Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki

Hari itu, kelas 1-D benar-benar memukau. Mereka mengalahkan dua kelas yang menjadi lawan mereka dengan strategi matang dan kerja sama yang luar biasa hingga akhirnya mencapai babak final. Esok hari, mereka akan menghadapi kelas 1-A, yang dikenal sebagai kelas terkuat di tahun pertama.

Namun, perbincangan di akademi tidak hanya tentang kelas 1-D. Semua siswa mulai membicarakan potensi pertandingan final, mempertimbangkan kekuatan kedua tim.

"Pertandingan melawan kelas dari tahun kedua dan ketiga?" gumam salah satu siswa di tribun.

Seorang temannya menjawab dengan nada antusias, "Ya! Nanti setelah tiap tahun ajaran memiliki juara masing-masing mereka akan bertanding dengan kelas yang menjadi juara dari setiap tahun ajaran. Final besok akan menentukan siapa yang paling kuat di tahun pertama."

Ketika bel pulang berbunyi, suasana di akademi masih penuh antusiasme. Para siswa kelas 1-D berkumpul di ruang kelas mereka untuk mendiskusikan strategi esok hari.

"Kerja bagus hari ini," ujar Viana dengan tegas, merapikan buku-bukunya. Meski nada suaranya tenang, matanya penuh tekad. "Tapi kita tidak bisa lengah. Kelas 1-A terkenal dengan kekuatan individu dan strategi tim mereka."

Erica menyahut sambil menyilangkan tangan, "Mereka punya dua siswa dengan roh tingkat tinggi. Jika kita tidak berhati-hati, mereka bisa mendominasi pertandingan."

Markus, sambil memeriksa pedangnya, menambahkan, "Dan jangan lupa, pemimpin mereka dikenal sangat cerdas. Mereka pasti sudah mempelajari kelemahan kita sejak awal."

"Hei, jangan terlalu tegang," sela Licia, mencoba menenangkan suasana dengan senyuman lembut. "Kita sudah membuktikan bahwa kita punya kerja sama yang baik. Selama kita tetap solid, peluang kita besar."

Selena, yang terlihat sibuk menulis di sebuah buku kecil, menatap ke arah mereka. "Aku sedang memikirkan strategi. Jika kita bisa mengontrol tempo pertandingan, kita mungkin bisa menggoyahkan mereka."

Sementara itu, Ferisu duduk di sudut kelas, bersandar dengan santai di kursinya. Ia tampak tidak terlalu peduli dengan diskusi tersebut, meskipun matanya menyiratkan bahwa ia mendengar setiap kata.

"Anda sepertinya tidak berniat menonton pertandingan kita, Pangeran...," kata Viana, mendekatinya dengan nada tajam. "Apa kau tidak punya pendapat tentang pertandingan kita?"

Ferisu membuka matanya yang setengah terpejam, lalu menatap Viana dengan ekspresi datar. "Kalian sudah cukup bagus," jawabnya dengan nada santai. "Tapi besok... jangan terlalu percaya diri. Kelas 1-A bukan lawan yang mudah."

Viana terdiam, menatap Ferisu dengan alis yang sedikit berkerut. Meskipun nadanya terdengar santai, kata-kata Ferisu terasa seperti peringatan serius.

Erica yang duduk di dekat mereka hanya menghela napas, sementara Licia mengangkat bahu, memilih untuk tidak ikut campur. Markus dan Selena sudah meninggalkan ruangan untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk besok.

Ketika para siswa mulai meninggalkan akademi, Ferisu berjalan santai menuju taman seperti biasanya. Namun, langkahnya terhenti di depan patung besar pendiri akademi yang berdiri megah di tengah lapangan.

Ia menatap patung itu dalam diam, matanya memancarkan sesuatu yang sulit ditebak. Ia melanjutkan langkahnya menuju taman, duduk di bawah pohon rindang, tampak santai seperti biasa.

Di sisi lain, kelas 1-A sedang mempersiapkan diri dengan intens. Mereka tahu bahwa kelas 1-D bukanlah lawan biasa. Bagi mereka, pertandingan final ini adalah ajang untuk membuktikan siapa yang pantas disebut sebagai kelas terbaik di tahun pertama.

.

.

.

Saat Ferisu sedang duduk santai di bawah pohon, menikmati udara sore yang tenang, seorang laki-laki mendekatinya.

"Hee~ siapa sangka saya bisa bertemu dengan pangeran yang begitu terkenal," ujar laki-laki itu dengan nada ramah dan senyum di wajahnya.

Ferisu membuka satu matanya, melihat siapa yang berbicara. Laki-laki tersebut memiliki rambut pirang, wajahnya tampan, dan auranya begitu ramah.

"Siapa?" balas Ferisu dengan nada datar, suaranya terdengar acuh.

"Ahaha... Maaf atas ketidaksopanannya. Perkenalkan, nama saya Sirius Astros, tahun ajaran pertama, kelas 1-A," ucapnya dengan sopan, memperkenalkan diri.

Ferisu hanya meliriknya sejenak, masih dengan ekspresi datar. "Ada perlu apa denganku?" tanya Ferisu tanpa antusiasme.

"Apa saya boleh duduk di samping Anda?" tanya Sirius dengan sopan.

Ferisu menghela napas ringan, lalu mengangguk pelan. "Hmm," jawabnya singkat.

"Sebenarnya, saya cukup mengagumi Anda," lanjut Sirius, tanpa ragu.

Ferisu menoleh ke arahnya, kini dengan tatapan yang lebih tajam. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada dingin.

Sirius tersenyum, tampaknya menikmati percakapan ini. "Sebenarnya, saya juga sering keluar ke kota diam-diam, dan saat itu saya melihat Anda. Warga kota begitu menghormati Anda. Mereka tersenyum dan berbicara dengan penuh kehangatan saat berbicara dengan Anda, jauh dari kata sampah yang sering saya dengar. Anda membuat mereka merasa bahagia."

Ferisu terdiam sejenak, matanya menatap Sirius dengan rasa ingin tahu yang muncul sedikit. "Kau... melihatku begitu?" tanya Ferisu, sedikit terkejut, meski suaranya tetap tenang.

Sirius mengangguk serius. "Saya tak pernah salah lihat. Mungkin di akademi, orang-orang hanya terfokus pada penampilan luar dan masa lalu, tapi saya rasa setiap orang berhak untuk dihargai lebih dari itu. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di balik sikapmu."

Ferisu memiringkan kepala, berpikir sejenak. "Kau bicara banyak tentang hal-hal yang tidak ada hubungannya denganku," ucapnya, suara Ferisu tetap datar dan penuh jarak. "Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Sirius tersenyum, tidak merasa terintimidasi sedikit pun oleh sikap Ferisu. "Saya hanya ingin berbicara. Saya penasaran, apa pendapatmu tentang pertandingan besok. Kelas 1-A sangat menantikan pertarungan melawan kelas 1-D, dan saya rasa, saling mengenal satu sama lain bisa membuat kita lebih kuat."

Ferisu meliriknya sesaat, lalu mengalihkan pandangannya ke langit, dengan sedikit rasa bosan. "Kelas 1-A kuat, memang. Tapi jangan terlalu percaya diri. Setiap pertarungan punya jalannya sendiri. Tidak selalu bisa diprediksi."

Sirius tertawa pelan. "Saya setuju. Itu sebabnya saya ingin tahu lebih banyak tentangmu, Pangeran Ferisu. Saya rasa, meskipun kita berada di pihak yang berbeda, ada banyak yang bisa dipelajari dari satu sama lain."

Ferisu hanya menatapnya sejenak, lalu kembali bersandar pada pohon dan menghela napas. "Belajar? Tidak ada yang perlu dipelajari dariku, lagi pula aku tidak berpartisipasi dalam pertandingan" jawabnya, terdengar lebih acuh.

Namun, Sirius tetap tersenyum. "Anda salah, Pangeran. Saya yakin ada lebih banyak hal yang tersembunyi di balik sikap acuh tak acuhmu. Mungkin itu yang membuatmu begitu menarik di mata orang-orang."

Ferisu diam, matanya kini terarah pada tanah, memikirkan kata-kata Sirius. "Hmm... Bisa jadi," jawabnya singkat, dengan suara rendah. "Tapi itu bukan urusanmu."

Sirius tertawa ringan, tanpa menunjukkan rasa tersinggung. "Tidak masalah, Pangeran. Saya hanya ingin mengenal Anda lebih dalam. Apapun yang terjadi besok, saya rasa kita akan bertemu lagi di masa depan."

Ferisu mengangkat bahu, matanya kembali menatap ke langit yang mulai gelap. "Kita lihat saja nanti," jawabnya dengan nada yang tak terduga, seolah memberi sedikit ruang untuk pertemuan lainnya.

Sirius tersenyum, seolah puas dengan percakapan itu, sebelum akhirnya berdiri dan melangkah pergi.

Terpopuler

Comments

Nani Kurniasih

Nani Kurniasih

ya, diam diam membaca situasi. meski cuek tapi untuk bisa santai harus pinter biar gak banyak waktu terbuang

2025-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2 Chapter 2 : Upacara Kontrak
3 Chapter 3 : Menyelinap
4 Chapter 4 : Pertunangan
5 Chapter 5 : Ramalan
6 Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7 Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8 Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9 Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10 Chapter 10 : Dua Bunga
11 Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12 Chapter 12 : Kecurigaan
13 Chapter 13 : Galau
14 Chapter 14 : Akademi Astralis
15 Chapter 15 : Hari Pertama
16 Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17 Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18 Chapter 18 : Acara Bulanan
19 Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20 Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21 Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22 Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23 Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24 Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25 Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26 Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27 Chapter 27 : Praktik Dungeon
28 Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29 Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30 Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31 Chapter 31 : Manticore
32 Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33 Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34 Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35 Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36 Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37 Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38 Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39 Chapter 39 : Kencan
40 Chapter 40 : Kencan #2
41 Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42 Chapter 42 : Senjata Roh
43 Chapter 43 : Membolos
44 Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45 Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46 Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47 Chapter 47 : Pengusiran!?
48 Chapter 48 : Latihan
49 Chapter 49 : Mimpi Buruk
50 Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51 Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52 Chapter 52 : Hari Festival
53 Chapter 53 : Kekacauan
54 Chapter 54 : Mengamuk
55 Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56 Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57 Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58 Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59 Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60 Side Story Eliza : Istana
61 Side Story Eliza : Berbakat!
62 Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63 Side Story Eliza : Menyelinap
64 Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65 Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66 Season 2 : Prolog
67 [Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2
Chapter 2 : Upacara Kontrak
3
Chapter 3 : Menyelinap
4
Chapter 4 : Pertunangan
5
Chapter 5 : Ramalan
6
Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7
Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8
Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9
Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10
Chapter 10 : Dua Bunga
11
Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12
Chapter 12 : Kecurigaan
13
Chapter 13 : Galau
14
Chapter 14 : Akademi Astralis
15
Chapter 15 : Hari Pertama
16
Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17
Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18
Chapter 18 : Acara Bulanan
19
Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20
Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21
Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22
Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23
Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24
Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25
Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26
Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27
Chapter 27 : Praktik Dungeon
28
Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29
Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30
Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31
Chapter 31 : Manticore
32
Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33
Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34
Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35
Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36
Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37
Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38
Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39
Chapter 39 : Kencan
40
Chapter 40 : Kencan #2
41
Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42
Chapter 42 : Senjata Roh
43
Chapter 43 : Membolos
44
Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45
Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46
Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47
Chapter 47 : Pengusiran!?
48
Chapter 48 : Latihan
49
Chapter 49 : Mimpi Buruk
50
Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51
Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52
Chapter 52 : Hari Festival
53
Chapter 53 : Kekacauan
54
Chapter 54 : Mengamuk
55
Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56
Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57
Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58
Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59
Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60
Side Story Eliza : Istana
61
Side Story Eliza : Berbakat!
62
Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63
Side Story Eliza : Menyelinap
64
Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65
Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66
Season 2 : Prolog
67
[Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!