Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B

Pertandingan dimulai dengan intensitas tinggi. Kelas 1-D berhadapan dengan kelas 1-B, yang dikenal sebagai tim dengan kerja sama dan strategi yang luar biasa. Viana memimpin tim dengan elemen Air dan Petirnya, sementara Erica memanfaatkan sihir Es untuk bertahan. Licia menggunakan elemen Angin untuk meningkatkan kecepatan tim, Markus melindungi garis depan dengan pedang berapi, dan Selena bertindak sebagai pendukung sekaligus perencana strategi di belakang.

Sejak awal, kelas 1-B mendominasi. Mereka menyerang dengan formasi yang rapi dan tekanan bertubi-tubi. Pemimpin mereka, seorang siswa dengan elemen tanah, menciptakan tembok dan jebakan untuk menghambat pergerakan 1-D. Anggota lainnya memanfaatkan elemen angin dan api untuk menyerang dari berbagai arah, memaksa 1-D terus bertahan.

Markus terpaksa mundur akibat serangan beruntun yang menghancurkan pertahanannya. "Kita tidak bisa bertahan lama seperti ini!" gumamnya dengan nada frustrasi.

Viana mencoba membalikkan keadaan dengan kombinasi elemen air dan petir, menciptakan gelombang listrik yang merambat di medan basah. Namun, lawan dengan cepat mengantisipasi serangan itu, menggunakan angin untuk mengeringkan medan dan menetralkan efek serangan Viana.

Licia mencoba menyerang dari jarak jauh dengan manipulasi angin, tetapi salah satu anggota kelas 1-B, seorang pengguna elemen api dengan roh kontrak burung api kecil, berhasil membakar serangan anginnya sebelum mencapai target. Erica yang berada di garis pertahanan mulai kewalahan menghadapi serangan beruntun.

"Ini buruk," gumam Selena, terus merapal mantra pelindung untuk menjaga tim tetap utuh.

Kelas 1-D terpojok. Tim lawan memanfaatkan koordinasi mereka yang sempurna untuk menyerang tanpa memberi ruang bagi kelas 1-D untuk balas menyerang. Viana mengerutkan dahi, memikirkan strategi untuk keluar dari situasi sulit ini.

"Kita harus mengubah pola serangan," ujar Viana akhirnya. "Licia-sama, buat badai kecil menggunakan anginmu untuk mengalihkan perhatian mereka. Erica-sama, siapkan jebakan es di belakang badai itu. Markus-san, serang mereka dari sisi kanan saat mereka kehilangan keseimbangan!"

Licia mengangguk dan segera mengendalikan angin untuk menciptakan badai kecil yang menyulitkan pandangan tim lawan. Erica memanfaatkan kesempatan itu untuk membentuk duri-duri es di tanah tempat lawan diprediksi akan bergerak. Markus, dengan semangat yang baru, menyerang dari sisi kanan, memanfaatkan kebingungan lawan akibat badai angin.

Ketika salah satu anggota kelas 1-B melangkah mundur untuk menghindari serangan Markus, dia terjebak dalam duri-duri es Erica dan kehilangan keseimbangan. Viana mengambil kesempatan itu untuk menyerang dengan petir, melumpuhkan satu anggota tim lawan.

"Bagus, teruskan!" seru Selena, yang kini mulai meluncurkan mantra ofensif untuk memperkuat serangan tim.

Pertandingan menjadi lebih seimbang. Kelas 1-D mulai menunjukkan kerja sama yang solid, memanfaatkan setiap kesalahan kecil dari tim lawan untuk membalikkan keadaan. Penonton bersorak riuh, terpesona oleh aksi intens dari kedua tim yang saling unjuk kemampuan.

Meski awalnya terpojok, kelas 1-D berhasil bangkit dan perlahan menguasai pertandingan. Namun, tim 1-B belum menyerah, memperlihatkan tekad yang sama kuatnya. Pertandingan berlanjut dengan serangan-serangan hebat dari kedua belah pihak, membuat arena semakin memanas dengan sorak-sorai penonton yang tak henti-hentinya.

Pertandingan terus berlangsung dengan ketegangan yang semakin memuncak. Kelas 1-B tidak tinggal diam setelah kehilangan salah satu anggotanya. Pemimpin tim mereka, seorang pengguna elemen tanah bernama Gerald, memanfaatkan sisa kekuatan timnya untuk meluncurkan serangan balasan.

"Jangan biarkan mereka mengambil alih! Fokus pada Markus dan Viana!" teriak Gerald, membangkitkan semangat timnya.

Gerald menancapkan tangannya ke tanah, menciptakan memanggil roh kontraknya golem batu besar yang menyerang garis pertahanan kelas 1-D. Golem itu bergerak maju dengan kekuatan luar biasa, memaksa Markus dan Erica bekerja sama untuk menghadapinya.

"Erica-sama, aku butuh perlindungan di sisi kiri!" seru Markus sambil menahan pukulan golem dengan pedang apinya.

"Aku tahu!" Erica langsung menciptakan dinding es untuk membatasi gerakan golem tersebut.

Sementara itu, Licia mencoba menahan dua anggota kelas 1-B yang menyerangnya dari kejauhan dengan serangan angin mereka. Dengan cepat, dia menggunakan kemampuan manuvernya untuk menghindar dan membalas serangan dengan angin tajam. Namun, salah satu serangan mereka hampir mengenainya, jika bukan karena Selena yang memblokir serangan itu dengan penghalang sihir.

"Fokus, Licia-sama! Kita tidak boleh kalah di sini!" ucap Selena tegas, menambahkan mantra pendukung untuk memperkuat kemampuan tim.

Di sisi lain, Viana maju ke garis depan, langsung menghadapi Gerald. Dengan elemen petirnya, ia menyerang tanpa henti, tetapi Gerald melindungi dirinya dengan tembok tanah yang kokoh.

"Percuma, elemen tanahku jauh lebih kuat dari sihir petirmu!" ejek Gerald dengan percaya diri.

Viana tersenyum tipis. "Kau pikir begitu?"

Tiba-tiba, Viana mengubah taktiknya, menciptakan semburan air deras untuk melembabkan tanah di sekitar Gerald. Kemudian, ia mengarahkan aliran listrik ke tanah yang basah, menciptakan sengatan besar yang menghantam Gerald dan membuatnya kehilangan kendali atas sihirnya.

"Apa!?" Gerald tersentak, sementara tembok pelindungnya runtuh.

"Markus-san, sekarang!" teriak Viana.

Markus, yang akhirnya berhasil menghancurkan golem batu, melompat maju dan mengayunkan pedangnya ke arah Gerald. Gerald menghindar di detik terakhir, tetapi itu cukup untuk membuatnya kehilangan fokus dan membuka peluang bagi tim 1-D.

Sisa anggota kelas 1-B mencoba memberikan dukungan kepada Gerald, tetapi Licia dan Erica dengan cepat menahan mereka. Angin Licia menciptakan tekanan udara yang membuat lawan sulit bergerak, sementara Erica membekukan tanah di bawah mereka, membuat langkah mereka tergelincir.

Dengan koordinasi yang sempurna, Selena mengaktifkan mantra terakhirnya, menciptakan gelombang energi yang menetralkan semua serangan tim lawan.

"Kita akhiri ini!" Viana melompat maju dengan sihir petir yang menyelimuti tubuhnya, meluncurkan serangan terakhir ke arah Gerald. Petir itu menghantam dengan presisi, menjatuhkan Gerald dan menyegel kemenangan kelas 1-D.

Suasana di arena langsung pecah dengan sorak-sorai dari para penonton. Pertandingan yang berlangsung dengan intensitas tinggi akhirnya dimenangkan oleh kelas 1-D.

Viana berdiri di tengah lapangan, terengah-engah tetapi dengan senyum kemenangan di wajahnya. Ia menoleh ke arah timnya, yang juga tampak lelah tetapi puas dengan hasil yang mereka raih.

"Kita melakukannya," ujar Viana dengan suara pelan tetapi penuh rasa bangga.

Markus, Erica, Licia, dan Selena saling menatap dan mengangguk. Mereka tahu kemenangan ini adalah hasil kerja sama dan usaha keras mereka selama latihan.

Kelas 1-D resmi dinyatakan sebagai pemenang. Instruktur Edward, yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun, tersenyum tipis. "Mereka punya potensi besar," gumamnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di bawah rindangnya pohon besar di taman akademi, Ferisu meregangkan tubuhnya yang tampak santai. Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan angin sepoi-sepoi mengusap wajahnya. Suasana tenang di taman itu sangat kontras dengan gemuruh sorak-sorai di arena yang masih terdengar samar.

"Hanya pertarungan anak-anak," gumam Ferisu cukup pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki ringan terdengar mendekat. Erica muncul dari balik pepohonan dengan wajah yang sulit dibaca. Ia berdiri beberapa langkah di depan Ferisu, tangan terlipat di dada.

"Jadi, kau bahkan tidak tertarik menonton kemenangan tim kita sampai selesai?" ucap Erica dingin, nadanya penuh sindiran.

Ferisu membuka matanya perlahan dan melirik Erica dengan ekspresi malas. "Untuk apa? Hasilnya sudah bisa kutebak. Tidak ada yang mengejutkan."

Erica menghela napas, lalu duduk di atas bangku batu yang tidak jauh dari Ferisu. Ia menatapnya, matanya tampak berkilat marah, tetapi ia menahan diri untuk tidak meledak.

"Kau selalu seperti ini, Ferisu. Kenapa kau begitu malas? Apa kau benar-benar tidak peduli dengan semua ini?"

Ferisu tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap langit yang biru cerah di atas mereka. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berbicara, suaranya tenang tetapi sarat makna.

"Erica, apa menurutmu kemenangan itu segalanya?" tanyanya tanpa menoleh.

Erica tertegun. Pertanyaan itu, meskipun sederhana, membuatnya terdiam. "Tentu saja penting. Jika kita tidak berjuang untuk menang, apa gunanya kita berada di sini?"

Ferisu tertawa kecil, tetapi bukan dengan nada mengejek. Ia duduk lebih tegak dan menatap Erica. "Berjuang memang penting, tapi jika hanya untuk membuktikan sesuatu pada orang lain, bukankah itu melelahkan?"

Erica terdiam, tak tahu harus membalas apa. Kata-kata Ferisu itu entah kenapa terasa menusuk, seolah menyentuh sesuatu dalam dirinya yang selama ini ia abaikan.

"Sudahlah," lanjut Ferisu sambil berdiri. "Kalian sudah menang, itu yang terpenting, kan? Selamat."

Ia melangkah pergi dengan santai, meninggalkan Erica yang masih duduk dengan pikiran yang bercampur aduk.

Erica menatap punggung Ferisu yang menjauh, matanya memancarkan rasa penasaran yang lebih dalam.

Kenapa dia selalu berbicara seperti itu? Apa yang sebenarnya ia pikirkan? tanyanya dalam hati.

Hari itu, di bawah pohon di taman akademi, Ferisu kembali meninggalkan jejak misteri dalam pikiran salah satu orang terdekatnya.

Episodes
1 Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2 Chapter 2 : Upacara Kontrak
3 Chapter 3 : Menyelinap
4 Chapter 4 : Pertunangan
5 Chapter 5 : Ramalan
6 Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7 Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8 Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9 Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10 Chapter 10 : Dua Bunga
11 Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12 Chapter 12 : Kecurigaan
13 Chapter 13 : Galau
14 Chapter 14 : Akademi Astralis
15 Chapter 15 : Hari Pertama
16 Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17 Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18 Chapter 18 : Acara Bulanan
19 Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20 Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21 Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22 Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23 Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24 Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25 Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26 Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27 Chapter 27 : Praktik Dungeon
28 Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29 Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30 Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31 Chapter 31 : Manticore
32 Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33 Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34 Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35 Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36 Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37 Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38 Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39 Chapter 39 : Kencan
40 Chapter 40 : Kencan #2
41 Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42 Chapter 42 : Senjata Roh
43 Chapter 43 : Membolos
44 Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45 Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46 Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47 Chapter 47 : Pengusiran!?
48 Chapter 48 : Latihan
49 Chapter 49 : Mimpi Buruk
50 Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51 Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52 Chapter 52 : Hari Festival
53 Chapter 53 : Kekacauan
54 Chapter 54 : Mengamuk
55 Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56 Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57 Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58 Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59 Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60 Side Story Eliza : Istana
61 Side Story Eliza : Berbakat!
62 Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63 Side Story Eliza : Menyelinap
64 Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65 Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66 Season 2 : Prolog
67 [Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2
Chapter 2 : Upacara Kontrak
3
Chapter 3 : Menyelinap
4
Chapter 4 : Pertunangan
5
Chapter 5 : Ramalan
6
Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7
Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8
Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9
Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10
Chapter 10 : Dua Bunga
11
Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12
Chapter 12 : Kecurigaan
13
Chapter 13 : Galau
14
Chapter 14 : Akademi Astralis
15
Chapter 15 : Hari Pertama
16
Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17
Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18
Chapter 18 : Acara Bulanan
19
Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20
Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21
Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22
Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23
Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24
Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25
Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26
Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27
Chapter 27 : Praktik Dungeon
28
Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29
Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30
Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31
Chapter 31 : Manticore
32
Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33
Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34
Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35
Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36
Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37
Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38
Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39
Chapter 39 : Kencan
40
Chapter 40 : Kencan #2
41
Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42
Chapter 42 : Senjata Roh
43
Chapter 43 : Membolos
44
Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45
Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46
Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47
Chapter 47 : Pengusiran!?
48
Chapter 48 : Latihan
49
Chapter 49 : Mimpi Buruk
50
Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51
Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52
Chapter 52 : Hari Festival
53
Chapter 53 : Kekacauan
54
Chapter 54 : Mengamuk
55
Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56
Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57
Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58
Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59
Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60
Side Story Eliza : Istana
61
Side Story Eliza : Berbakat!
62
Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63
Side Story Eliza : Menyelinap
64
Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65
Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66
Season 2 : Prolog
67
[Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!