanaya dan anak-anaknya sehat, tapi melihat penampilan shanay, rasanya dia tidak rela. hal yang selalu dia tekankan pada shanaya dulu adalah menggunakan hijab, dia melarang shanay keluar rumah jika tidak menggunakan hijab, bahkan jika ada tamu sekalipun itu keluarga mereka Hakim selalu menyuru shanaya menggunakan hijabnya, lalu sekarang dimana hijab panjang yang dulu shanaya gunakan?

Tak bisa dipungkiri bahwa rasa penyesalan itu kian membunuhnya, melihat anak-anak yang dia tinggalakan bahkan saat mereka masih dalam kandungan. Entah bagaimana cara Shanaya menghidupi mereka, terlebih dia melahirkan anak kembar yang pasti membutuhkan biyaya perawatan yang banyak. mengingat dulu Shanaya ia tinggal dengan uang tiga juta, yang bisa dia pastikan tidak akan cukup untuk sebulan.

****

Masih dalam situasi canggung ini. namun si kembar sudah pergi bermain bersama sepupu-sepupunya, mereka ini memang mudah akrab, apalagi Ana yang memang mudah bergaul, berebeda dengan kakaknya Abi yang memang cenderung pendiam, namun mungkin karna dia bersama sepupunya jadi membuat mereka cepat akrab.

Saat ini hanya tertinggal keluarga inti , sepupu-sepupu shanaya dan hakim kembali kedapur mempersiapkan makanan untuk tamu pengajian nanti malam.

Saat ini Ibu Tania memeluk erat anak satu-satunya itu, air matanya terus keluar membasahi pipi yang sudah mulai tirus dan keriput termakan usia, namun walau begitu tak mampu menutupi kecantikanya, yang menurun kepada kedua putrinya.

“Maafin bunda nak” ucapnya tersedu-sedu

“Maafin bunda nak” ucapnya lagi

“Maafin bunda” ucapnya lagi dan lagi

Entah sudah berapa kali bundanya itu meminta maaf, namun shanaya hanya terdiam tak tau harus bagaimana, rasanya dia belum mampu memaafkan mereka semu yang bersekonkol membuatnya hidup menderita di kota orang, meninggalkanya sendiri dalam keadaan hamil, dan tanpa rasa menyesal mereka bersukacita atas pernikahan suaminya dan kakaknya sendiri. Coba bayangkan jika kalian ada diposisi dhanaya, bagaimana perasaan kalian?

Noal yang melihat sang kekasi melamunlangsung mengusap punggung shanaya, menyadarkan sng kekasih dari lamunanya.

“sudah bund shanaya ngak papa, yang lalu biarlah berlalu. Shanaya kesini ingin menyelesaikan masalah, agar tidak berlarut-larut, shanaya mau hidup tenang dengan anak-anak” Ucap shanaya mengusap punggung sang bunda,

Ibu tania seketika mengedurkan pelukanya, menatap shanaya dengan tatapan bertanya

“Sebelumnaya Shanaya mau mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya atas meninggalnya Mbak Anaya dan anaknya” ucapnya menatap satu persatu orang disan, lalu tatapanya bertemu dengan hakim, tatapan yang mengisyarakan bahwa kalimat yang diucapkanya mengarah kepada Hakim.

“Shanaya juga ingin menyelesaikan masalah yang terjadi antara kita empat tahunyang lalu” ucapnya tenang, mencoba menenangkan diri

“Terutama antara shanaya dan Mas Hakim, setelah shanaya fikir-fikir ada baiknya kita akihiri secepatnya pernikahan ini, shanaya butuh status yang pasti sehingga kedepanya shanay bisa lebih tenang mennjalani hari-hari shanay di Banjarmasin dengan sikembar” ucap shanay di akhiri dengan helaan nafas, seolah beban dipundaknya telah hilang

Hakim seketika tertegung mendengar kalimat sang istri, sunggu dia tidak pernah mengharapkan ini. Apalagi ada anak diantara mereka.

“Tolong YaAllah hamba baru saja kehilangan Anaya,hamba tidak mau kehilangan shanay dan sikembar lagi” ucap Hakim dalam hati

Terpopuler

Comments

Dayra Malay

Dayra Malay

Lanjutkan kisahnya segera ya, thor

2025-02-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Ditinggal Pergi
2 Bab 2 Mencari Pekerjaan
3 Bab 3 Memulai Hidup Baru
4 Bab 4 Pulang
5 Bab 5 Pertemuan Setelah 4 Tahun
6 Bab 6 Hakim dan Sikembar
7 Bab 7 Situasi Yang Menegangkan
8 Bab 8 Meminta Restu
9 Bab 9 Diskusi Dimalam Hari
10 Bab 10 Pertengkaran Tak Berujung
11 Bab 11 Shanaya dan Ayahnya
12 Bab 12 Drama Perpisahan
13 Bab 13 Kembali dengan Tangan Kosong
14 Bab 14 Kedatangan Hakim
15 Bab 15 Pov Hakim
16 Bab 16 Kemarahan Hakim
17 Bab 17 Hukuman
18 Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari
19 Bab 19 Hakim dan Sikembar dipagi Hari
20 Bab 20 Nasi Goreng dan Telur Dadar
21 Bab 21 Hanya Perihal Bekal Makanan
22 Bab 22 Pov Noval
23 Bab 23 Tangisan Shanaya
24 Bab 24 Noval dan Hakim 1
25 Bab 25 Noval dan Hakim 2
26 Bab 26 Tamu Tak Diundang
27 Bab 27 Ternyata Orang Tua Shanaya
28 Bab 28 Kamar Shanaya
29 Bab 29 Trauma Shanaya
30 Bab 30 Flacback Saat Shanaya Melahirkan
31 Bab 31 Terlambat Bangun
32 Bab 32 Hari Libur Shanaya
33 Bab 33 Berangkat Kerja
34 Bab 34 Pertengkaran Shanaya dengan Ayahnya
35 Bab 35 Shanaya dan Hakim 1
36 Bab 36 Shanaya dan Hakim 2
37 Bab 37 Hasrat Hakim
38 Bab 38 Gagal!!
39 Bab 39 Pukul 03:20
40 Bab 40 Pelukan Hangat Hakim
41 Bab 41 Shalat dan Mengaji
42 Bab 42 Laki-laki Sebaik Hakim?
43 Bab 43 Diperjalanan
44 Bab 44 Refresin
45 Bab 45 Kecelakaan
46 Bab 46 Dilarika Kerumah Sakit
47 Bab 47 Pertolongan Untuk Abi
48 Bab 48 Mendonorkan Darah
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 Ditinggal Pergi
2
Bab 2 Mencari Pekerjaan
3
Bab 3 Memulai Hidup Baru
4
Bab 4 Pulang
5
Bab 5 Pertemuan Setelah 4 Tahun
6
Bab 6 Hakim dan Sikembar
7
Bab 7 Situasi Yang Menegangkan
8
Bab 8 Meminta Restu
9
Bab 9 Diskusi Dimalam Hari
10
Bab 10 Pertengkaran Tak Berujung
11
Bab 11 Shanaya dan Ayahnya
12
Bab 12 Drama Perpisahan
13
Bab 13 Kembali dengan Tangan Kosong
14
Bab 14 Kedatangan Hakim
15
Bab 15 Pov Hakim
16
Bab 16 Kemarahan Hakim
17
Bab 17 Hukuman
18
Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari
19
Bab 19 Hakim dan Sikembar dipagi Hari
20
Bab 20 Nasi Goreng dan Telur Dadar
21
Bab 21 Hanya Perihal Bekal Makanan
22
Bab 22 Pov Noval
23
Bab 23 Tangisan Shanaya
24
Bab 24 Noval dan Hakim 1
25
Bab 25 Noval dan Hakim 2
26
Bab 26 Tamu Tak Diundang
27
Bab 27 Ternyata Orang Tua Shanaya
28
Bab 28 Kamar Shanaya
29
Bab 29 Trauma Shanaya
30
Bab 30 Flacback Saat Shanaya Melahirkan
31
Bab 31 Terlambat Bangun
32
Bab 32 Hari Libur Shanaya
33
Bab 33 Berangkat Kerja
34
Bab 34 Pertengkaran Shanaya dengan Ayahnya
35
Bab 35 Shanaya dan Hakim 1
36
Bab 36 Shanaya dan Hakim 2
37
Bab 37 Hasrat Hakim
38
Bab 38 Gagal!!
39
Bab 39 Pukul 03:20
40
Bab 40 Pelukan Hangat Hakim
41
Bab 41 Shalat dan Mengaji
42
Bab 42 Laki-laki Sebaik Hakim?
43
Bab 43 Diperjalanan
44
Bab 44 Refresin
45
Bab 45 Kecelakaan
46
Bab 46 Dilarika Kerumah Sakit
47
Bab 47 Pertolongan Untuk Abi
48
Bab 48 Mendonorkan Darah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!