Bab 7 Situasi Yang Menegangkan

Masih disituasi yang sama, Shanaya yang melihat suasana menjadi hening, kembali melanjutkan ucapanya

“Shanay mengerti dengan situasi kalian yang masih dalam masa berkabung atas meninggalnya Mbak Anaya dan Anaknya, jika itu yang menjadi masalah biar shanaya yang mengurusnya di pengadilan agam, tinggal berikan buku nikah dan berkas-berkas lainya. shanaya bisa menggambil cuti beberapa hari untuk mengurusnya” Ucap Shanay meyakinkan

“Apa tidak bisa kamu fikirkan lagi nak? Ini tidak hanya menyangkut kamu dan Hakim, tapi juga sikembar”Ucap Pak Imran Ayah dari hakim, matanya mengarah pada putranya yang sedari tadi hanya terdiam, ia mengerti dengan suasana hati putranya itu. Dia merasa kasihan melihat tatapan kosong Hakim sedari tadi.

“Shanaya sudah memikirkan ini baik-baik Pah, bahkan dari empat tahun yang lalu” Ucap Shanaya dengan sangat yakin

“Sha ada baiknya kita bicarakan baik-baik dulu, perceraian itu dilarang agama. Dalam menggambil keputusan harus dengan kepala dingin apalagi ini tidak hanya mengenai kalian tapi juga si kembar”akhirnya Ayahnya yang sedaritadi terdiam mengeluarkan suara.

Apa katanya tadi? dibicarakan baik-baik?? Shanaya seketika tertawa sumbang

“Maaf, apa kata anda barusan dibicarakan baik-baik? Apa yang harus kita bicarakan bukankah semua ini sudah berakhir sejak empat tahun yang lalau, kalian juga dulu mengambil keputusan tanpa memikirkan baik-baik, tidak sadarkan kalian jika apa yang kalian lakukan itu sangat melukaiku!!” ucapnya dengan mata yang memerah berusaha menahan air matanya

“Aku hidup sendiri di tempat orang, ditinggal pergi yang katanya cuman dua hari tapi ternyata ngak balik-balik. Kalau memang dari awal kalian maunya Mbak Anaya yang nikah sama Mas Hakim, kenapa harus libatin aku dulu. Aku juga masih punya cita-cita yang perlu digapai, tapi karna kalian aku harus mengebur semuanya”

“Kalian tidak taukan, bagaimana caraku melewatin ini semua sendirian. kalian harus tauh aku melahirkan anak-anak secara secar karna kandunku yang lemah, kalian tauh karna apa? Karna kurang asupan makanan yang bergizi, bagaiman acaraku untuk memenuhui kebetuhanku jika untuk membeli susupun aku harus berfikir dua kali, bagaimana caranya jika uang yang dia tinggalkan hanya untuk membayar tagihan listrik dan air!!!” ucapnya sambil menunjuk Hakim yang hanya bisa menagis tersedu-sedu. Dasar cengengg!

“Sha maafkan kami nak, Mama janji setelah ini kamu ngak akan merasa kesulitan lagi” ucap mama mertuanya yang langsung memelukanya dan menagis

Shanaya yang sedari tadi menahan tangisnya seketika runtuh juga. dia menangis tersedu-sedu, mengapa untuk lepas dari merekapun, dia harus melewati berbagai tantangan. Tak bisakah mereka membiarkan bahagia walau hanya sebentar!

****

Sudah beranjak sore, namun belum ada jalan keluar yang ditemukan oleh kedua belah pihak. Shanaya mengakhiri pembicaraan ini, karna dirasa sia-sia dan hanya membuang tenaga. Sunggu dia muak melihat Bunda dan mama mertuanya yang sedari tadi hanya bisa menangis. sedangkan ayah dan papa mertuanya tidak bisa memberikan solusi yang berguna. dan lihatlah lelaki cengeng di ujung sana, entah apa gunanya mulut yang dulu selalu mengucapkan kata-kata manis itu, apakah sekarang dia menjadi bisu?

“Baiklah jika kita tidak menemukan solusinya, kita akhiri saja pembicaraan kita"

"Saya tidak mau tauh, urus perceraian kita, secepatnya!” ucap shanaya

“saya tunggu surat panggilan dari pengadilan agama, Alamat saya masih yang dulu. Jika tidak! jangan harap kalian bisa bertemu dengan si kembar” lanjut Shanaya dengan nada mengancam

Shanaya yang melihat Abi berlari kearahnya, langsung memanggilnya.

“Kakak tolong panggil adeknya, kita akan segera pulang” Ucap shanaya, Abi tanpa merespon langsung berlari kesamping rumah mencari adiknya

“Sha Kamu nginep aja dulu, tunggu sampai pengajian kakak kamu selesai. Kamu sudah jauh-jauh keksini, besok bunda sama ayah antar kemakam kakakmu” Ucap bundanya mencoba menahan anaknya

“Aku ngak bisa ninggalin kerjaanku Bun, kalau aku ngak kerja anak-anak mau makan apa?” jawab shanaya yang seketika menyayat hati Bundanya, susuah itukah kehidupan mereka disana?

“Lagian untuk apa aku lama-lama disini jika hal yang kunginkan tidak bisa kudapatkan” lanjut shanaya sarkas. Namun, tidak ada yang menanggapi.

“Ayah rasa tidak ada jadwal penerbangan di malam hari, lalu kalian akan menginap dimana?” tanya Ayahnya mencoba mengalihkan pembicaraan

“Kebetulan saya sudah pesan kamar di hotel Om” jawab Noval mewakili. seketika membuat perhatian semua orang tertuju ke arahnya

Noval yang menyadari ada yang salah dengan perkataanya langsung menimpali

“Dua kamar kok Om. untuk saya, dan Naya sama anak-anak” lanjut Noval menghindari kesalapahaman

“Untuk apa kalian menyewa hotel, kalian menginap saja ya nak. Kami masih sangat merindukan sikembar. apalagi kamu, Kita sudah tidak bertemu empat tahun” Ucap ibu mertuanya. sungguh drama sekali orang-orang ini

Belum sempat Shanaya menjawab, Abi dan Ana sudah datang sambil berlari

“Abi sama Ana pasit masih mau disini kan? Kalian masih mau bermain bersama sepupu kaliankan? Nanti nenek belikan mainan!” lanjut ibu mertuanya mencoba mempengaruhi kedua cucunya itu

“Beneran Nek? Ana mau Boneka Berbie ya!!” jawab Ana bersemagat

“Beneran dong, apa sih yang enggak buat cucu kesayagan nenek” ucapnya

Shanaya yang mendengarnya hanya bisa mendengus tak suka, dasar anak-anaknya itu disogok sedikit saja pasti langsung luluh, andai disogok lahan 5 hektar dia pasti akan dengan senang hati menginap disini. bayangkan saja berapa ratus juta hasilnya jika dijual, huhh dasar Shanaya mata duitan!!

Episodes
1 Bab 1 Ditinggal Pergi
2 Bab 2 Mencari Pekerjaan
3 Bab 3 Memulai Hidup Baru
4 Bab 4 Pulang
5 Bab 5 Pertemuan Setelah 4 Tahun
6 Bab 6 Hakim dan Sikembar
7 Bab 7 Situasi Yang Menegangkan
8 Bab 8 Meminta Restu
9 Bab 9 Diskusi Dimalam Hari
10 Bab 10 Pertengkaran Tak Berujung
11 Bab 11 Shanaya dan Ayahnya
12 Bab 12 Drama Perpisahan
13 Bab 13 Kembali dengan Tangan Kosong
14 Bab 14 Kedatangan Hakim
15 Bab 15 Pov Hakim
16 Bab 16 Kemarahan Hakim
17 Bab 17 Hukuman
18 Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari
19 Bab 19 Hakim dan Sikembar dipagi Hari
20 Bab 20 Nasi Goreng dan Telur Dadar
21 Bab 21 Hanya Perihal Bekal Makanan
22 Bab 22 Pov Noval
23 Bab 23 Tangisan Shanaya
24 Bab 24 Noval dan Hakim 1
25 Bab 25 Noval dan Hakim 2
26 Bab 26 Tamu Tak Diundang
27 Bab 27 Ternyata Orang Tua Shanaya
28 Bab 28 Kamar Shanaya
29 Bab 29 Trauma Shanaya
30 Bab 30 Flacback Saat Shanaya Melahirkan
31 Bab 31 Terlambat Bangun
32 Bab 32 Hari Libur Shanaya
33 Bab 33 Berangkat Kerja
34 Bab 34 Pertengkaran Shanaya dengan Ayahnya
35 Bab 35 Shanaya dan Hakim 1
36 Bab 36 Shanaya dan Hakim 2
37 Bab 37 Hasrat Hakim
38 Bab 38 Gagal!!
39 Bab 39 Pukul 03:20
40 Bab 40 Pelukan Hangat Hakim
41 Bab 41 Shalat dan Mengaji
42 Bab 42 Laki-laki Sebaik Hakim?
43 Bab 43 Diperjalanan
44 Bab 44 Refresin
45 Bab 45 Kecelakaan
46 Bab 46 Dilarika Kerumah Sakit
47 Bab 47 Pertolongan Untuk Abi
48 Bab 48 Mendonorkan Darah
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 Ditinggal Pergi
2
Bab 2 Mencari Pekerjaan
3
Bab 3 Memulai Hidup Baru
4
Bab 4 Pulang
5
Bab 5 Pertemuan Setelah 4 Tahun
6
Bab 6 Hakim dan Sikembar
7
Bab 7 Situasi Yang Menegangkan
8
Bab 8 Meminta Restu
9
Bab 9 Diskusi Dimalam Hari
10
Bab 10 Pertengkaran Tak Berujung
11
Bab 11 Shanaya dan Ayahnya
12
Bab 12 Drama Perpisahan
13
Bab 13 Kembali dengan Tangan Kosong
14
Bab 14 Kedatangan Hakim
15
Bab 15 Pov Hakim
16
Bab 16 Kemarahan Hakim
17
Bab 17 Hukuman
18
Bab 18 Shanaya dan Hakim Dipagi Hari
19
Bab 19 Hakim dan Sikembar dipagi Hari
20
Bab 20 Nasi Goreng dan Telur Dadar
21
Bab 21 Hanya Perihal Bekal Makanan
22
Bab 22 Pov Noval
23
Bab 23 Tangisan Shanaya
24
Bab 24 Noval dan Hakim 1
25
Bab 25 Noval dan Hakim 2
26
Bab 26 Tamu Tak Diundang
27
Bab 27 Ternyata Orang Tua Shanaya
28
Bab 28 Kamar Shanaya
29
Bab 29 Trauma Shanaya
30
Bab 30 Flacback Saat Shanaya Melahirkan
31
Bab 31 Terlambat Bangun
32
Bab 32 Hari Libur Shanaya
33
Bab 33 Berangkat Kerja
34
Bab 34 Pertengkaran Shanaya dengan Ayahnya
35
Bab 35 Shanaya dan Hakim 1
36
Bab 36 Shanaya dan Hakim 2
37
Bab 37 Hasrat Hakim
38
Bab 38 Gagal!!
39
Bab 39 Pukul 03:20
40
Bab 40 Pelukan Hangat Hakim
41
Bab 41 Shalat dan Mengaji
42
Bab 42 Laki-laki Sebaik Hakim?
43
Bab 43 Diperjalanan
44
Bab 44 Refresin
45
Bab 45 Kecelakaan
46
Bab 46 Dilarika Kerumah Sakit
47
Bab 47 Pertolongan Untuk Abi
48
Bab 48 Mendonorkan Darah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!