BAB 2 Terpaksa Naik Bus

Ammar sangat terkejut dengan tawaran Rudi. Ia tidak menyangka, Rudi akan menawarkan sesuatu di luar dugaannya. Padahal pengakuannya sebagai suami hanya untuk melindungi Naya dari jeratan Sang preman. Mengapa jadi dianggap serius?

"Pak maaf, saya... saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. Ini terlalu cepat." Ammar menjawab dengan terbata-bata.

Ammar merasa tawaran Ayah Naya terlalu mendadak dan tidak terduga. Dia tidak bisa memutuskan hal yang sangat penting bagi hidupnya itu sendirian. Ia harus membicarakan hal tersebut dengan kedua orang tuanya.

Naya pun ikut terkejut dengan tawaran Ayahnya. Kalau tawaran Ayahnya diterima, bagaimana dengan kekasihnya yang jauh di sana? Yang tentunya masih berharap hubungannya akan baik-baik saja.

"Tapi Yah?" Naya mencoba untuk protes.

"Sudah jangan tentang Ayah. Kamu butuh perlindungan. Ayah tidak bisa berada di sampingmu setiap hari. Kalau kamu sudah menikah, ayah merasa tenang."

"Tapi Yah, bagaimana dengan Mas Reno?"

Ia hanya sekedar mengingatkan bahwa dirinya merasa masih ada hubungan dengan kekasihnya, walaupun sudah lama tidak ada beritanya.

"Dengar! Sampai saat ini tidak ada kabar dari Reno. Sudah hampir 2 tahun tidak ada berita. Kamu masih mau menunggunya? Jangan bodoh. Kamu harus menikah dengan Ammar yang sudah menolongmu, yang sudah melindungimu."

"Tapi Naya belum kenal Ammar Yah,"

"Dengan seiring berjalannya waktu, kalian pasti akan saling mengenal dan saling mencintai. Ayah melihat ada kebaikan di hati Nak Ammar," ujar Ayahnya begitu mantap dengan pilihannya.

"Nak Ammar, kamu sekarang tinggal di mana?"

"Saya ngontrak di dekat SMP Negeri di kota ini."

"Kamu ngajar di sana?"

"Iya Pak, saya baru saja diangkat P3K di sana."

"Nah kalau begitu tidak ada alasan lagi. Pekerjaanmu sudah cukup untuk mengarungi rumah tangga bersama putri saya. Tidak ada penolakan lagi. Silakan bawa kedua orang tuamu untuk melamar anakku!" titah Rudi.

Tiba-tiba...lamunan itu terhenti manakala terdengar suara gedoran pintu dari luar. Naya terhenyak suara itu terdengar keras sekali.

Tok

Tok

Tok

"Ammar...Ammar...buka pintunya!"

Suara itu terdengar memekakkan telinga. Naya membukanya dengan perlahan. Terlihat seorang wanita paruh baya sedang berkacak pinggang.

"Aku tidak peduli suamimu seorang guru! Aku hanya mau, tunggakan kontrakan yang belum dibayar harus lunas hari ini!"

"Maaf Bu. Nunggu Mas Ammar pulang ya!"

"Tidak bisa! Enak saja, bisa-bisa aku dibohongi lagi gegara kalian mudik duluan. Sebelum mudik bayar dulu kontrakannya. Aku engga mau kejadian tahun lalu terulang lagi, paham!" ujarnya dengan sorot mata yang tajam.

"Bu maaf. Walaupun kami telat bayar tapi pada akhirnya lunas, bukan?"

"Itu dulu. Sekarang tidak bisa begitu. Ingat bayar dulu baru mudik!" hardiknya.

"Iya...iya, aku bayar sekarang!" ujar Naya pada akhirnya mengalah juga.

Naya beranjak menuju kamarnya. Dia mengambil uang yang seharusnya ia gunakan untuk menyewa mobil, untuk bisa mudik tahun ini. Tapi harus kandas. Ia harus rela berdesakan dengan penumpang lain di dalam bus.

"Ini ya bu. Jadi lunas tidak ada tunggakan lagi," Naya menyerahkan uang 1 juta untuk melunasi kontrakannya.

Sekarang Naya sudah mengarungi rumah tangga bersama Ammar hampir dua tahun. Dan kini Naya sedang hamil besar.

Sejak menikah, penampilan Naya berubah. Dia berpakaian lebih sopan, memakai gamis hampir setiap hari. Dia tidak lagi bekerja. Dia menjadi ibu rumah tangga yang patuh pada suaminya, karena Ammar selalu menunjukkan cinta kasihnya yang membuatnya merasa ada di atas awan.

"Mas tadi yang punya kontrakan nangih. Dia tidak sabar ingin segera dilunasi. Jadi terpaksa deh uang buat nyewa mobil dipake bayar kontrakan." kata Naya begitu Ammar pulang dari sekolah.

Mereka rencananya sepulang sekolah mau berangkat mudik.

"Ya sudah tidak apa-apa. Maaf ya tahun ini kita mudiknya naik bus. Semoga si utun baik-baik saja," Ammar mengusap perut Naya yang semakin membesar.

Naya tidak bisa berbuat apa-apa. Ia menerima keputusan Ammar karena keadaan.

Mereka pun berangkat ke terminal dengan menggunakan angkot. Senyum Ammar selalu tersungging di bibirnya.

Sesampainya di terminal, Naya hanya bergeming menatap bus warna ungu yang hampir penuh. Ia merasa tidak yakin untuk menaiki bus tersebut.

"Mas yakin akan naik bus ini? Sudah penuh lho Mas," Naya merasa ragu untuk naik bus tersebut.

Ammar tersenyum, "Mau gimana lagi, Sayang. Tidak ada bus lain selain ini. Akan ada lagi jam lima sore. Bisa-bisa kita kemalaman sampai sana. Kita harus cepat sebelum tempat duduk yang kosong itu diduduki orang lain!" Netranya masih melihat ke atas untuk memastikan jok yang kosong.

Ammar menarik tangan Naya dengan pelan, "Nah duduk sini ya! Biar Mas yang berdiri,"

Naya menggeserkan badannya memberikan ruang buat Ammar, "Sini Mas duduk, lumayan dikit juga. Yang penting nempel, jadi engga usah berdiri," ujar Naya berusaha berbagi tempat duduk.

"Ga usah Sayang. Biar Mas berdiri saja. Biar sambil jagain kamu," tolak Ammar sambil memegang tiang dalam bus.

"Tapi Mas. Akan sangat berbahaya kalau Mas tetap berdiri. Lagi pula jarak tujuan kita masih jauh," ujar Naya mengingatkan.

"Engga apa-apa Sayang. Nanti kan ada penumpang yang turun di Kalideres, jadi Mas bisa duduk dekat kamu juga," Ammar masih pada pendiriannya.

Naya mendengus kesal. Untuk kesekian kalinya Ammar tidak mengindahkan ucapannya.

Ammar dengan terpaksa naik bus tersebut karena memang tidak ada lagi bus yang menuju tempat kelahirannya.

Bus berjalan lambat. Walau penumpang sudah penuh, kernet bus tersebut masih menarik penumpang lain.

Kernet terlihat turun, masih menawarkan mobilnya pada penumpang yang benar-benar sangat ingin secepatnya sampai ke kampung halaman.

Kernet kembali naik setelah memasukkan beberapa penumpang. Pintu bagian depan sudah ditutup, karena sudah melebihi kapasitas. Sementara pintu belakang masih terbuka,

"Pir...mau taro di mana penumpangnya? Ini sudah penuh lho!" protes salah satu penumpang yang ikut berdesakan di dalam bus tersebut.

"Ampun deh, memangnya kita ikan teri apa, dioven begini?" protes penumpang lainnya sambil mengipas badannya yang mulai kegerahan.

"Eh Net, kamu bisa lihat tidak? Di dalam sudah sesak. Masa mau nambah penumpang lagi, dasar engga punya hati!"

"Protes sama sopirnya bu, jangan ke saya. Saya cuma jalanin tugas," kilah kernet beralasan.

"Kamu dong yang kasih tahu ke sopirnya, jangan diem aja kayak kebo!" titah penumpang lain sewot.

Kernet hanya tertawa. Ia masih saja mengangkut penumpang yang akan turun di Kalideres. Memang hanya bus tersebut yang terkenal sangat terjangkau ongkosnya.

Makin lama bus yang mereka tumpangi semakin penuh. Sehingga bus terasa sesak dan sumpek.

Bagai ikan teri yang dioven, para penumpang yang duduk saling berdesakan, bahkan ada yang berdiri di lorong bus. Ammar yang berdiri di dekat pintu belakang, merasa tidak nyaman dengan keadaan bus yang seperti ini. Dia khawatir bus akan kehilangan kendali dan menyebabkan kecelakaan.

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf Zeno Bachtiar◌ᷟ⑅⃝ͩ●

❤️⃟Wᵃf Zeno Bachtiar◌ᷟ⑅⃝ͩ●

ammar orangnya romantis dan sayang. sungguh bahagia mempunyai suami seperti dia. bahkan lebih mencintai orang lain drpd diri sndiri

2025-02-17

3

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

siap siap masuk penjara kamu, benar benar Ndak waras ini sopir dan kernet nya

2025-01-26

3

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

supirrr jmn dlu bgtu tuh, tpi skrng udh ga bnyk yg ugal²an

2025-01-27

3

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!