Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari

Shanaya terbangun dengan keadaan yang masih kacau seperti semalam, pakaian yang digunakanyapun masih sama. Kelehan menangis semalaman membuatnya langsung tidur tanpa mengganti pakaianya

Dilihatnya jam didinding kamarnya itu, ternyata masih jam 04.30 menit. Dilangkakkan kakinya turun dari ranjang, lalu melangah kearah lemari yang terdap cermin besar dibagian pintunya. Ditatapi penampilanya saat ini, rambut acak-acakan, baju kusut dan jangan lupakan mata yang membengkak akibat menagis semalaman. Hakim semalam benar-benar sudah keterlaluan!

Shanaya menghembuskan nafasnya, mencoba menghapus ingatan mengenai kejadian semalam. Tak dapat dipungkiri, bahwa dia sedikit takut melihat kemarahan Hakim. Dulu saat awal-awal pernikahanya dengan Hakim, lelaki itu tak pernah membentaknya, dia slalu bertutur kata lembut dan begitu menyayanginya. Jadi waja jika dia kaget melihat kemarahan Hakim semalam, yang baru pertama kali dilihatnya.

Setelah melamun cukup lama dia memutuskan untuk langsung kekamar mandi, untuk membersihkan dirinya. Digosoknya berulang kali bagian tubuhnya yang sempat Hakim sentuh semalam. Kalau boleh jujur dia merasa jijik disentuh Hakim, walau hanya secuil. Bayangan dia melakukan hal yang sama dengan Almarhuma Mbak Anaya, walaupun mereka suami istri tapi Shanaya tetap saja merasa jhik. Tidak mungkinkan Hakim tak pernah melakukanya dengan kakaknya itu? Buktinya Mbak Anaya bisa hamil.

Setelah dirasa bersih dia lalu membilas seluruh tubuhnya. Shanaya keluar dari kamar mandi sudah mengganti pakaianya, dengan daster rumahan berwarna pink dengan panjang diatas lutut, membuat tubuhnya dan jangan lupakan rambut yang sengaja dicepol asal yang meninggalkan helai-helaian rambut kecil, terlihat sangat lucu membuatnya terlihat seperti remaja 18 tahun.

Rasa haus membuat Shanaya memilih untuk kedapur sekalian membuatkan sarapa untuk sikembar. Saat keluar dari kamar dia melihat Hakim yang sedang mengaji di ruang keluarga, kengkap dengan peci dan sarung yang masih melekat ditubuhnya. Sungguh dia belum siap bertemu lelaki itu setelah kejadian semalam.

Shanaya melanjutkan langkahnya menuji dapur, mencoba tak menghiraukan keberadaan Hakim. Namun, baru beberapa langkah suara Hakim sudah menggelegar memanggilnya

“Sha! Sudah kamu sudah Shalat?” tanya Hakim

Namun bukanya menjawab Shanaya malah memilih melanjutkan langkahnya menuju dapur. Hakim yang melihatnya memilih menyusul sang istri.

Sampai didapur dilihatnya Shanaya sedang mengambil air minum. Huhh melihat Shanaya dengan dengan tampilan seperti ini sungguh mengoda imanya. Siapa yang tidak tergoda melihatnya, sungguh Hakim tak akan rela jika laki-laki lain melihat Shanaya dengan pakaian seperti ini.

Shanaya jika dibandingkan empat tahun yang lalu memang jauh berbeda. Muai dari tampilanya yang kian hari makin dewasa, sampai-sampai saat pertama kali melihatnya Hakims empat tak mengenalinya. Bagaimana tidak saat pertama kali bertemu beberapa hari yang lalu, Shanaya hanya menggunakan jeans longgar dan kemeja hitam tanpa hijab. Walaupun dia sering melihat istrinya itu tak menggunakan hijab, namun Shanaya sekarang jauh berbeda.

Mulai dari rambutnya, dulu rambut Shanaya selalu pendek, jika panjan sedikit dia langsung memotongnya. Sekarang rambutnya panjang menjuntai hingga punggung, memberikan kesan berbeda pada Shanaya. Lalu proporsi tubuhnya yang semakin berisi, tapi tidak gemuk. Dulu bisa dibilang Shanaya itu sedikut kurus apalagi dengan tinggi badanya yang hanya 155 cm membuatnya terlihat semakin kecil. Dan jangan lupakan kulitnya, entah hanya perasaanya saja atau memang Shanaya melakukan perawatan ekstra, sehingga kulitnya yang dulu kuning langsat kin jauh lebih putih dan bersih, apa mungkin karna tuntutan pekerjaan membuatnya melakukan itu? Kalian tau sendirikan di Bank itu pegawainya dituntut untuk selalu berpenampilan menarik.

Hakim melangkah mendekati Shanaya yang sudah duduk dimeja makan sambil meminum air-nya.

“Sha, kamu sudah  Shalat kan?” tanya Hakim

Shanaya sejenak menghembuskan nafasnya. Malas menanggapi Hakim namun jika tak ditanggapi lelaki ini akan terus bicara tanpa henti.

“Aku lagi datang bulan Mas” jawab Shanaya berbohong

Kalian taukan Hakim ini bagaimana, kalau soal Shalat dia tak akan segan menegurnya jika lupa melaksanakannya.

“Owh lagi datang bulan ya” ucap Hakim, yang ditanggapi Shanaya hanya dengan anggukan singkat

“Soal semalam Mas minta maaf Sha” lanjutnya lagi

“Sudahlah Mas, ngak perlu dibahas lagi” ucap Shanaya menanggapi ucapan Hakim

“Mas benar-benar ngak sadar Sha”

“Mas semalam ngak bisa ngontrol emosi” Ucap hakim lagi

“Ngak Masalah Mas, asalkan kedepanya Mas ngak usah lagi ngurusin urusan pribadiku” Ucap Shanaya berani, Ditatapnya mata lelaki dihadapanya ini.

Hakim memilih tak menanggapi ucapan Shanaya, tak siap kembali bertengkar dipagi hari. Juga takut tiba-tiba Abi dan Ana terbangun karna keributan yang mereka ciptakan.

Episodes
1 Bab 1 Ditinggal Pergi
2 Bab 2 Mencari Pekerjaan
3 Bab 3 Memulai Hidup Baru
4 Bab 4 Pulang
5 Bab 5 Pertemuan Setelah 4 Tahun
6 Bab 6 Hakim dan Sikembar
7 Bab 7 Situasi Yang Menegangkan
8 Bab 8 Meminta Restu
9 Bab 9 Diskusi Dimalam Hari
10 Bab 10 Pertengkaran Tak Berujung
11 Bab 11 Shanaya dan Ayahnya
12 Bab 12 Drama Perpisahan
13 Bab 13 Kembali dengan Tangan Kosong
14 Bab 14 Kedatangan Hakim
15 Bab 15 Pov Hakim
16 Bab 16 Kemarahan Hakim
17 Bab 17 Hukuman
18 Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari
19 Bab 19 Hakim dan Sikembar dipagi Hari
20 Bab 20 Nasi Goreng dan Telur Dadar
21 Bab 21 Hanya Perihal Bekal Makanan
22 Bab 22 Pov Noval
23 Bab 23 Tangisan Shanaya
24 Bab 24 Noval dan Hakim 1
25 Bab 25 Noval dan Hakim 2
26 Bab 26 Tamu Tak Diundang
27 Bab 27 Ternyata Orang Tua Shanaya
28 Bab 28 Kamar Shanaya
29 Bab 29 Trauma Shanaya
30 Bab 30 Flacback Saat Shanaya Melahirkan
31 Bab 31 Terlambat Bangun
32 Bab 32 Hari Libur Shanaya
33 Bab 33 Berangkat Kerja
34 Bab 34 Pertengkaran Shanaya dengan Ayahnya
35 Bab 35 Shanaya dan Hakim 1
36 Bab 36 Shanaya dan Hakim 2
37 Bab 37 Hasrat Hakim
38 Bab 38 Gagal!!
39 Bab 39 Pukul 03:20
40 Bab 40 Pelukan Hangat Hakim
41 Bab 41 Shalat dan Mengaji
42 Bab 42 Laki-laki Sebaik Hakim?
43 Bab 43 Diperjalanan
44 Bab 44 Refresin
45 Bab 45 Kecelakaan
46 Bab 46 Dilarika Kerumah Sakit
47 Bab 47 Pertolongan Untuk Abi
48 Bab 48 Mendonorkan Darah
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 Ditinggal Pergi
2
Bab 2 Mencari Pekerjaan
3
Bab 3 Memulai Hidup Baru
4
Bab 4 Pulang
5
Bab 5 Pertemuan Setelah 4 Tahun
6
Bab 6 Hakim dan Sikembar
7
Bab 7 Situasi Yang Menegangkan
8
Bab 8 Meminta Restu
9
Bab 9 Diskusi Dimalam Hari
10
Bab 10 Pertengkaran Tak Berujung
11
Bab 11 Shanaya dan Ayahnya
12
Bab 12 Drama Perpisahan
13
Bab 13 Kembali dengan Tangan Kosong
14
Bab 14 Kedatangan Hakim
15
Bab 15 Pov Hakim
16
Bab 16 Kemarahan Hakim
17
Bab 17 Hukuman
18
Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari
19
Bab 19 Hakim dan Sikembar dipagi Hari
20
Bab 20 Nasi Goreng dan Telur Dadar
21
Bab 21 Hanya Perihal Bekal Makanan
22
Bab 22 Pov Noval
23
Bab 23 Tangisan Shanaya
24
Bab 24 Noval dan Hakim 1
25
Bab 25 Noval dan Hakim 2
26
Bab 26 Tamu Tak Diundang
27
Bab 27 Ternyata Orang Tua Shanaya
28
Bab 28 Kamar Shanaya
29
Bab 29 Trauma Shanaya
30
Bab 30 Flacback Saat Shanaya Melahirkan
31
Bab 31 Terlambat Bangun
32
Bab 32 Hari Libur Shanaya
33
Bab 33 Berangkat Kerja
34
Bab 34 Pertengkaran Shanaya dengan Ayahnya
35
Bab 35 Shanaya dan Hakim 1
36
Bab 36 Shanaya dan Hakim 2
37
Bab 37 Hasrat Hakim
38
Bab 38 Gagal!!
39
Bab 39 Pukul 03:20
40
Bab 40 Pelukan Hangat Hakim
41
Bab 41 Shalat dan Mengaji
42
Bab 42 Laki-laki Sebaik Hakim?
43
Bab 43 Diperjalanan
44
Bab 44 Refresin
45
Bab 45 Kecelakaan
46
Bab 46 Dilarika Kerumah Sakit
47
Bab 47 Pertolongan Untuk Abi
48
Bab 48 Mendonorkan Darah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!