BAB 20 Papa Merestui

"Enak saja pake kasih amanah segala. Harus menikahi istrinya lagi. Dika kamu harus berpikir dengan jernih. Pikirkan sekali lagi. Tindakan ini akan sangat melukai hati Amanda, bukankah kamu sangat mencintainya? Lagi pula Ammar itu sudah meninggal, jadi ga usah ikutin amanah dari orang yang sudah meninggal!"

Mama Nindi begitu berang. Ia tidak bisa menerima kenyataan kalau anak semata wayangnya harus menikahi janda beranak satu. Ia merasa sia-sia sudah menyekolahkannya tinggi-tinggi ternyata dapat jodohnya tidak sesuai harapan.

Dikara menghela napas dalam-dalam, ia merasa sedih karena harus menyakiti Amanda dan membuat kecewa Mamanya.

"Dika memang mencintainya Amanda, Ma. Tapi itu dulu sebelum dapat amanah dari Ammar. Dika tahu, Ma. Amanda pasti akan terluka. Tapi Dika harus memenuhi amanah tersebut Ma, Dika tidak bisa mengabaikan amanah yang sudah diberikan pada Dika secara langsung. Untuk itu Dika siap menjaga kepercayaannya menjaga istri dan anaknya untuk selamanya," kata Dikara dengan suara yang lembut.

"Kenapa? Karena Ammar sahabatmu? Karena Ammar pernah berbuat baik padamu? Pikir pake logika Dik, kamu jangan memilih seorang janda beranak satu. Bisa-bisa reputasimu hancur. Ingat, Amanda lebih cantik, mapan, dokter pula. Kalau kamu dengan Amanda, sudah dapat dipastikan rumah sakit akan berkembang dengan pesat," sergah Mama Nindi tidak habis pikir dengan jalan pikiran anaknya.

Dikara mendengarkan kata-kata ibunya dengan sabar dan memahami kekhawatiran ibunya. Namun, ia tetap pada keputusannya.

"Ma, Dika memahami kekhawatiran Mama, tapi Dika tidak bisa memilih pasangan hidup Dika berdasarkan reputasi atau keuntungan material. Dika harus memilih pasangan yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip hidup Dika. Dan Dika telah memutuskan untuk memenuhi amanah Ammar dan menikahi istrinya," kata Dikara dengan suara yang teguh, tetap pada pendirian.

Mama Nindi bangkit dari tempat duduknya, matanya memerah karena marah dan kecewa.

"Tidak, Dika! Mama tidak setuju! Mama tidak bisa menerima keputusanmu menikahi janda beranak satu itu! Apa yang akan orang lain katakan? Apa yang akan mereka pikirkan tentang kita? Kamu anak pewaris tunggal keluarga Hulaimi, sudah sepantasnya kamu menikah dengan orang yang minimal setara dengan kita bukan seorang janda. Benar-benar malu kalau pernikahan itu terjadi!" Mama Nindi berbicara dengan nada yang tinggi dan penuh emosi, tidak bisa menahan kekecewaannya.

Papa Fahmi hanya bergeming. Hanya mencerna kata-kata kedua orang yang sangat ia sayangi.

"Papa ngomong dong, jangan diam saja. Ini menyangkut masa depan anak kita lho!" protes Mama Nindi melihat suaminya hanya diam tak bersuara.

Papa Fahmi menghela nafasnya dalam-dalam. Seraya menatap istrinya dengan tajam,

"Mama sudah ngomongnya?"

Mama Nindi diam, wajahnya cemberut menahan kekecewaan.

"Kalau Mama bicara terus, Papa mendingan diam, daripada terjadi kericuhan," kata Papa benar adanya.

"Ya sudah sekarang Papa yang ngomong, nasehati Dika biar engga membantah nasehat orang tua. Mama ke dapur dulu!"

Mama Nindi beranjak namun dicegah Papa.

"Tidak perlu ke kemana-mana. Duduk dan dengarkan ucapan Papa!" ujar Papa tegas.

Mama Nindi tidak jadi pergi dari samping suaminya. Ia kemudian duduk kembali mendengarkan ucapan suaminya yang bijak dalam berbicara.

"Papa sangat paham, keputusan yang Dika ambil pasti sudah melalui proses istikharah, benar?" tebak Papa, matanya menatap Dika meminta jawaban yang pasti.

"Iya Pa, Papa benar," jawab Dika jujur.

"Nah karena proses tersebut sangat dianjurkan maka hasilnya pun insya Allah akan menjadi baik karena memang sudah ada campur tangan dari Allah. Kita harus ingat, apa yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita kedepannya. Jadi menurut Papa, Mama harus bisa menerima takdir ini. Bukankah yang akan menjalani rumah tangga itu anak kita? Bukan kita atau orang lain. Orang lain hanya melihat, mendengar saja tanpa tahu apa yang kita rasakan,"

"Tapi Pa...Mama tidak bisa menerima ini," Mama Nindi menggeleng-gelengkan kepalanya.

Papa Fahmi tersenyum lembut. Ia harus menghadapi istrinya dengan kepala dingin. Ia melanjutkan ucapannya dengan bijak, mencoba membuat Mama Nindi memahami dan menerima keputusan Dika.

"Mama harus ingat, kita sebagai orang tua hanya bisa memberikan nasihat dan bimbingan, tapi keputusan akhir ada di tangan anak kita sendiri. Kita harus percaya bahwa Dika sudah dewasa dan bisa membuat keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri. Dika yang akan menjalani rumah tangganya. Dika juga yang akan menanggung segala konsekuensinya. Kita hanya bisa mendoakan agar rumah tangga Dika dan istrinya langgeng selamanya," Papa Fahmi kemudian memeluk Mama Nindi, mencoba menenangkan dan menghiburnya.

"Sabar, ya Sayang. Kita harus sabar dan percaya bahwa semua ini sudah menjadi kehendak Allah. Lagi pula tanpa kita tunggu, tahu-tahu kita udah dikasih cucu. Walaupun bukan darah Dika, tapi tetap anak itu akan menjadi cucu kita,"

Mama Nindi hanya diam, masih menahan kekecewaan yang mendalam. Apalagi suaminya tidak mendengar ucapannya.

"Dika secepatnya bawa istrinya Ammar ke sini! Kenalkan pada kita, pastikan mereka tidak mengecewakan calon mertuanya!"

Dika tersenyum bangga pada Papanya.

"Terima kasih Pa. Dika akan secepatnya membawa mereka datang ke rumah ini. Dika pastikan Naya tidak akan mengecewakan Mama dan Papa. Sepintas ia tidak akan terlihat kalau dia sudah punya anak. Dia juga sangat cantik, tidak kalah dengan Amanda. Walaupun Dika belum mengenalnya, namun Dika yakin dia adalah wanita baik-baik,"

Papa Fahmi tersenyum dan mengangguk, merasa lega dan bahagia karena Dika telah membuat keputusan yang tepat.

"Papa percaya, pilihanmu yang terbaik. Bawa mereka ke sini, Papa ingin bertemu dengan Naya dan anaknya. Papa ingin melihat apakah mereka layak menjadi bagian dari keluarga kita."

"Iish apa-apaan sih Papa. Mamakan belum menyetujuinya?"

"Setuju tidak setuju kalau sudah melihat mereka, Papa yakin Mama pasti akan jatuh cinta pada mereka," ujar Papa tegas, seraya tersenyum mengusap bahu istrinya untuk menenangkannya.

Mama hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak bisa membantah keputusan suaminya. Untuk saat ini, Mama hanya bisa mengalah.

"Lantas, apa yang akan kamu katakan kepada Amanda? Apa yang akan kamu lakukan untuk membuatnya memahami keputusanmu?" tanya Papanya dengan suara yang lembut.

Mamanya juga memandangnya dengan rasa ingin tahu, menunggu jawaban Dikara tentang bagaimana ia akan menghadapi Amanda.

Dikara mengambil napas dalam-dalam dan memikirkan jawaban yang tepat.

"Dika akan mengatakannya secara langsung dan jujur pada Amanda. Dika akan menunjukkan video itu dan menjelaskan keputusan Dika. Semoga dia menerima keputusan Dika dan alasan-alasannya, dan Dika akan berusaha untuk membuatnya memahami. Terus terang Dika tidak ingin menyakiti perasaannya, tapi Dika juga tidak ingin membohonginya atau membuatnya berharap pada sesuatu yang tidak mungkin terjadi," jawab Dikara dengan suara yang serius.

Papanya mengangguk dan memandangnya dengan ekspresi yang bangga.

"Papa percaya kamu bisa melakukannya dengan baik, Nak. Kamu selalu memiliki hati yang baik dan jujur, iya kan Ma?"

"Mama sih engga yakin Amanda akan menerima keputusanmu, Dika. Mama hanya berharap kamu masih berpikir ulang agar tidak menyesal di kemudian hari, ingat itu!" Mama berlalu dengan kekecewaan yang mendalam.

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩˡ Murni𝐀⃝🥀

🍌 ᷢ ͩˡ Murni𝐀⃝🥀

Alhamdulilah papa Dika mendukung keputusan yang diambil oleh Dikara untuk menikahi mantan istri Amar

2025-02-13

2

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Memang apa salahnya kalau menikah dengan janda, jandanya Naya malah lengkap statusnya, dia di tinggal suaminya meninggal, coba kalau di tinggal selingkuh tambah buruk pasti bilangnya

2025-02-14

2

Ney Maniez

Ney Maniez

Dika mn ad yg kyk bgtu grasak-grusuk..
orang mah pdkte dlu,, ambil hatinya dlu, baru dijelaskan amanah ny,, hadehh

2025-02-23

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!