Chapter 18 : Acara Bulanan

Hari-hari berlalu dengan cepat hingga memasuki minggu ketiga. Pada pagi itu, suasana di kelas 1-D terasa berbeda ketika Instruktur Edward berdiri di depan kelas dengan sikap lebih formal dari biasanya. Ia menatap seluruh siswa dengan serius sebelum mulai berbicara.

"Baik, dengarkan semuanya. Untuk satu minggu ke depan, kita akan fokus belajar di lapangan," ucapnya dengan nada tegas, memancing perhatian seluruh siswa.

"Kenapa tiba-tiba di lapangan, Instruktur?" salah seorang siswa bertanya dengan penasaran.

Instruktur Edward tersenyum tipis, lalu melanjutkan, "Karena di akhir bulan nanti akan diadakan Pertandingan Antar Kelas, sebuah tradisi bulanan di Akademi Astralis. Ini adalah kesempatan bagi setIap kelas untuk membuktikan kekuatan dan kemampuan mereka."

Mendengar hal itu, suara bisik-bisik mulai memenuhi ruangan. Banyak siswa yang terlihat bersemangat, sementara sebagian lainnya tampak gugup.

Viana mengangkat tangannya, lalu berdiri. "Instruktur!" serunya dengan nada percaya diri.

"Ya, Viana. Ada yang ingin kau tanyakan?" Edward mempersilakan dengan anggukan kecil.

"Bagaimana aturan pertandingan itu?" tanyanya dengan nada penuh perhatian, jelas ingin memastikan semua informasi.

Instruktur Edward menjelaskan dengan detail, "Pertandingan ini adalah pertarungan tim. Setiap kelas akan memilih lima siswa terbaik untuk menjadi perwakilan mereka. Perwakilan ini akan saling bertarung dengan sistem eliminasi hingga satu kelas dinyatakan sebagai pemenang. Selain kehormatan, akan ada hadiah istimewa untuk kelas yang memenangkan pertandingan."

Bisik-bisik di kelas semakin ramai. Beberapa siswa mulai mendiskusikan siapa yang akan menjadi perwakilan kelas mereka. Sebagian besar tatapan tertuju pada Viana, yang selama ini dikenal sebagai salah satu murid terbaik.

"Viana-sama pasti salah satu perwakilan," gumam seorang siswa di barisan belakang.

"Sudah jelas. Tapi siapa empat orang lainnya?" tanya siswa lain dengan nada penasaran.

Sementara itu, Ferisu, yang duduk di sudut dengan mata setengah tertutup, tampak tak peduli. Ia hanya bersandar di kursinya sambil menguap pelan. Erica, yang duduk di sebelahnya, melirik Ferisu dengan ekspresi tak percaya.

"Jangan bilang kau akan menghindar lagi dari hal seperti ini," bisik Erica dengan nada sindiran.

Ferisu hanya mengangkat bahu santai. "Tentu saja. Aku tak tertarik dengan hal semacam ini," jawabnya malas.

Namun, tanpa sepengetahuan Ferisu, tatapan Viana sempat tertuju padanya selama beberapa detik, penuh dengan rasa penasaran. Seolah ada sesuatu dalam dirinya yang ingin membuktikan bahwa Ferisu lebih dari sekadar "Pangeran Sampah" seperti yang sering dibicarakan.

...----------------...

Latihan berlangsung dengan intensitas tinggi hingga memasuki hari keempat. Pada hari itu, Instruktur Edward berdiri di depan kelas dengan wajah serius, mengumumkan lima siswa yang akan menjadi perwakilan kelas 1-D dalam Pertandingan Antar Kelas.

"Setelah mempertimbangkan kemampuan dan hasil latihan kalian selama ini, berikut adalah lima siswa yang akan mewakili kelas kita," ucap Edward tegas.

Pertama, Viana Voltaire. Tak ada yang terkejut dengan nama itu. Dengan kemampuan luar biasanya dalam menguasai dua atribut sihir, air dan petir, serta kontrak dengan dua roh kuat—Thunder Bird dan Jormungar, Viana adalah kandidat terbaik. Bahkan, banyak yang mengatakan bahwa kemampuannya setara dengan siswa tahun ketiga.

Kedua, Erica Valcrest. Sebagai salah satu siswa paling berbakat, Erica dikenal karena pengendalian elemen airnya yang telah ia tingkatkan menjadi es. Dengan dua roh kontrak yang sangat loyal padanya, Erica adalah kekuatan tak terbantahkan di kelas.

Ketiga, Licia Elvengarden. Sebagai elf, Licia memiliki hubungan istimewa dengan roh, dan ia berhasil menjalin kontrak dengan roh angin tingkat tinggi. Teknik dan pengendaliannya yang elegan menjadi aset besar bagi tim.

Keempat, Markus Grimwald. Satu-satunya perwakilan laki-laki dari kelas 1-D. Markus adalah seorang pengguna pedang sihir yang memiliki roh kontrak dengan atribut api, Salamander. Kombinasi kecepatan dan kekuatan membuatnya menjadi petarung garis depan yang tangguh.

Kelima, Selena Frost. Gadis ini adalah spesialis sihir berbasis es dengan roh kontrak berbentuk burung salju. Kecepatan merapal mantra dan kemampuannya dalam merancang strategi menjadikannya salah satu anggota tim yang paling serba bisa.

Instruktur Edward memandang para siswa yang terpilih. "Kalian berlima akan menerima pelatihan khusus selama dua hari ke depan. Gunakan waktu ini sebaik mungkin untuk mengasah kemampuan kalian."

Suasana di kelas menjadi ramai dengan bisik-bisik. Sebagian besar siswa terlihat antusias membicarakan para perwakilan, sementara yang lain tampak iri karena tak terpilih.

Namun, di pojok kelas, Ferisu tampak sama sekali tidak terpengaruh. Ia bersandar di kursinya dengan tatapan bosan, seperti tidak peduli dengan semua yang terjadi.

"Dan bagaimana dengan Ferisu-sama?" salah seorang siswa berbisik dengan nada mengejek.

"Dia? Seperti biasa, tentu saja. Duduk di pinggir dan menonton tanpa melakukan apa-apa," jawab siswa lain dengan tawa kecil.

Sementara itu, Erica yang duduk di dekat Ferisu hanya meliriknya sekilas, lalu menghela napas. "Dia benar-benar tidak berubah."

Namun, Licia tampak lebih tenang. "Dia selalu seperti itu, tapi aku yakin... ada alasan di balik semua ini," gumamnya pelan, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Hari itu pun berlalu. Kelima perwakilan memulai latihan intensif, sementara Ferisu tetap berada di pinggir lapangan, duduk di bawah pohon dan tampak tak peduli. Meski demikian, sorot matanya sesekali memperhatikan latihan mereka dengan saksama—sesuatu yang tidak luput dari perhatian Erica.

"Apa yang sebenarnya dia pikirkan?" Erica bergumam pelan, tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

.

.

.

Hari pertandingan bulanan yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Suasana di Akademi Kerajaan begitu semarak, dengan para murid dari berbagai tingkatan berbondong-bondong menuju arena besar di pusat kawasan akademi. Sorak-sorai dan bisikan antusias terdengar di mana-mana, membangun atmosfer penuh semangat dan persaingan.

Arena tersebut dirancang dengan megah, menyerupai koloseum besar dengan kursi-kursi melingkar mengelilingi lapangan utama. Sembilan puluh murid yang terpilih sebagai perwakilan dari delapan belas kelas telah berkumpul, masing-masing terdiri dari lima orang dalam satu tim.

Kepala Akademi, seorang pria tua dengan jubah sihir berwarna emas, berdiri di podium pusat. Suaranya yang kuat bergema di seluruh arena melalui alat sihir pengeras suara.

"Selamat datang, siswa-siswa Akademi Kerajaan, di pertandingan bulanan kita! Ini adalah kesempatan bagi kalian untuk menunjukkan kemampuan, kerja sama, dan strategi tim. Dalam pertandingan ini, bukan hanya kekuatan individu yang diuji, tetapi juga kemampuan kalian untuk bekerja sebagai satu kesatuan."

Sorakan menggema dari tribun, menambah semangat para peserta.

"Seperti yang kalian ketahui," lanjut Kepala Akademi, "pertandingan ini akan dilakukan dalam format team battle. Setiap tim terdiri dari lima perwakilan kelas, dan mereka akan berhadapan dengan tim dari kelas lainnya. Kelas yang mampu menunjukkan kerja sama terbaik dan memenangkan paling banyak pertandingan akan dinobatkan sebagai juara bulan ini!"

Setelah pengumuman selesai, masing-masing tim diperkenalkan berdasarkan kelas dan tahun ajarannya.

"Perwakilan dari kelas 1-D: Viana Voltaire, Erica Valcrest, Licia Elvengarden, Markus Grimwald, dan Selena Frost!"

Sorakan bergemuruh dari tribun kelas 1-D. Nama-nama itu memang sudah dikenal luas di kalangan siswa, terutama Viana dan Erica yang dianggap sebagai siswa paling berbakat di tahun ajaran mereka.

Di salah satu sudut arena, Ferisu duduk santai di kursi penonton bersama beberapa siswa lain yang tidak ikut bertanding. Wajahnya tampak biasa saja, tanpa ekspresi antusias.

"Aku heran kenapa dia tidak terpilih," salah satu siswa berbisik.

"Dia? Tidak mungkin. Pangeran Pemalas tidak punya tempat dalam pertandingan seperti ini," jawab siswa lain dengan nada mengejek.

Sementara itu, Erica dan Licia, yang berdiri di atas panggung bersama rekan-rekan mereka, sesekali melirik ke arah Ferisu. Mereka tahu bahwa di balik sikap santainya, Ferisu bukanlah orang yang bisa diremehkan. Namun, bahkan mereka tidak tahu apa yang sebenarnya ia rencanakan.

Pertandingan segera dimulai, dan arena memancarkan cahaya sihir, membagi lapangan menjadi beberapa zona kecil untuk mengakomodasi pertandingan yang berlangsung secara bersamaan.

Di zona mereka, tim kelas 1-D berdiri berhadapan dengan tim kelas 1-B, yang dikenal memiliki anggota-anggota yang tangguh, termasuk seorang siswa dengan roh kontrak tingkat tinggi.

"Pertandingan pertama, kelas 1-D melawan kelas 1-B!" suara wasit menggema, membuat para penonton bersorak riuh.

"Ini waktunya kita menunjukkan kehebatan kelas kita," kata Viana sambil menggenggam pedangnya dengan percaya diri.

"Jangan gegabah," Erica memperingatkan, suaranya dingin namun penuh keyakinan. "Kerja sama adalah kunci di sini."

Licia mengangguk pelan, siap dengan mantra pendukungnya, sementara Markus dan Selena berdiri di belakang, sudah Menyusun strategi.

"Mulai!" aba-aba wasit memecah ketegangan, dan pertandingan pun dimulai.

Di tribun, Ferisu menyaksikan dengan ekspresi datar, tetapi matanya mengamati setiap gerakan timnya dengan cermat. Ada kilatan tajam yang hampir tak terlihat di balik sikap acuhnya.

Terpopuler

Comments

Frando Wijaya

Frando Wijaya

pedang sihir lg 😒

2025-02-12

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2 Chapter 2 : Upacara Kontrak
3 Chapter 3 : Menyelinap
4 Chapter 4 : Pertunangan
5 Chapter 5 : Ramalan
6 Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7 Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8 Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9 Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10 Chapter 10 : Dua Bunga
11 Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12 Chapter 12 : Kecurigaan
13 Chapter 13 : Galau
14 Chapter 14 : Akademi Astralis
15 Chapter 15 : Hari Pertama
16 Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17 Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18 Chapter 18 : Acara Bulanan
19 Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20 Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21 Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22 Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23 Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24 Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25 Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26 Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27 Chapter 27 : Praktik Dungeon
28 Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29 Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30 Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31 Chapter 31 : Manticore
32 Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33 Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34 Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35 Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36 Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37 Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38 Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39 Chapter 39 : Kencan
40 Chapter 40 : Kencan #2
41 Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42 Chapter 42 : Senjata Roh
43 Chapter 43 : Membolos
44 Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45 Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46 Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47 Chapter 47 : Pengusiran!?
48 Chapter 48 : Latihan
49 Chapter 49 : Mimpi Buruk
50 Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51 Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52 Chapter 52 : Hari Festival
53 Chapter 53 : Kekacauan
54 Chapter 54 : Mengamuk
55 Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56 Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57 Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58 Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59 Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60 Side Story Eliza : Istana
61 Side Story Eliza : Berbakat!
62 Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63 Side Story Eliza : Menyelinap
64 Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65 Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66 Season 2 : Prolog
67 [Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2
Chapter 2 : Upacara Kontrak
3
Chapter 3 : Menyelinap
4
Chapter 4 : Pertunangan
5
Chapter 5 : Ramalan
6
Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7
Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8
Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9
Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10
Chapter 10 : Dua Bunga
11
Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12
Chapter 12 : Kecurigaan
13
Chapter 13 : Galau
14
Chapter 14 : Akademi Astralis
15
Chapter 15 : Hari Pertama
16
Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17
Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18
Chapter 18 : Acara Bulanan
19
Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20
Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21
Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22
Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23
Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24
Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25
Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26
Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27
Chapter 27 : Praktik Dungeon
28
Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29
Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30
Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31
Chapter 31 : Manticore
32
Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33
Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34
Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35
Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36
Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37
Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38
Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39
Chapter 39 : Kencan
40
Chapter 40 : Kencan #2
41
Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42
Chapter 42 : Senjata Roh
43
Chapter 43 : Membolos
44
Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45
Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46
Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47
Chapter 47 : Pengusiran!?
48
Chapter 48 : Latihan
49
Chapter 49 : Mimpi Buruk
50
Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51
Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52
Chapter 52 : Hari Festival
53
Chapter 53 : Kekacauan
54
Chapter 54 : Mengamuk
55
Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56
Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57
Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58
Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59
Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60
Side Story Eliza : Istana
61
Side Story Eliza : Berbakat!
62
Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63
Side Story Eliza : Menyelinap
64
Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65
Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66
Season 2 : Prolog
67
[Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!