BAB 14 Janji Dikara

"Selamat malam Bu Naya!" sapa seorang suster yang datang bersama dr. Dikara.

Naya bergeming. Ia masih asik dengan lamunannya. Mengingat masa lalunya bersama Reno yang harus kandas di tengah jalan hingga kebersamaannya dengan Ammar yang berakhir dengan kepedihan. Matanya mengembun. Ia tidak menyadari kedatangan 2 orang yang berada di dalam kamarnya.

Naya terbangun dari lamunannya ketika suster itu menyapanya lagi, kali ini dengan suara yang lebih keras.

"Bu Naya, selamat malam! Dokter Dikara ingin berbicara dengan Anda," katanya dengan senyum.

Naya terhenyak, seraya menggelengkan kepala, mencoba untuk menghilangkan bayangan masa lalunya yang masih terasa pahit. Ia mengusap air mata dengan punggung tangannya.

Ia memandang dr. Dikara dan suster itu dengan mata yang masih terlihat sedih.

"Maaf, dokter. Saya sedang...," katanya dengan suara yang pelan.

Dokter Dikara tersenyum, dia berdiri di sebelah Naya.

"Tidak apa-apa, Bu Naya. Saya mau memeriksa kondisi Ibu sekarang!" katanya dengan suara yang lembut.

Naya mengangguk, ia mengulurkan tangan kirinya, membiarkan dokter memeriksa kondisinya.

Dokter Dikara memeriksa nadi dan tekanan darah Naya dengan teliti. Setelah itu, ia memeriksa perut Naya dengan hati-hati. Naya merasa sedikit tidak nyaman, tapi ia tahu bahwa pemeriksaan ini penting untuk memantau kesehatannya dan kesehatan janinnya.

"Semuanya terlihat baik, Bu Naya," kata dr. Dikara dengan senyum.

"Sebaiknya Bu Naya tetap beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat. Jangan lupa obatnya diminum. Nanti 2 jam sekali bayi akan diantar kemari untuk diberi ASI,"

"Baik dok,"

"ASInya lancar, kan?" tanya Dikara ingin memastikan produksi ASI Naya tidak kekurangan. Sehingga asupan ASI buat si bayi terpenuhi dengan baik.

"Lancar dok, tapi sepertinya bayiku mengalami kesulitan..."

Dikara tersenyum, "Tidak apa-apa nanti juga terbiasa. Oiya Bu, mohon izin. Jenazah suami Ibu, akan diantarkan ke rumahnya di Garut, malam ini," jelas Dikara.

Naya memicingkan matanya. Ia menatap dr. Dikara dengan heran.

"Kok dokter tahu, kalau suami saya orang Garut?"

Dokter Dikara tersenyum dan menjelaskan, "Oh, saya tahu karena melihat kartu identitasnya yang masih tersimpan di dompet yang berada di saku celananya. Karena itulah saya tahu kalau suami Anda berasal dari Garut." Naya mengangguk, merasa lega karena dokter Dikara menjelaskan hal tersebut dengan jelas.

Tapi, kemudian ia merasa sedih lagi karena teringat bahwa suaminya sudah tidak ada lagi. Ia menunduk dan mencoba untuk menahan air matanya.

"Dok, tidak bisakah saya ikut serta mengantarkan suamiku untuk yang terakhir kalinya? Aku juga ingin menghadiri proses pemakaman suamiku sendiri,"

Dokter Dikara tersenyum, seraya menatap tajam istri sahabatnya itu.

"Maaf Bu Naya. Sebaiknya Ibu di sini saja. Ibu masih dalam proses pemulihan setelah melahirkan, dan kondisi Ibu belum stabil. Saya tidak ingin ada resiko yang serius pada Bu Naya, jadi percayakan pada kami. Biarkan kami yang mengurusnya!" kata dokter Dikara dengan suara yang lembut tapi tegas.

Naya merasa kecewa, tapi ia juga mengerti bahwa dokter Dikara hanya ingin menjaga keselamatannya. Ia menghela napas dalam-dalam dan mencoba untuk menerima keputusan dokter Dikara.

"Baik, dok. Saya akan menuruti saran dokter," katanya dengan suara yang pelan.

Tidak lama kemudian suster dari perawatan bayi datang dan menyerahkan bayi pada Naya untuk segera diberi ASI. Naya mengangkat kepala dan memandang bayinya dengan mata yang penuh cinta. Ia merasa bahwa bayinya adalah satu-satunya yang masih tersisa dari suaminya, dan ia ingin memastikan bahwa bayinya tumbuh dengan baik dan bahagia. Naya memeluk bayinya erat, mencoba untuk menghilangkan perasaan sedih dan kehilangannya dengan kehadiran bayinya.

"Sayang, maafkan Mama. Mama tidak bisa menjaga ayah. Walaupun ayahmu sudah pergi, Mama akan berusaha membuatmu bahagia. Teruslah bersama Mama...," Naya membuai bayinya dengan kasih sayang lalu mencium keningnya.

Tidak terasa air matanya jatuh di wajah bayi yang sedang menatapnya, seolah-olah bayi tersebut memahami perasaan sedih dan kehilangan yang dialami oleh ibunya.

Naya merasa bahwa bayinya sedang berusaha untuk menghiburnya, dan itu membuatnya merasa lebih lega. Ia terus memeluk dan membuai bayinya, merasa bahwa kehadiran bayinya adalah satu-satunya yang dapat menghiburnya dari kesedihan yang mendalam. Air mata Naya terus mengalir. Ia ingin bayinya tahu bahwa ia sangat mencintainya, dan ia akan selalu berada di sampingnya.

Melihat pemandangan seperti itu, hati Dikara sangat sedih. Ia teringat kembali dengan amanah yang disampaikan Ammar kepadanya. Ia merasa berat untuk menyampaikan kebenaran yang terjadi antara dirinya dan Ammar. Dikara harus merahasiakan hal itu, agar Naya tidak kepikiran. Kesehatan Naya dan bayinya lebih penting dan harus diutamakan. Ia pun merasa belum bisa memutuskan siapa yang akan menjadi pendampingnya kelak?

Jika amanah itu ia pegang maka akan banyak orang yang dikecewakan termasuk orang tuanya yang begitu bahagia Dikara akan menikahi Amanda.

Pasangan yang serasi, dokter bertemu dengan dokter lantas menikah. Sesuatu yang menjadi idaman keluarga besar Dikara.

Dilematis, itu yang dirasakan Dikara saat ini. Dikara beranjak dari ruangan tersebut. Ia berjalan gontai memasuki ruangannya, di sana sudah ada dr. Amanda yang tengah menunggunya.

"Mas Dika, aku ikut ya!" Amanda bergelayut manja di dalam ruangan Dikara.

"Ga usah. Kamu di sini saja. Biarkan aku saja yang pergi. Sekalian jadi saksi kalau aku dan dr. Irwan yang melihat kejadian itu. Lagi pula kamu kan masih ada tugas!"

"Ck tugas kan bisa dihandle dokter lain, Mas. Kamu engga kangen apa? Kita tuh engga ketemu beberapa hari kemarin, masa harus ditinggal lagi sih. Lagipula kamu kan pemilik rumah sakit ini, harusnya bisa dong, membebaskan tugasku hari ini? Agar kita bisa berdua saja," Amanda cemberut, berusaha memberi pemahaman pada kekasihnya tentang perasaan rindunya.

Dikara tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya dan mengelus kepala Amanda.

"Tidak ada yang spesial di rumah sakit ini. Kalau berkaitan dengan tugasnya sebagai dokter, siapapun dia harus mengerjakannya dengan penuh tanggung jawab," ujarnya tegas.

"Iya tapi untuk kali ini ada dispensasi lah untuk tunanganmu ini,"

Dikara kali ini tertawa, begitu bucinnya gadis yang berada di hadapannya. Inilah yang membuat Dikara tidak tega untuk menyakitinya.

"Aku tahu, aku tahu. Tapi ini urusan yang penting, dan aku harus melakukannya sendiri. Kamu tidak bisa ikut, karena ini terkait dengan kasus pasien yang sangat sensitif," Dikara terus menjelaskan agar Amanda lebih memahami posisinya.

Amanda mengangguk, tapi masih terlihat cemberut.

"Baiklah. Aku tidak akan ikut. Tapi kamu harus janji untuk segera kembali dan menghabiskan waktu bersamaku, ya!" Dikara tersenyum dan mengusap pipi Amanda dengan lembut. Dia menatap tajam, kekasihnya itu.

"Aku janji. Aku akan segera kembali dan menghabiskan waktu bersamamu. Senyum dong!" kalimat itu lolos juga dari bibir Dikara yang masih ragu dalam memutuskan.

"Ya Allah harus sampai kapan? Aku tidak tega menyakiti Amanda. Ia begitu mencintaku. Aku pun mencintainya. Aku harus bagaimana?" gumamnya dalam hati.

Terpopuler

Comments

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

mau gmna lgi nma jga khudipan mnusia ada aja kjutan dri Allah/Casual/

2025-02-07

2

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Kasihan orang tuanya Ammar,datang udah jadi mayat 😭

2025-02-07

2

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Dika semoga pilihan mu nanti yang terbaik untukmu

2025-02-07

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!