Sebagai ucapan terima kasih, Nayya berniat membuatkan sup untuk Bara. Ia juga langsung turun tangan, meskipun banyak pelayan yang mencoba mencegah karena tidak ingin sang nyonya melakukan pekerjaan dapur seperti mereka.
"Sebaiknya anda menyerahkan tugas itu pada kami, Nyonya."
"Tidak, Bi. Nayya ingin melakukannya sendiri, Nayya janji tidak akan terluka aatau bahkan membuat kak Bara marah ada Bibi."
Perlu diketahui, Nayya sangat keras kepala. Ia akan melakukan apa yang diingikannya meskipun banyak yang menentang, kecuali bersama Bara. Nayya tidak berani pada pria itu.
"Tapi, Nyonya. Ini pekerjaan kami, anda tidak boleh melakukannya, bagaimana jika anda memberikan kami resepnya dan kami akan melakukannya dengan sempurna sesuai keinginan anda."
"Bibi tenang saja, ada Kak Sara yang akan membantu Nayya. Jadi sekarang, Bibi harus melakukan pekerjaan Bibi dan biarkan Nayya melakukan pekerjaan Nayya."
Melihat jika sang nyonya tidak bisa di bujuk, maka para pelayan hanya bisa menuruti permintaanya. Mereka berjanji akan mengawasi pekerjaan Nayya dan memberikan bantuan ketika nyonya muda mereka memerlukannya.
"Apa yang ingin anda buat, Nyonya?"
"Jangan panggil nyonya, panggil Nayya tanpa ada kata nyonya."
Sara tersenyum, ia sudah sering kali mendengar perkataan Nayya yang ingin di panggil nama ketika tidak ada Bara di dekat mereka. Hal tersebut karena Nayya merasa tidak nyaman jika di panggil nyonya oleh wanita yang lebih tua darinya.
"Baiklah, apa yang ingin kau lakukan?"
"Nayya ingin membuatkan makan malam sederhana untuk kak Bara. Karena bibi mengatakan jika kakak tidak suka dengan makanan yang terlalu berminyak dan banyak mengandung sayuran, maka Nayya ingin memasakan sup ayam untuk kak Bara."
"Baiklah, ayo kita lakukan sekerang. Jika terus menunda, tuan akan tiba sebelum supnya selesai."
"Oke."
Keduanya langsung memulai pekerjaan mereka, terlihat sangat kompak layaknya kakak dan adik. Membuat Nayya merasa sangat senang karena Sara bisa menjadi kakak perempuan yang baik untuknya.
Para pelayan yang melihat aktivitas keduanya tidak ada satu pun dari mereka yang mengganggu, semuanya berkerja sesuai keahlian masing-masing.
Tepat pada pukul 6 sore. Bara sudah tiba di rumah, Nayya yang telah mandi menyambut sang suami dengan senyum cerah, membuat Bara merasa aneh tapi tidak berusaha menolak apa yang wanita itu lakukan karena ingin tahu sampai mana ucapan terima kasihnya.
Jangan ditanya dari mana Bara tahu. Albert memang sengaja melaporkan aktivitas sang nyonya hari ini pada tuan mudanya, bahkan laporan tersebut membuat Bara penasaran dengan rasa masakan yang dibuat Nayya.
"Ada apa dengan mu?" Bara sedikit terganggu akibat senyum Nayya yang terlalu cerah.
"Tidak apa-apa, Nayya hanya ingin menunggu Kakak makan malam bersama."
"Bukankah biasanya kita makan malam bersama, tapi mengapa hari ini sepertinya wajah mu sangat cerah."
Nayya menjadi malu, ia tidak menduga jika pria sedingin Bara bisa mengatakan hal semacam itu setelah tadi malam mereka bertengkar. Yang ada di fikiran Nayya, suaminya akan memasang wajah kesal ketika melihatnya. Bukan seperti saat ini yang, bercanda dengannya meskipun dengan wajah datarnya.
"Apakah salah jika Nayya menunggu suami Nayya? Meskipun Nayya tahu kita tidak akan selamanya bersama. Tapi Nayya ingin melakukan tugas Nayya hingga waktu yang sudah kita putuskan."
Sedih memang, pernikahan itu akan segera berakhir setelah waktu yang ditentukan oleh Bara. Nayya akan pergi jauh, melupakan kisah sesaatnya yang menikah dengan pria tampan namun dingin seperti Bara.
"Aku bisa mengurus diri ku sendiri."
"Nayya tahu, tapi biarkan Nayya melakukan apa yang ingin Nayya lakukan hingga tahun depan. Nayya janji tidak akan meminta hal lebih dari Kakak."
Entah apa yang sedang Nayya lakukan, ia bahkan tidak tahu mengapa dirinya berani mengatakan hal yang sangat aneh layaknya seorang istri yang sedang mengemis perhatian pada suaminya. Yah, meskipun mereka sudah resmi menikah, tapi tetap saja. Hubungan mereka tidak berubah, dan sekarang. Nayya tiba-tiba ingin mengubah hubungan tersebut.
"Kau tidak akan tahan dengan keputusan mu."
"Nayya tetap akan mencobanya, Kak. Setidaknya, jika pun nanti kita berpisah, Nayya sudah pernah merasakan bagaimana hidup bersama suami Nayya meskipun itu hanya sebentar."
Tiba-tiba saja, Bara merasa tidak enak pada Nayya. Menikah dengannya bukan membuat wanita itu bahagia, malah membuatnya menjadi janda di usia muda setelah satu tahun pernikahan mereka. Bukankah itu saja membuat Nayya hidup menderita.
"Aku akan mandi, kau tunggu saja di meja makan."
"Baik, Kak."
Bara dengan cepat naik, ia sengaja memutuskan pembicaraan mereka karena tidak ingin mendengar penderitaan Nayya setelah bercerai darinya.
Selesai mandi, Bara akhirnya turun lalu mengajak Nayya makan malam bersama. Wanita itu juga langsung membuatkan semangkuk sup di hadapan Bara, ingin mendengar penilaian suaminya tentang masakannya.
"Mengapa ada sup di hadapan ku?"
"Itu Nayya yang memasakahnya, tapi Kakak tidak boleh marah pada bibi. Nayya yang sengaja melakukannya."
"Dalam rangka apa kau melakukannya untuk ku?" tanya Bara yang masih berpura-pura tidak tahu.
"Dalam rangka mengucapkan terima kasih atas hadiah yang Kakak berikan pada Nayya."
"Hadiah?"
"Ya, alat lukis yang Kakak berikan adalah hadiah terbaik yang pernah Nayya dapatkan. Terima kasih, Kak, Nayya suka."
Jika kau ingin melihat seperti apa sifat wanita, entah itu ingin tahu dia tulus atau matrealistis. Cukup lakukan satu cara, berikan dia sebuah hadiah sederhana, jika ia mengucapkan dengan sangat bahagia maka dia tulus dengan mu. Dan sekarang, Bara bisa melihat bahwa Nayya wanita yang tulus sekaligus sederhana. Tidak butuh barang mahal untuk membuatnya bahagia.
"Baiklah, sekarang mari kita makan." Sejujurnya, Bara sudah sangat penasaran dengan rasa sup buatan Nayya sehingga menghentikan pembicaraan mereka.
Dalam sekali telan, Bara langsung jatuh cinta dengan masakah Nayya. Rasanya yang sangat baru di bibirnya, tapi sangat enak. Jauh berbeda dengan rasa masakan para pelayannya.
Berusaha untuk menjadi wanita yang memiliki etika dan tata krama. Nayya tidak mencoba bertanya bagaimana rasanya, lagi pula. Melihat sang suami yang selalu menyendok sup tersebut hingga habis, sudah membuatnya paham dan puas tentang rasa makanan tersebut.
Sepertinya, malam ini. Nayya bisa tidur lebih nyenyak, sang suami menyukai masakannya dan dia juga telah mendapatkan alat lukis sebagai pengisi kebosanan ketika semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Yesi Triyanto
aku dag bc brpa bab novl ini kaya nya ada brp crt unsur agma bahkn bicara tentang syariat sgla macam. tp pernikhn itu sndri gak berjln sesuai acara agama yg lagi disbut rasanya aneh aja. mkanya aku paling malas bc nvl bw2 agama mending cerita nya sesuai bikin aku bertnya2 aja
2022-09-05
1
amalia gati subagio
hm...keras kepala, pasrah dizalimi....carakter ambigu 😈 apalah N tanpamu thor 😜 semangat 💪💪💪💪
2021-08-12
0
Raisya Almira
jadilah wanita yg tegar,tegas, mandiri dan sukses Nayya...tunjukan pada mereka yg sudah mendzolimimu bahwa kau mampu..💪💪
2021-05-07
0