Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?

Di taman belakang istana, Ferisu berjalan santai menikmati udara pagi. Matahari baru saja muncul, menyinari taman dengan lembut. Angin sejuk berembus, membawa aroma bunga yang sedang bermekaran. Ia berharap mendapatkan ketenangan setelah serangkaian peristiwa yang melelahkan.

"Selamat pagi, Ferisu-sama," sebuah suara lembut menyapanya.

Ferisu menoleh ke arah suara itu, langkahnya terhenti. Seketika pandangannya terpaku pada sosok seorang gadis yang duduk di bangku taman. Gadis itu tersenyum manis, memandangnya dengan tatapan hangat. Ia mengenakan dress putih kebiruan yang memancarkan keanggunan, kulitnya seputih susu tampak bercahaya di bawah sinar matahari pagi. Bibir merahnya seperti buah ceri, dan matanya—biru cerah seperti langit tanpa awan—menatap Ferisu seakan bisa menembus pikirannya.

Gadis itu...

Ferisu terdiam beberapa saat, tak bisa mengalihkan pandangannya. Jantungnya berdegup lebih cepat tanpa ia sadari. Namun, ia segera menggelengkan kepala, mencoba mengendalikan dirinya. "Tenang, Ferisu, tenang," gumamnya dalam hati. Ia kemudian melangkah mendekat dengan ekspresi yang ia paksakan agar tetap dingin.

"Kenapa kau di sini?" tanyanya datar, mencoba menyembunyikan keterkejutannya.

Gadis itu, Licia, menoleh sedikit, tatapannya tetap lembut. "Aku hanya ingin menikmati sinar matahari pagi dan melihat bunga-bunga di taman ini," jawabnya ceria, seakan kehadiran Ferisu adalah hal yang biasa.

Ferisu melirik ke sekeliling taman. Memang, bunga-bunga di sana sedang bermekaran, menciptakan pemandangan yang indah. Tapi perhatiannya tetap tertuju pada Licia. Ia tampak begitu tenang, berbeda dengan dirinya yang merasa canggung.

"Hmph," gumam Ferisu, melipat tangan di dadanya. "Kau tahu, ini bukan taman umum. Kau bisa saja mengganggu orang lain."

Licia tersenyum kecil, menatap Ferisu dengan tatapan yang membuatnya merasa sedikit gugup. "Apa saya mengganggu Anda, Ferisu-sama?" tanyanya, suaranya terdengar polos namun penuh arti.

Ferisu mengalihkan pandangannya, pura-pura memeriksa bunga di dekatnya. "Tentu saja tidak," jawabnya singkat. "Hanya saja, kau terlalu mencolok di sini."

Licia tertawa kecil. "Kalau begitu, saya akan duduk di sini saja, tenang seperti bunga-bunga ini. Jadi, Anda bisa melanjutkan jalan-jalan pagi Anda," katanya sambil melipat tangannya di pangkuan, tetap tersenyum manis.

Ferisu menghela napas panjang. Ia tahu percuma berdebat dengan Licia, jadi ia memilih untuk tetap berdiri di dekatnya, diam-diam menikmati kehadirannya meski tak mau mengakuinya.

Ferisu merasa ada yang aneh. Kemarin, Licia terlihat canggung dan gugup setiap kali berada di dekatnya. Namun, pagi ini, gadis itu tampak begitu tenang, bahkan percaya diri.

Dia sesekali melirik ke arah Licia, mencoba membaca ekspresinya. Namun, Licia menyadari tatapan itu dan langsung menoleh dengan senyum manis.

"Ada apa, Ferisu-sama?" tanyanya lembut, nada suaranya penuh rasa ingin tahu.

"Ah, tidak ada," jawab Ferisu cepat, buru-buru membuang muka. Ia berjalan ke bangku taman lain yang tak terlalu jauh, lalu menjatuhkan dirinya di sana.

Namun, Licia bangkit dari tempatnya, berjalan mendekat dengan langkah anggun. "Apa saya boleh duduk di sebelah Anda?" tanyanya sopan, dengan nada yang hampir memaksa.

Ferisu menghela napas panjang. "Yaa..." balasnya datar.

Licia duduk di sebelahnya, menjaga postur tubuhnya yang anggun, tetapi matanya terus menatap Ferisu lekat-lekat. Sorot mata birunya tampak tajam sekaligus penuh rasa penasaran.

"Ferisu-sama, apa saya boleh menanyakan sesuatu?" ucapnya, memecah keheningan.

Ferisu memutar bola matanya, merasa bahwa ia tak bisa menghindari percakapan ini. "Apa?" sahutnya dingin, seolah berharap pertanyaannya tidak terlalu rumit.

"Saya dengar..." Licia berhenti sejenak, seakan memilih kata-kata yang tepat. "Anda tak bisa melakukan kontrak dengan roh, tak bisa menggunakan sihir, dan tidak memiliki kemampuan dalam menggunakan pedang. Seorang Pangeran Sampah sejati."

Ferisu menoleh, menatap Licia dengan ekspresi datar. "Ya, itu memang aku. Lalu kenapa?" balasnya tanpa nada emosi.

"Tapi..." Licia melanjutkan, nada suaranya berubah menjadi serius. "Saat di hutan, Anda melakukan hal yang berkebalikan dengan itu semua. Anda sangat hebat! Apa mungkin Anda sengaja menyembunyikan kemampuan Anda?"

Ferisu hendak menjawab pertanyaan Licia ketika tiba-tiba suara dingin dan tajam terdengar dari arah lain.

"Jadi yang kudengar itu benar, ya?"

Mereka berdua menoleh, dan sosok gadis berambut perak muncul dari balik pepohonan. Gaunnya yang berwarna biru muda melambai lembut di bawah sinar matahari pagi, sementara matanya yang berwarna ungu terang menatap tajam, penuh rasa dingin. Wajahnya memancarkan keanggunan, tetapi sorot matanya menunjukkan ketidakpuasan yang jelas.

"Aneh sekali, bukan? Pangeran sampah sepertimu bisa menarik perhatian gadis secantik dia," ujar Erica, suaranya penuh sinisme. Langkahnya ringan namun tegas, menghampiri mereka dengan tatapan menusuk.

Ferisu menghela napas panjang, merasa hari itu semakin buruk. "Apa yang kau lakukan di sini, Erica?" tanyanya malas.

Erica tidak menjawab langsung, melainkan mengarahkan pandangannya ke Licia. "Baru saja kemarin aku mendengar bahwa kau resmi bertunangan denganku. Dan sekarang, kau bertunangan dengan gadis lain?" Nadanya tidak menunjukkan rasa cemburu, melainkan keheranan dan sedikit jijik.

Licia tampak bingung, tetapi ia mencoba mempertahankan ketenangannya. "A-apakah ada yang salah dengan itu?" tanyanya sopan, meski suara lembutnya sedikit gemetar.

Erica mendengus, melipat tangannya di depan dada. "Yang salah adalah kenapa ada orang yang mau dengan Pangeran sampah seperti dia. Tidak bisa sihir, tidak punya roh kontrak, bahkan pedang pun hampir tidak pernah disentuh. Apa kau yakin ini bukan kesalahan besar?"

Ferisu menundukkan kepala, tangannya mengusap wajahnya dengan lelah. "Kalau kau ke sini hanya untuk menghina, Erica, pintu keluar ada di sana," balasnya datar, menunjuk sembarangan.

Erica tersenyum tipis, senyuman yang penuh ejekan. "Oh, aku tidak menghina, Ferisu. Aku hanya... penasaran. Apa sebenarnya yang membuat gadis ini mau bertunangan denganmu?"

Licia yang awalnya tampak ragu, kini memberanikan diri menjawab. "Ferisu-sama bukan seperti yang Anda pikirkan," katanya tegas. "Dia orang yang kuat, bijaksana, dan... dia menyelamatkan saya. Tidak peduli apa yang orang lain katakan, saya tahu siapa dia sebenarnya."

Mendengar itu, Erica menaikkan alis, tampak terkejut sesaat sebelum kembali pada ekspresinya yang dingin. "Oh, begitukah? Kalau begitu, aku harus melihat sendiri apa yang membuatnya begitu spesial," ujarnya, matanya menyipit seolah menantang Ferisu.

Ferisu hanya bisa mendesah lagi. "Kenapa hari ini jadi penuh drama?" gumamnya pelan, mencoba menenangkan pikirannya.

Dalam batin, Ferisu mendesah panjang. "Ah, aku tahu ini akan terjadi. Drama lagi. Kenapa hidupku selalu seperti ini?"

Tanpa berkata apa-apa, ia berjalan beberapa langkah menjauh dari kedua gadis itu dan duduk di bangku taman terdekat. Ia bersandar, menghela napas panjang, mencoba mengabaikan percakapan yang mulai memanas di antara Erica dan Licia.

Pandangan Ferisu tertuju ke langit. Biru yang cerah, dihiasi awan-awan putih lembut, begitu kontras dengan suasana harinya yang penuh drama. Angin sepoi-sepoi berembus, menggoyangkan dedaunan di atas kepalanya, tetapi tidak cukup untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

"Kenapa aku? Aku cuma ingin hidup damai... Tapi malah terjebak dalam pertunangan yang tidak aku inginkan, dengan gadis-gadis yang lebih keras kepala daripada ayahku," pikirnya sambil menutup mata.

Sementara itu, suara Erica yang tajam dan jawaban Licia yang lembut namun tegas terus terdengar di kejauhan, semakin menyuarakan kontras di antara kedua gadis tersebut.

Erica berdiri dengan angkuh, menunjuk ke arah Licia. "Apa kau benar-benar mengenalnya? Ferisu tidak lebih dari pangeran pemalas yang bahkan tidak mau bertanggung jawab atas tugasnya!"

Licia tetap tenang, meskipun wajahnya memerah sedikit. "Itu tidak benar. Ferisu-sama punya caranya sendiri. Dia hanya... butuh waktu. Saya yakin dia akan membuktikan siapa dirinya suatu hari nanti."

Ferisu membuka satu mata, mengintip ke arah mereka. "Kenapa mereka membelaku atau menghinaku seperti aku tidak ada di sini?" pikirnya dengan sedikit frustrasi, sebelum kembali memejamkan mata. "Semoga angin ini bisa membawaku pergi dari semua ini."

Terpopuler

Comments

Nani Kurniasih

Nani Kurniasih

kira kira bakal bucin juga gak ya erica klo tau kemampuan feri

2025-02-20

0

Frando Wijaya

Frando Wijaya

begitu lht kecantikan luar biasa...mlh dtg detak jantung? jiah 🙄💢

2025-02-12

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2 Chapter 2 : Upacara Kontrak
3 Chapter 3 : Menyelinap
4 Chapter 4 : Pertunangan
5 Chapter 5 : Ramalan
6 Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7 Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8 Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9 Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10 Chapter 10 : Dua Bunga
11 Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12 Chapter 12 : Kecurigaan
13 Chapter 13 : Galau
14 Chapter 14 : Akademi Astralis
15 Chapter 15 : Hari Pertama
16 Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17 Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18 Chapter 18 : Acara Bulanan
19 Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20 Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21 Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22 Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23 Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24 Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25 Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26 Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27 Chapter 27 : Praktik Dungeon
28 Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29 Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30 Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31 Chapter 31 : Manticore
32 Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33 Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34 Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35 Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36 Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37 Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38 Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39 Chapter 39 : Kencan
40 Chapter 40 : Kencan #2
41 Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42 Chapter 42 : Senjata Roh
43 Chapter 43 : Membolos
44 Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45 Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46 Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47 Chapter 47 : Pengusiran!?
48 Chapter 48 : Latihan
49 Chapter 49 : Mimpi Buruk
50 Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51 Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52 Chapter 52 : Hari Festival
53 Chapter 53 : Kekacauan
54 Chapter 54 : Mengamuk
55 Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56 Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57 Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58 Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59 Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60 Side Story Eliza : Istana
61 Side Story Eliza : Berbakat!
62 Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63 Side Story Eliza : Menyelinap
64 Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65 Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66 Season 2 : Prolog
67 [Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2
Chapter 2 : Upacara Kontrak
3
Chapter 3 : Menyelinap
4
Chapter 4 : Pertunangan
5
Chapter 5 : Ramalan
6
Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7
Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8
Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9
Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10
Chapter 10 : Dua Bunga
11
Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12
Chapter 12 : Kecurigaan
13
Chapter 13 : Galau
14
Chapter 14 : Akademi Astralis
15
Chapter 15 : Hari Pertama
16
Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17
Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18
Chapter 18 : Acara Bulanan
19
Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20
Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21
Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22
Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23
Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24
Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25
Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26
Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27
Chapter 27 : Praktik Dungeon
28
Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29
Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30
Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31
Chapter 31 : Manticore
32
Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33
Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34
Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35
Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36
Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37
Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38
Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39
Chapter 39 : Kencan
40
Chapter 40 : Kencan #2
41
Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42
Chapter 42 : Senjata Roh
43
Chapter 43 : Membolos
44
Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45
Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46
Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47
Chapter 47 : Pengusiran!?
48
Chapter 48 : Latihan
49
Chapter 49 : Mimpi Buruk
50
Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51
Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52
Chapter 52 : Hari Festival
53
Chapter 53 : Kekacauan
54
Chapter 54 : Mengamuk
55
Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56
Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57
Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58
Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59
Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60
Side Story Eliza : Istana
61
Side Story Eliza : Berbakat!
62
Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63
Side Story Eliza : Menyelinap
64
Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65
Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66
Season 2 : Prolog
67
[Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!