Pagi yang indah, untuk kesekian kalinya. Nayya bangun dengan perasaan yang nyaman, ranjang yang sudah seperti obat untuknya, membuat kantuk segera hadir tepat setelah ia meletakan tubuhnya. Tapi berbeda dengan Bara yang selalu tidur di ruang kerja, bukan sengaja. Namun, ia memang tidak bisa banyak tidur akibat insomnianya.
Selesai mandi, Nayya turun ke lantai bawah untuk sarapan. Ia yang berfikir jika suaminya telah menunggu menjadi sedih karena tidak menemukannya di sana.
"Dimana kak Bara?"
"Sepertinya tuan masih tertidur di runag kerja, Nyoya."
"Apakah kakak sering melakukan hal seperti itu?"
"Ya, Nyonya. Tapi anda tidak perlu cemas dan saran saya, jangan ganggu tuan saat ia sedang tertidur."
Nayya mengangguk paham, mengingat seperti apa kemarahan Bara membuat Nayya tidak berani mengganggu pria tersebut. Ia juga memilih memakan makan ringan sambil menunggu sang suami, tidak ingin mendahuluani suaminya adalah niat Nayya.
Saat sedang asik makan, ia dikejutkan dengan suara Bara. Pria itu tampak baru saja mandi, wajahnya terlihat lelah karena banyak pekerjaan yang harus di siapkan, di tambah lagi ia tidak bisa sering datang ke kantor membuat semua pekerjaan menumpuk.
"Mengapa kau belum sarapan?"
"Nayya menunggu Kakak."
"Seharusnya kau tidak perlu melakukan hal seperti itu, sekarang ayo kita sarapan. Setelah ini, kau bisa melanjutkan melukis mu, jika ada sesuatu yang kau butuhkan, kau boleh datang ke ruaNg kerja."
"Pekerjaan Kakak belum selesai?"
"Belum, ayo sekarang kita sarapan."
Keduanya memulai sarapan, Sara seperti biasa melayani Nayya sedangkan Bara sudah ada pelayan yang membantunya. Sarapan pagi ini terasa sangat berbeda, ada sesuatu yang berubah dari diri Bara. Pria itu yang biasanya makan dalam waktu yang cepat kini mengikuti cara makan Nayya, ia juga tidak langsung pergi setelah selesai sarapan tidak seperti biasanya ketika ia sibuk bekeja dan sebelum kejadian semalam terjadi.
Selesai sarapan, Bara meninggalkan Nayya yang di ruang tamu. Ia harus menyelesaikan pekerjaanya, di tambah lagi perusahaan baru yang ia dapatkan dari hasil menghancurkan milik orang lain. Bara benar-benar sangat sibuk.
Pukul 10 siang, Nayya yang merasa sangat bosan tiba-tiba berjalan menuju ruang kerja suaminya. Niatnya ingin mengintip apa yang sedang pria itu lakukan, tapi nyatanya. Ia langsung ketahuan, mungkin karena Bara yang terlalu was-was sehingga kehadiran sang istri diketahui olehnya.
"Mengapa kau berdiri di sana seperti seorang pencuri?"
Karena sudah tertangkap basah, Nayya membuka pintu lalu tersenyum malu di sana. Ia hanya penasaran dengan pekerjaan Bara, juga merasa tidak enak jika membiarkan suaminya bekerja sendirian. Tapi sayangnya, ia tidak terlalu mengetahui tentang dunia bisnis sehingga tidak bisa banyak membantu.
"Masuklah jika kau ingin melihat."
"Apakah Kakak tidak akan merasa terganggu?"
"Tidak, tapi kau harus berjanji untuk tidak menangis atau membuat keributan." Bara hanya sedang ingin bercanda, entah mengapa lelahnya sedikit berkurang setelah melihat kehadiran Nayya.
"Nayya tidak secengeng itu, Kak."
"Apakah kau yakin?"
"Tidak bisakah Kakak berpura-pura percaya jika Nayya tidak cengeng."
Bara tertawa, ia benar-benar terhibur dengan kehadiran Nayya, Di tambah dengan wajah pura-pura marahnya, sangat menggemaskan. Eh, tiba-tiba saja Bara merasa ada yang aneh dengan dirinya setelah mengatakan Nayya menggemaskan.
"Baiklah, kau tidak cengeng. Kau wanita kuat yang tidak mudah menangis."
"Bisakah kata-kata cengeng dan tidak muda menangis di ucapkan hanya dalam satu kali. Nayya merasa bahwa hal itu adalah kebalikannya."
"Ternyata, selain cengeng kau juga banyak maunya."
Nayya tersenyum malu lalu masuk kedalam ruangan, di dalamya. Ada banyak buku dan hal tersebut membuat Nayya pusing, ia tidak menduga jika suaminya suka membaca banyak buku.
"Apa Kakak butuh bantuan?"
"Memangnya kau bisa melakukan apa?"
"Mungkin Nayya tidak bisa membantu dalam pekerjaan, tapi Nayya bisa membantu Kakak rileks. Misalnya memberikan pijitan gratis di pundah, Nayya yakin jika sekarang pundak Kakak sedang lelah."
Bekerja sejak tadi malam, di tambah insomnia yang ia derita. Membuat Bara sangat kelelahan dan memutuhkan sebuah pijatan, tampaknya. Tawaran pijat gratis dari Nayya cukup menggiurkan.
"Tapi aku sedang sakit kepala dan pundak ku juga tengah lelah."
"Nayya akan melakukan keduanya, Nayya menjamin Kakak pasti menikmatinya."
"Baiklah, tapi jika tidak berhasil kau harus meminta maaf pada semua tukang pijat seluruh dunia karena gagal menepati janji serta mempermalukan mereka.
"Siap, Bos."
Dengan senang hati, Bara pindah ke sofa lalu membiarkan Nayya duduk di belakangnya. Ini kesekian kalinya mereka duduk dalam jarak yang dekat. Bahkan sekarang, Nayya boleh menyentuh kepala dan pundak suaminya.
Setelah beberapa menit memijat, Nayya mengajutkan pertanyaan. Dan Bara merasa bahwa pijatan tersebut sangat menenangkan.
"Apakah enak, Kak?"
"Ya, dari mana kau belajar memijat?"
"Dari bunda, lagi pula. Nayya sering kelelahan akibat perjalanan ke sekolah yang sangat jauh, di tambah Nayya juga sering berrgadang di malam hati membuat kepala Nayya sakit. Untungnya ada bunda yang membantu Nayya."
Bara merasa sekit bersalah, ia seharusnya tidak bertanya tapi untungnya sang istri tidak terdengar sedih. Bahkan ia tidak menceritakan banyak hal mengenai keluarga Cannor.
"Apakah kau rindu padanya?"
"Jika ditanya rindu, sudah pasti Nayya sangat rindu, Nayya juga memiliki keinginan jika suatu saat nanti Nayya memiliki banyak uang."
"Apa itu?"
"Nayya ingin memberikan makam yang baik untuk bunda."
Hal itu sudah Nayya tanamkan dalam dirinya, saat nanti ia sudah memiliki banyak uang. Yang pertama kali akan ia lakukan adalah memindahkan makan sang ibunda ke tempat yang layak, tidak perlu membangun hingga tahap mewah. Cukup daerah yang selayaknya sudah membuat Nayya bahagia.
"Bagaimana jika besok kita berziarah? Aku juga belum sempat meminta doa restu pada bunda."
Sesaat, pijatan tersebut terhenti. Tidak pernah Nayya pikirkan jika suatu hari nanti ia akan melakukan ziarah ke makam sang bunda bersama suaminya, yah. Meskipun mereka akan bercerai setelah 1 tahun pernikahan. Tapi tetap saja, Nayya merasa hal tersebut mengharukan.
"Apa Kakak yakin?"
"Ya, kau tidak keberatan kan?"
"Tidak, Nayya bahkan senang. Pasti bunda bahagia melihat Nayya datang bersama Kakak."
Bara tersenyum, hanya Tuhan yang tahu senyum apa itu. Tapi yang pasti, ia bertekad akan memindahkan makan ibu mertuanya ke tempat yang layak sesuai keinginan istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
huaaa😭😭
cerita nya bikin mewek Mulu😭😭
2021-01-07
1
Anni sale Anni
semoga selalu bhagia
2021-01-01
1
runma
😍😍😍😍😍semoga selalu bhagia naya
2020-12-23
3