Chapter 4 : Pertunangan

Lima Tahun Kemudian

Pagi itu, hiruk-pikuk istana Velmoria telah dimulai. Para pelayan berlarian ke sana ke mari, sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk rapat keluarga kerajaan yang penting. Namun di salah satu sudut istana, sebuah kamar tetap hening, meskipun kegaduhan terdengar jelas dari luar.

Seorang pelayan berdiri panik di depan tempat tidur, mencoba membangunkan penghuninya yang masih terbaring dengan santai.

"Ferisu-sama! Ferisu-sama! Bangunlah, ini sudah pagi!" serunya, mengguncang tubuh pemuda yang berselimut tebal.

Ferisu Von Velmoria, sang pangeran ketiga kerajaan, hanya meringkuk lebih dalam di bawah selimutnya. Rambut hitamnya yang berantakan menutupi sebagian wajahnya, sementara mata ungu gelapnya tetap terpejam, tidak peduli pada dunia.

"Lima menit lagi..." gumamnya pelan dengan suara serak.

Pelayan itu menghela napas panjang, setengah putus asa. "Ferisu-sama, ini bukan waktunya bermalas-malasan! Raja telah meminta Anda untuk datang! Anda harus segera bersiap!"

Ferisu mengintip dengan satu mata yang setengah terbuka. "Jam berapa sekarang?" tanyanya, suaranya penuh rasa malas.

"Sudah jam delapan pagi, Ferisu-sama!" Pelayan itu hampir kehabisan kesabaran.

Dengan santainya, Ferisu kembali menarik selimutnya. "Jam delapan masih terlalu pagi untuk urusan tidak penting. Aku akan bangun jam sepuluh."

Pelayan itu mendengus frustrasi. "Kalau begini terus, saya akan memanggil Verina-sama!" ancamnya, suaranya lebih keras.

Mata Ferisu langsung terbuka lebar, dan ia mendesah panjang. "Sudah terlambat," katanya lesu, matanya menatap pintu kamar yang perlahan terbuka.

Verina Von Velmoria, kakak perempuan tertuanya, muncul dengan langkah anggun namun tegas. Rambut peraknya yang panjang tergerai sempurna, sementara mata birunya memancarkan ketegasan dan wibawa seorang putri. Aura dingin dan otoritasnya memenuhi ruangan, membuat pelayan yang tadi lantang bicara kini mundur dengan hormat.

"Adikku yang pemalas," ucap Verina dengan nada lembut namun mengandung ancaman tersembunyi. "Kali ini aku sendiri yang akan membawamu."

Ferisu, yang biasanya tenang, langsung meloncat dari tempat tidur dengan kepanikan yang jelas. "Tidak, tunggu! Aku bisa pergi sendiri! Tidak perlu tamparan pagi hari, Kak!"

Namun, Verina hanya tersenyum kecil, senyuman yang lebih menyeramkan daripada tatapan dinginnya. "Oh, aku hanya memastikan kau benar-benar bangun."

Ferisu segera berlari ke arah jendela, berniat melompat keluar seperti yang sering dilakukannya untuk melarikan diri. Tapi kali ini, ia terkejut karena mendapati jendelanya telah terkunci dengan sihir.

"Apa?! Kau bahkan mengunci jendelaku?!" pekiknya frustrasi.

"Tentu saja," jawab Verina santai, mengayunkan tangannya. Cahaya biru berkilauan muncul dari ujung jarinya, dan dengan satu gerakan, tirai jendela terbuka paksa, memperlihatkan pemandangan taman istana yang indah. "Jika kau pikir aku tidak mempersiapkan ini, kau sangat meremehkanku, Ferisu."

Ferisu melirik pintu kamar, lalu jendela yang tak mungkin dilewati. Ia mencoba melarikan diri, tapi Verina sudah lebih dulu bergerak, menangkap kerah bajunya dengan cekatan.

"Berhenti kabur!" Verina menariknya kembali dengan mudah, meskipun Ferisu meronta-ronta.

"Argh, kakak! Ini kekerasan! Aku akan mengadu pada Ayah!" seru Ferisu, mencoba melepaskan diri.

Verina menatapnya dengan tajam, lalu melayangkan tamparan ringan ke pipinya.

Plak!

"Berhenti merengek seperti anak kecil," ucap Verina dengan tenang, meski ada ancaman dingin di balik kata-katanya.

Ferisu memegangi pipinya yang perih, menatap kakaknya dengan kesal. "Kau benar-benar iblis dalam wujud manusia!"

Verina mengabaikannya dan menarik Ferisu keluar dari kamar, menyeretnya melewati koridor istana.

Di sepanjang jalan, para pelayan hanya bisa menunduk, berusaha tidak tertawa melihat pangeran ketiga yang diperlakukan seperti anak kecil.

"Ayo cepat! Kita tidak boleh terlambat," kata Verina sambil terus menyeret adiknya.

Ferisu menghela napas panjang, menyerah pada nasibnya. "Kenapa hidupku seperti ini...?" gumamnya pelan, tapi Verina masih bisa mendengarnya.

"Karena kau terlalu malas untuk menjalani hidupmu dengan benar," jawab Verina tanpa menoleh.

Ferisu hanya menggerutu dalam hati, tahu bahwa melawan kakaknya hanya akan membuat keadaan semakin buruk.

Di Ruang Tamu Istana Velmoria

Raja Velmoria telah duduk dengan tenang di singgasananya, ditemani oleh Ratu di sisi kirinya. Di hadapan mereka, sepasang suami istri dengan pakaian bangsawan yang megah duduk dengan sopan. Bersama mereka, seorang gadis remaja dengan rambut perak yang halus duduk anggun, meskipun raut wajahnya terlihat tidak senang. Mereka adalah keluarga Duke—bangsawan dengan pengaruh besar di Velmoria.

Suasana ruangan terasa berat namun tetap dijaga formalitasnya. Hingga akhirnya, pintu ruangan terbuka, dan suara langkah berat terdengar.

"Maaf karena terlambat, Ayah," ucap Verina dengan nada dingin, menyeret Ferisu yang masih mengenakan baju tidur berwarna kusam. Rambutnya berantakan, matanya tampak malas, dan wajahnya mencerminkan keengganan berada di sana.

Raja Velmoria mengangguk, sebuah senyuman tipis menghiasi wajahnya. "Terima kasih, Verina. Kau benar-benar dapat diandalkan."

Ferisu mengerutkan kening. Ia sudah menduga sesuatu yang buruk sedang menunggunya di sini. "Ada apa, Ayah? Kenapa aku dipanggil ke ruangan ini sepagi ini?" tanyanya curiga.

Raja tersenyum misterius, membuat Ferisu merasa semakin gelisah. "Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Ferisu. Duduklah dulu."

Dengan enggan, Ferisu berjalan ke tengah ruangan dan duduk di kursi di antara Raja dan Ratu. Ia menyandarkan tubuhnya dengan santai, meski tatapannya penuh kewaspadaan.

Raja menunjuk Ferisu dengan bangga. "Ini adalah putra bungsu kami, Pangeran Ketiga Kerajaan Velmoria, Ferisu Von Velmoria."

Namun, reaksi yang didapat jauh dari rasa hormat.

"Benar-benar persis seperti rumor..." gumam gadis berambut perak di kursi seberang, suaranya pelan namun cukup jelas untuk didengar semua orang di ruangan.

Duke, ayah gadis itu, langsung menegurnya. "Erica! Jaga kata-katamu!" Nada suaranya tegas, meskipun matanya menunjukkan rasa cemas.

Gadis bernama Erica itu hanya melirik ayahnya, lalu mengalihkan pandangannya tanpa sepatah kata. Sikapnya dingin, seolah tak tertarik dengan situasi di sekitarnya.

"Maafkan ketidaksopanan putriku, Yang Mulia," ujar Duke dengan nada penuh penyesalan, menundukkan kepalanya.

Namun Raja Velmoria hanya tertawa ringan. "Tak apa. Lagi pula, Ferisu tidak akan terlalu peduli dengan komentar seperti itu. Lihat saja."

Semua mata tertuju pada Ferisu. Pangeran ketiga itu sedang duduk santai, menyeruput teh dari cangkir porselennya dengan ekspresi bosan. Ia bahkan tidak bereaksi sedikit pun terhadap ucapan Erica.

"Hah...?" Duke hanya bisa tertawa kecil, tidak percaya dengan sikap acuh Ferisu. Di dalam hatinya, ia merasa dilema yang mendalam atas apa yang akan terjadi. Namun, sebagai pewaris perjanjian lama, ia tidak punya pilihan.

Setelah hening sejenak, Raja Velmoria akhirnya berbicara dengan nada serius. "Ferisu..."

Ferisu menoleh dengan enggan, masih memegang cangkir tehnya. "Apa lagi?"

Suasana ruangan menjadi semakin berat. Raja mulai menjelaskan sebuah perjanjian yang dibuat oleh Raja sebelumnya, yaitu kakek Ferisu, dengan Duke sebelumnya. Isi perjanjian itu adalah pertunangan antara Ferisu, Pangeran Ketiga Velmoria, dan Erica, putri Duke.

Setelah mendengar hal itu, Ferisu membeku di tempat. Ia memandangi Erica yang duduk berseberangan dengannya. Gadis itu menatap balik dengan jengkel, seolah pertunangan ini hanyalah lelucon yang mengganggunya.

Kemudian Ferisu mengalihkan pandangannya ke arah Raja. Wajahnya berubah, menunjukkan ketidaksetujuan yang jelas. "Tidak! Aku tidak akan setuju dengan ini!" serunya.

Raja memandangnya dengan tenang, seolah sudah memprediksi reaksi itu. Namun sebelum Raja sempat menjawab, Ferisu meletakkan cangkir tehnya dengan kasar ke meja dan bangkit dari kursinya.

"Aku akan bicara langsung dengan Kakek mengenai ini! Ini gila!" katanya dengan nada frustrasi, lalu berlari keluar dari ruangan tanpa menunggu jawaban.

Semua yang ada di ruangan hanya bisa terdiam sesaat, mendengar langkah kaki Ferisu yang menjauh.

"Hmm, seperti yang dibilang ayah," ujar Raja, lalu menyeruput tehnya dengan tenang, seolah insiden tadi tidak pernah terjadi.

Sementara itu, Erica hanya mendesah kecil, memalingkan wajahnya ke arah jendela. Dalam hatinya, ia berpikir bahwa pertunangan ini adalah hal terburuk dalam hidupnya.

Di sisi lain, Verina yang masih berdiri di belakang kursi Raja menggelengkan kepala. "Adik bungsuku itu memang tidak pernah berubah," gumamnya sambil memandang ke arah pintu yang ditinggalkan Ferisu.

Terpopuler

Comments

Quinnela Estesa

Quinnela Estesa

kalo tokoh masih gitu-gitu aja, parah sih. kasihan kak Verina yang harus mengurusnya dan kasihan pembacanya. cuman bisa lihat tingkah laku si tokoh utama yang malas aja.

2025-02-26

1

Mizuki

Mizuki

tiba-tiba udah ilang lagi aja masalah kontrak sucinya, padahal w pingin lihat penyelesaian masalahnya🗿

2025-02-20

1

Frando Wijaya

Frando Wijaya

seenakny jodoh eh....heh 😏.... bner org dewasa sibuk ciptakn bencana sejati

2025-02-12

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2 Chapter 2 : Upacara Kontrak
3 Chapter 3 : Menyelinap
4 Chapter 4 : Pertunangan
5 Chapter 5 : Ramalan
6 Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7 Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8 Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9 Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10 Chapter 10 : Dua Bunga
11 Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12 Chapter 12 : Kecurigaan
13 Chapter 13 : Galau
14 Chapter 14 : Akademi Astralis
15 Chapter 15 : Hari Pertama
16 Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17 Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18 Chapter 18 : Acara Bulanan
19 Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20 Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21 Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22 Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23 Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24 Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25 Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26 Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27 Chapter 27 : Praktik Dungeon
28 Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29 Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30 Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31 Chapter 31 : Manticore
32 Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33 Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34 Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35 Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36 Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37 Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38 Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39 Chapter 39 : Kencan
40 Chapter 40 : Kencan #2
41 Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42 Chapter 42 : Senjata Roh
43 Chapter 43 : Membolos
44 Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45 Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46 Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47 Chapter 47 : Pengusiran!?
48 Chapter 48 : Latihan
49 Chapter 49 : Mimpi Buruk
50 Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51 Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52 Chapter 52 : Hari Festival
53 Chapter 53 : Kekacauan
54 Chapter 54 : Mengamuk
55 Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56 Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57 Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58 Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59 Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60 Side Story Eliza : Istana
61 Side Story Eliza : Berbakat!
62 Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63 Side Story Eliza : Menyelinap
64 Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65 Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66 Season 2 : Prolog
67 [Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Akhir Dan Awal Yang Baru
2
Chapter 2 : Upacara Kontrak
3
Chapter 3 : Menyelinap
4
Chapter 4 : Pertunangan
5
Chapter 5 : Ramalan
6
Chapter 6 : Pertemuan Di Hutan
7
Chapter 7 : Ah, Merepotkan...
8
Chapter 8 : Ini Tidak Masuk Akal!
9
Chapter 9 : Kenapa Hari Ini Jadi Penuh Drama?
10
Chapter 10 : Dua Bunga
11
Chapter 11 : Sisi Lain Pangeran Sampah
12
Chapter 12 : Kecurigaan
13
Chapter 13 : Galau
14
Chapter 14 : Akademi Astralis
15
Chapter 15 : Hari Pertama
16
Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!
17
Chapter 17 : Tak Tahu Malu
18
Chapter 18 : Acara Bulanan
19
Chapter 19 : Kelas 1-D VS Kelas 1-B
20
Chapter 20 : Percakapan Antara Dua Laki-laki
21
Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
22
Chapter 22 : Kalian Sudah Berusaha
23
Chapter 23 : Kenangan Masa Lalu Yang Muncul
24
Chapter 24 : Mau Dipikir Bagaimanapun Itu Tidak Masuk Akal
25
Chapter 25 : Keributan Di Perpustakaan
26
Chapter 26 : Pangeran Sampah Meminta Maaf?
27
Chapter 27 : Praktik Dungeon
28
Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga
29
Chapter 29 : Lantai Yang Belum Diketahui
30
Chapter 30 : Kemampuan Asli Sang Pangeran
31
Chapter 31 : Manticore
32
Chapter 32 : Kali Ini Saja... Aku Akan Menggunakan Sihir
33
Chapter 33 : Rahasiakan Ini...
34
Chapter 34 : Sesuatu Berubah?
35
Chapter 35 : Percakapan Di Taman
36
Chapter 36 : Kunjungan Dadakan
37
Chapter 37 : Sepertinya Ada Pesaing Yang Mulai Serius
38
Chapter 38 : Orang Bodoh Mana Yang Mau Menyerang Raja-nya Sendiri?
39
Chapter 39 : Kencan
40
Chapter 40 : Kencan #2
41
Chapter 41 : Kamu Sangat Menginginkan Kekuatan?
42
Chapter 42 : Senjata Roh
43
Chapter 43 : Membolos
44
Chapter 44 : Masih Berpikir Kau Benar-benar Mengerti Sihir?
45
Chapter 45 : Pangeran Sampah Dengan Sihirnya
46
Chapter 46 : Sepertinya Aku Dalam Bahaya Besar
47
Chapter 47 : Pengusiran!?
48
Chapter 48 : Latihan
49
Chapter 49 : Mimpi Buruk
50
Chapter 50 : Energi Yang Menjijikkan
51
Chapter 51 : Sesuatu Mulai Bergerak
52
Chapter 52 : Hari Festival
53
Chapter 53 : Kekacauan
54
Chapter 54 : Mengamuk
55
Chapter 55 : Sosok Yang Dikenal
56
Chapter 56 : Roh Dalam Legenda
57
Chapter 57 : Sudah Kubilang, kan? Kau Tak Akan Bisa Membunuhku
58
Chapter 58 : Aku Mencintaimu...
59
Side Story Eliza : Gadis Dari Daerah Kumuh
60
Side Story Eliza : Istana
61
Side Story Eliza : Berbakat!
62
Side Story Eliza : Menjadi Kuat
63
Side Story Eliza : Menyelinap
64
Side Story Eliza : Garis Depan Medan Perang
65
Side Story Eliza : Kebangkitan Dan Kehilangan
66
Season 2 : Prolog
67
[Season 2] Chapter 1 : Pengusiran Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!