Chapter 7 : Ah, Merepotkan...

Setelah menolong gadis elf itu, Ferisu langsung kembali ke kota. Ia menyadari bahwa mencari ketenangan di hutan hanyalah angan-angan belaka. Dengan langkah malas, ia berjalan di jalanan kota yang ramai, napasnya dihela panjang-panjang, mencoba mengusir rasa penat yang menggerogotinya.

Para warga menatapnya dengan sedikit heran. Seorang pangeran berjalan sendirian di tengah keramaian, dengan pakaian yang sederhana, jelas bukan pemandangan biasa.

"Ferisu-sama! Mau sate untuk makan siang?" teriak seorang pedagang sate dari balik gerobaknya. Pedagang itu sering melihat Ferisu mampir ke kedainya.

Ferisu menoleh dengan malas. "Ah, ya...," sahutnya sambil berjalan mendekat.

Paman penjual sate tersenyum ramah sambil membolak-balikkan sate di atas bara api. "Ada apa? Anda terlihat tidak bersemangat hari ini," tanyanya, mencoba memecah keheningan.

Ferisu hanya memandang sate yang sedang dibakar. "Hanya ingin tidur, tapi selalu saja ada yang mengganggu," jawabnya datar.

"Kenapa Anda tidak tidur di kamar istana saja? Bukankah di sana jauh lebih nyaman?" tanya Paman itu sambil tertawa kecil.

Ferisu menghela napas panjang. "Kamar di istana terlalu berisik, terlebih lagi ada Kakak-ku yang selalu mengganggu ketenanganku. Sulit sekali mendapatkan ketenangan di sana," balasnya tanpa mengubah ekspresi.

"Haha, yah, tetaplah semangat, Ferisu-sama! Anda adalah pangeran kerajaan ini!" ujar Paman itu dengan penuh semangat. "Ini sate Anda! Saya tambahkan bonus, jadi cobalah untuk sedikit ceria!"

Ferisu mengambil sate itu dan tersenyum tipis. "Terima kasih, Paman."

Sambil menyantap sate dagingnya, Ferisu berjalan-jalan di kota. Beberapa warga menyapanya dengan ramah, dan ia membalas dengan lambaian tangan kecil. Namun, pikirannya masih terasa berat.

Langkahnya berhenti di depan sebuah bangunan besar dengan lambang pedang yang bersilangan dengan perisai. Guild Petualang.

"Coba masuk, mungkin suasananya bisa mengubah moodku," gumam Ferisu sebelum mendorong pintu besar itu.

Begitu masuk, suasana guild yang bising tiba-tiba mereda. Semua orang menoleh ke arahnya. Dalam beberapa detik, seorang pria kekar dengan senyum lebar menghampirinya.

"Wah, wah! Kukira siapa, ternyata Ferisu-sama!" serunya riang. Kehadirannya segera disambut hangat oleh para petualang lain.

"Ferisu-sama! Anda terlihat tak bersemangat hari ini. Apa yang terjadi?" tanya seorang petualang yang duduk di dekat bar.

"Sejak kapan aku pernah terlihat bersemangat?" balas Ferisu dengan nada datar, membuat beberapa orang di sana tertawa.

"Haha, itu benar!" jawab salah satu petualang sambil menepuk meja.

Seorang staf guild mendekati Ferisu, menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Ada keperluan apa Anda datang hari ini, Ferisu-sama?"

Ferisu duduk di salah satu bangku panjang, bergabung dengan sekelompok petualang. "Tidak ada. Aku hanya mampir untuk makan siang."

Petualang wanita di seberangnya menyipitkan mata sambil menyeringai. "Pangeran macam apa yang mampir ke guild hanya untuk makan siang? Anda benar-benar unik, Ferisu-sama."

Pria kekar yang tadi menyambutnya ikut tertawa. "Tapi itulah yang membuat Anda istimewa! Guild ini selalu terasa lebih hidup kalau Anda datang."

Ferisu hanya mengangkat bahu, terlalu malas untuk menanggapi. Namun, suasana menjadi lebih serius saat salah satu petualang wanita itu bertanya, "Tapi serius, Anda tampak benar-benar kesal hari ini. Ada apa?"

Ferisu terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Pertunanganku dengan Erica, putri Duke, baru saja diresmikan."

Kata-kata itu seperti bom yang meledak di tengah guild. Semua orang menatapnya dengan kaget.

"Serius? Anda sudah bertunangan, Ferisu-sama?"

"Wow, itu benar-benar mengejutkan!"

"Putri Erica? Dia terkenal cantik dan berbakat, kan?"

"Selamat, Ferisu-sama! Anda sangat beruntung!"

Suasana langsung riuh dengan berbagai tanggapan. Ferisu hanya memutar bola matanya, merasa semua ini terlalu berlebihan.

"Aku tidak peduli," ujarnya dengan nada dingin. "Bagiku, ini hanya menambah masalah."

Guild langsung sunyi. Semua orang menatapnya dengan ragu.

Petualang pria kekar yang tadi banyak bicara menggaruk kepalanya sambil terkekeh. "Yah, kalau itu masalahnya, mungkin Anda harus mencari cara untuk... membuatnya lebih menyenangkan? Siapa tahu dia berubah pikiran tentang Anda."

Ferisu hanya diam dan menghabiskan makanannya, lalu ia berdiri, merapikan jubahnya. "Aku tidak peduli dia suka atau tidak. Aku hanya ingin sedikit ketenangan, tapi itu terlalu sulit didapatkan."

Ia meninggalkan guild tanpa menoleh ke belakang. Para petualang hanya bisa saling berpandangan, bingung antara ingin tertawa atau merasa kasihan.

Ketika Ferisu kembali berjalan di jalanan kota, angin sore yang lembut menyapu wajahnya. Matahari mulai condong ke barat, mewarnai langit dengan semburat jingga yang menenangkan.

"Setidaknya di sini aku masih bisa bernapas," gumamnya pelan, melanjutkan langkahnya menuju istana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sesampainya di istana, Ferisu langsung melihat sosok yang tak asing baginya. Gadis elf yang pernah ia tolong di hutan kini berdiri di halaman istana, mengenakan gaun indah yang memancarkan aura bangsawan. Rambut pirangnya tergerai, dan matanya yang biru cerah tampak penuh keanggunan.

"Kenapa dia ada di sini?" gumam Ferisu pelan, menyipitkan mata untuk memastikan penglihatannya.

Tak jauh dari gadis itu, ayahnya, Raja Velmoria, sedang berbicara dengan seorang pria elf berwibawa yang mengenakan mahkota emas bertatahkan permata hijau. Pria itu jelas seorang raja elf—sikap dan auranya memancarkan wibawa yang tak dapat disangkal.

Keduanya tampak sedang berbicara serius, lalu perlahan melangkah masuk ke istana bersama beberapa pengawal. Melihat itu, Ferisu segera memutuskan untuk menghindari mereka.

"Ini buruk. Kalau aku ketahuan, pasti akan ada ceramah panjang," pikir Ferisu sambil melangkah mundur pelan-pelan. Ia lalu memutar arah, mencoba menyelinap lewat pintu belakang dengan langkah ringan.

Namun, keberuntungannya tidak bertahan lama. Gadis elf itu, Licia, melihatnya. Matanya langsung membulat, mengenali sosok yang sudah menyelamatkannya di hutan.

"Ah, itu kau!" serunya penuh semangat, suaranya melengking cukup keras hingga menarik perhatian semua orang di sekitarnya.

Ferisu tersentak. "Ah, sial," gumamnya pelan, berusaha menjaga ekspresi santainya meskipun sudah ketahuan.

Raja Velmoria dan Raja Elf menghentikan percakapan mereka, menoleh ke arah Licia yang masih menatap Ferisu dengan penuh semangat. Tatapan mereka kemudian beralih ke Ferisu yang kini berdiri kaku, tak bisa lagi mengelak.

"Ferisu," panggil Raja Velmoria dengan nada tegas bercampur rasa penasaran. "Kenapa kau mengendap-endap seperti pencuri di istanamu sendiri?"

Ferisu menghela napas panjang, merasa Licia benar-benar telah memperumit harinya. "Ah, maaf. Aku hanya sedang... mencari udara segar," jawabnya datar, lalu berjalan mendekat dengan langkah santai seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Raja Elf memandang Ferisu dengan penuh minat, lalu menoleh ke Licia. "Licia, kau mengenal pemuda ini?" tanyanya.

Licia mengangguk penuh semangat. "Ya! Dia yang menyelamatkanku di hutan dari gerombolan Red Wolf! Dia sangat hebat, Ayah. Dia bahkan tidak menggunakan sihir atau roh kontrak, tapi berhasil mengalahkan semuanya hanya dengan pedang biasa!"

Mendengar itu, Raja Elf menaikkan alisnya, terkejut sekaligus terkesan. "Oh? Begitu rupanya."

Ferisu menghela napas lagi, kali ini lebih berat. "Ah, kurasa putri Anda salah orang. Saya selama ini hanya duduk santai di taman kota," katanya sambil mencoba membantah tanpa terlalu meyakinkan.

Namun, Raja Velmoria tersenyum tipis, jelas menikmati situasi ini. "Hmm... Jadi, kau menyelinap keluar lagi, ya?"

Ferisu hanya bisa mengalihkan pandangan, merasa bahwa situasinya semakin rumit. "Aku hanya berada di tempat yang salah pada waktu yang salah, Ayah," jawabnya malas.

Raja Velmoria mengangguk kecil, lalu menatap Raja Elf. "Sepertinya kita perlu membicarakan hal ini lebih lanjut di dalam," ujarnya, mengisyaratkan mereka untuk masuk.

Ferisu, yang merasa tak punya pilihan lain, akhirnya mengikuti ayahnya dengan langkah berat ke ruang tamu. Raja Elf dan Licia berjalan di belakang mereka, sementara Ferisu hanya berharap pembicaraan ini tidak semakin memperburuk suasana hatinya.

Episodes
1 Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2 Chapter 2 : Upacara Kontrak
3 Chapter 3 : Menyelinap
4 Chapter 4 : Pertunangan
5 Chapter 5 : Ramalan
6 Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7 Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8 Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9 Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10 Chapter 10 : Dua Bunga
11 Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12 Chapter 12 : Kecurigaan
13 Chapter 13 : Galau
14 Chapter 14 : Akademi Astralis
15 Chapter 15 : Hari Pertama
16 Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17 Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18 Chapter 18 : Acara Bulanan
19 Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20 Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21 Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22 Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23 Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24 Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25 Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26 Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27 Chapter 27 : Praktik Dungeon
28 Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29 Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30 Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31 Chapter 31 : Manticore
32 Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33 Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34 Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35 Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36 Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37 Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38 Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39 Chapter 39 : Kencan
40 Chapter 40 : Kencan #2
41 Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42 Chapter 42 : Senjata Roh
43 Chapter 43 : Membolos
44 Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45 Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46 Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47 Chapter 47 : Pengusiran!?
48 Chapter 48 : Latihan
49 Chapter 49 : Mimpi Buruk
50 Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51 Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52 Chapter 52 : Hari Festival
53 Chapter 53 : Kekacauan
54 Chapter 54 : Mengamuk
55 Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56 Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57 Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58 Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59 Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60 Side Story Eliza : Istana
61 Side Story Eliza : Berbakat!
62 Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63 Side Story Eliza : Menyelinap
64 Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65 Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66 Season 2 : Prolog
67 [Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2
Chapter 2 : Upacara Kontrak
3
Chapter 3 : Menyelinap
4
Chapter 4 : Pertunangan
5
Chapter 5 : Ramalan
6
Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7
Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8
Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9
Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10
Chapter 10 : Dua Bunga
11
Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12
Chapter 12 : Kecurigaan
13
Chapter 13 : Galau
14
Chapter 14 : Akademi Astralis
15
Chapter 15 : Hari Pertama
16
Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17
Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18
Chapter 18 : Acara Bulanan
19
Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20
Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21
Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22
Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23
Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24
Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25
Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26
Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27
Chapter 27 : Praktik Dungeon
28
Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29
Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30
Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31
Chapter 31 : Manticore
32
Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33
Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34
Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35
Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36
Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37
Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38
Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39
Chapter 39 : Kencan
40
Chapter 40 : Kencan #2
41
Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42
Chapter 42 : Senjata Roh
43
Chapter 43 : Membolos
44
Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45
Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46
Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47
Chapter 47 : Pengusiran!?
48
Chapter 48 : Latihan
49
Chapter 49 : Mimpi Buruk
50
Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51
Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52
Chapter 52 : Hari Festival
53
Chapter 53 : Kekacauan
54
Chapter 54 : Mengamuk
55
Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56
Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57
Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58
Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59
Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60
Side Story Eliza : Istana
61
Side Story Eliza : Berbakat!
62
Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63
Side Story Eliza : Menyelinap
64
Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65
Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66
Season 2 : Prolog
67
[Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!