Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan

Seminggu Setelah Pertemuan Itu

Bayangan pertemuan resmi di istana terus menghantui Ferisu. Tak tahan dengan tekanan di dalam istana, ia kembali menyelinap keluar. Namun, kali ini bukan menuju keramaian kota seperti biasanya. Ia berjalan melewati gerbang utama, meninggalkan tembok-tembok besar ibu kota, dan menuju ke arah hutan yang gelap di luar kota.

"Huft... benar-benar menyebalkan." Ferisu mendesah berat sambil menendang kerikil di jalannya. Wajahnya tampak masam saat ia mengingat kabar bahwa pertunangannya dengan Erica telah resmi diumumkan. "Apa mereka benar-benar berpikir aku akan menerima semua ini begitu saja?"

Hutan yang ia tuju bukanlah tempat untuk sekadar berjalan santai. Dikenal sebagai Hutan yang cukup berbahaya, tempat itu menjadi sarang bagi berbagai monster. Namun, Ferisu, dengan pedang tergantung di pinggangnya, tampak tidak peduli.

"Setidaknya di sini aku bisa sendiri," gumam Ferisu. Langkahnya mantap, menembus rimbunan pepohonan yang menjulang tinggi, daun-daunnya saling berbisik seolah memperingatkan.

Namun, ketenangannya tidak berlangsung lama. Dari semak-semak di dekatnya, terdengar suara gemerisik pelan namun mencurigakan. Ferisu menghentikan langkahnya, matanya menyipit, menatap tajam ke arah suara itu.

Tiba-tiba, seekor Horn Rabbit melompat keluar dengan kecepatan tinggi, tanduknya yang runcing mengarah tepat ke tubuh Ferisu.

"Dasar makhluk bodoh."

Tanpa rasa panik, Ferisu dengan cepat menghunus pedangnya. Dalam satu gerakan cepat dan presisi, pedang itu membelah udara, menebas Horn Rabbit dengan mudah. Tubuh makhluk itu jatuh ke tanah, tak bernyawa.

Ferisu menyarungkan kembali pedangnya dengan ekspresi dingin. "Mengganggu saja," katanya datar, lalu melanjutkan perjalanan seolah tidak terjadi apa-apa.

Setelah beberapa saat berjalan, ia tiba di tepi sebuah sungai kecil yang airnya jernih mengalir, memantulkan cahaya matahari yang menembus celah pepohonan.

"Kurasa ini cukup bagus," ujarnya sambil memandang sekeliling. Hutan di sekitarnya sunyi, hanya suara gemericik air yang terdengar, memberikan suasana tenang yang sudah lama ia rindukan.

Tanpa berpikir panjang, Ferisu memanjat salah satu pohon besar di dekat sungai, memilih dahan yang lebar dan kokoh untuk merebahkan tubuhnya. Ia berbaring di sana, memandang langit yang terselip di antara dedaunan.

"Kadang, aku berharap dunia ini tak serumit ini," katanya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Angin sepoi-sepoi meniupkan rasa sejuk, menghapus sejenak kekesalan yang memenuhi hatinya.

Ferisu hampir tertidur di atas dahan pohon ketika telinganya menangkap suara langkah kaki jauh di dalam hutan.

Dengan malas, Ferisu membuka matanya. Ia menoleh ke arah suara tersebut, mencoba melihat siapa yang membuat keributan di tempat yang seharusnya tenang ini. Dari kejauhan, ia melihat seorang gadis berambut pirang dengan mata biru yang memancarkan ketakutan, melarikan diri dengan tergesa-gesa. Hal yang paling mencolok adalah telinganya yang panjang dan lancip—dia seorang elf.

Di belakangnya, segerombolan Red Wolf—serigala besar dengan bulu merah menyala—mengejar dengan ganas, air liur menetes dari taring mereka yang tajam.

Ferisu mendesah panjang. "Huft~ selalu saja ada yang mengganggu." Dengan gerakan ringan, ia melompat turun dari dahan pohon, mendarat dengan mulus di depan gadis itu.

"Cepat pergi! Jangan di sini!" teriak gadis itu saat melihat Ferisu berdiri di tengah jalan, seolah-olah tak sadar bahaya yang mengancam.

Namun, Ferisu tidak menghiraukannya. Ia mengamati gerombolan Red Wolf yang mendekat, bibirnya melengkung menjadi senyuman dingin. "Pas sekali. Aku sedang butuh samsak untuk melampiaskan rasa kesalku."

Dengan santai, Ferisu menarik pedangnya dari sarung. Cahaya matahari yang menembus celah-celah daun memantul di bilahnya, menciptakan kilauan tajam.

Gadis elf itu terhenti, matanya membulat karena kaget saat Ferisu melangkah melewatinya tanpa sepatah kata, menghadapi para Red Wolf seorang diri.

"Eh?!" Gadis itu terkejut. "Apa dia... serius?"

Dia mencoba merapal mantra, berharap bisa membantu, tetapi tubuhnya bergetar karena kelelahan. Energi sihirnya sudah habis, dan ia bahkan tak bisa memanggil roh kontraknya. Dengan napas terengah-engah, ia hanya bisa berdiri di sana, menonton dengan cemas.

Sementara itu, Ferisu sudah berada di tengah pertempuran. Gerakannya seperti tarian yang memukau, setiap ayunan pedangnya penuh dengan presisi dan keindahan. Ia menyerang tanpa ragu, menghindari setiap serangan Red Wolf dengan mudah, seolah-olah ia sudah membaca setiap gerakan mereka.

Seekor Red Wolf melompat ke arahnya dari samping, mencoba menggigit lehernya. Namun, Ferisu memutar tubuhnya dengan anggun, menebas makhluk itu tepat di udara.

"Satu..." gumamnya dengan nada malas.

Dua ekor lagi menyerangnya bersamaan. Ferisu mengayunkan pedangnya dalam gerakan melingkar yang sempurna, menebas keduanya sekaligus.

"Dua, tiga..." ujarnya sambil melangkah maju tanpa tergesa-gesa.

Gadis elf itu hanya bisa menyaksikan dalam diam, matanya tak lepas dari pemuda itu. "Dia... bukan orang biasa," pikirnya. Ferisu bukan hanya cepat dan kuat, tapi gerakannya juga terlihat begitu alami, seolah pertempuran adalah bagian dari dirinya.

Satu per satu, Red Wolf mulai jatuh. Tanpa menunjukkan tanda-tanda kelelahan, Ferisu menyelesaikan gerombolan itu dalam waktu singkat. Pedangnya berlumuran darah, namun ekspresinya tetap datar, seolah apa yang baru saja ia lakukan adalah hal yang sepele.

Gadis itu mendekat perlahan, masih terpesona oleh apa yang baru saja dilihatnya. "K-Kau... siapa sebenarnya?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar.

Ferisu menghela napas, menyarungkan pedangnya kembali. "Hanya seseorang yang mencari ketenangan," jawabnya datar, lalu berbalik, meninggalkan gadis itu tanpa berkata apa-apa lagi.

Gadis itu berdiri di sana, kebingungan dan penasaran. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Ferisu yang berjalan menjauh dengan santai.

"Licia-sama!" Tiba-tiba terdengar suara seseorang.

Itu adalah para kesatria yang Mengawal gadis elf tersebut.

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya mereka penuh rasa khawatir.

"Ya... Ada seseorang yang menolongku," jawab Licia, gadis elf tersebut.

Para ksatria memandang sekitar dengan waspada, memastikan tidak ada ancaman lebih lanjut. Tumpukan mayat Red Wolf di depan mereka membuat suasana di tempat itu terasa semakin tegang. Salah satu ksatria, yang lebih senior, berjongkok untuk memeriksa salah satu bangkai Red Wolf.

"Ini aneh," gumamnya sambil memperhatikan luka-luka yang ada di tubuh monster itu. "Semua serangan ini sangat presisi, dan tidak ada satu pun bekas sihir atau energi roh. Hanya tebasan pedang murni."

Yang lain menatap bangkai itu dengan heran. "Kalau benar dia hanya menggunakan pedang biasa, maka dia jelas bukan orang biasa. Bahkan ksatria terbaik sekalipun akan kesulitan menghadapi gerombolan Red Wolf tanpa bantuan roh."

Licia, gadis elf yang masih berdiri di dekat para ksatria, mengangguk dengan semangat. Matanya berbinar, penuh rasa kagum. "Ya, dia benar-benar luar biasa! Gerakannya begitu indah, seperti tengah menari. Dia mengalahkan mereka semua dalam waktu yang sangat singkat."

Seorang ksatria lain bertanya, "Apa Anda tahu siapa dia, Licia-sama? Apa dia orang dari sekitar sini?"

Namun Licia menggelengkan kepala, ekspresinya berubah menjadi campuran antara penasaran dan kecewa. "Tidak... Dia tidak menyebutkan namanya. Bahkan, dia tidak banyak bicara. Setelah selesai, dia hanya menyarungkan pedangnya dan pergi begitu saja."

Para ksatria saling berpandangan, mencoba mencerna informasi itu. Seorang pemuda yang mampu mengalahkan gerombolan Red Wolf seorang diri, tanpa menggunakan sihir atau roh, jelas merupakan sesuatu yang sangat langka, bahkan di dunia yang penuh dengan kekuatan magis seperti ini.

"Bagaimana rupanya, Licia-sama?" salah satu ksatria bertanya.

Licia memejamkan mata, mencoba mengingat kembali dengan jelas. "Dia... terlihat biasa saja, tapi ada sesuatu yang membuatnya berbeda. Rambut hitam legam, matanya sedikit sayu, dan cara dia membawa pedangnya... seolah-olah itu adalah bagian dari dirinya."

Ksatria senior itu berdiri, menatap ke arah hutan yang lebih dalam. "Kalau dia tidak ingin dikenali, mungkin dia punya alasan. Tapi, kita tidak bisa mengabaikan kehadirannya. Seseorang dengan kemampuan seperti itu bisa menjadi ancaman, atau sekutu."

Licia, yang masih teringat bagaimana Ferisu bertarung, berbisik pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri. "Aku ingin bertemu dengannya lagi..."

Para ksatria menatap Licia dengan rasa penasaran. "Apakah dia menyelamatkan Anda hanya karena kebetulan, atau ada alasan lain?"

Licia tidak menjawab, tapi dalam hatinya, ia merasa bahwa pemuda misterius itu bukan hanya sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar di balik pertemuan mereka, sesuatu yang membuat dirinya tak bisa melupakan sosok itu.

Terpopuler

Comments

Sutono jijien 1976 Sugeng

Sutono jijien 1976 Sugeng

yg keren wajah nya datar 😁

2025-02-06

1

Gaa cans

Gaa cans

lanjuuuuuu7t

2025-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2 Chapter 2 : Upacara Kontrak
3 Chapter 3 : Menyelinap
4 Chapter 4 : Pertunangan
5 Chapter 5 : Ramalan
6 Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7 Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8 Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9 Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10 Chapter 10 : Dua Bunga
11 Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12 Chapter 12 : Kecurigaan
13 Chapter 13 : Galau
14 Chapter 14 : Akademi Astralis
15 Chapter 15 : Hari Pertama
16 Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17 Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18 Chapter 18 : Acara Bulanan
19 Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20 Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21 Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22 Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23 Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24 Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25 Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26 Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27 Chapter 27 : Praktik Dungeon
28 Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29 Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30 Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31 Chapter 31 : Manticore
32 Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33 Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34 Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35 Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36 Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37 Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38 Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39 Chapter 39 : Kencan
40 Chapter 40 : Kencan #2
41 Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42 Chapter 42 : Senjata Roh
43 Chapter 43 : Membolos
44 Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45 Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46 Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47 Chapter 47 : Pengusiran!?
48 Chapter 48 : Latihan
49 Chapter 49 : Mimpi Buruk
50 Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51 Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52 Chapter 52 : Hari Festival
53 Chapter 53 : Kekacauan
54 Chapter 54 : Mengamuk
55 Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56 Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57 Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58 Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59 Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60 Side Story Eliza : Istana
61 Side Story Eliza : Berbakat!
62 Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63 Side Story Eliza : Menyelinap
64 Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65 Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66 Season 2 : Prolog
67 [Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2
Chapter 2 : Upacara Kontrak
3
Chapter 3 : Menyelinap
4
Chapter 4 : Pertunangan
5
Chapter 5 : Ramalan
6
Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7
Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8
Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9
Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10
Chapter 10 : Dua Bunga
11
Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12
Chapter 12 : Kecurigaan
13
Chapter 13 : Galau
14
Chapter 14 : Akademi Astralis
15
Chapter 15 : Hari Pertama
16
Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17
Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18
Chapter 18 : Acara Bulanan
19
Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20
Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21
Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22
Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23
Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24
Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25
Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26
Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27
Chapter 27 : Praktik Dungeon
28
Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29
Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30
Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31
Chapter 31 : Manticore
32
Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33
Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34
Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35
Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36
Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37
Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38
Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39
Chapter 39 : Kencan
40
Chapter 40 : Kencan #2
41
Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42
Chapter 42 : Senjata Roh
43
Chapter 43 : Membolos
44
Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45
Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46
Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47
Chapter 47 : Pengusiran!?
48
Chapter 48 : Latihan
49
Chapter 49 : Mimpi Buruk
50
Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51
Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52
Chapter 52 : Hari Festival
53
Chapter 53 : Kekacauan
54
Chapter 54 : Mengamuk
55
Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56
Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57
Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58
Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59
Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60
Side Story Eliza : Istana
61
Side Story Eliza : Berbakat!
62
Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63
Side Story Eliza : Menyelinap
64
Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65
Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66
Season 2 : Prolog
67
[Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!