BAB 7 Berita Duka

Naya segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Ia selalu didampingi Ibu paruh baya yang begitu setia mendampingi dan menolongnya dengan tulus.

Naya merasa cemas dan takut ketika ia dibawa masuk ke ruang UGD. Ia merasa bahwa kondisinya semakin memburuk dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya dan bayinya.

Ibu paruh baya yang telah menemani Naya sejak tadi masih berada di sampingnya, memegang tangannya dan memberikan dukungan emosional.

"Jangan khawatir, Neng. Dokter dan perawat akan melakukan yang terbaik untuk kamu dan bayimu. Kamu hanya perlu beristirahat dan membiarkan mereka bekerja," kata ibu tersebut dengan suara yang lembut dan menenangkan.

"Ibu, aku tidak tahu Ibu siapa. Tapi Ibu begitu baik padaku. Terima kasih Bu sudah mau menolongku,"

"Iya Neng engga apa-apa. Lagi pula sesama manusia memang harus saling menolong. Sudah ya Neng jangan sedih lagi. Sebentar lagi anakmu akan lahir,"

Naya terharu mendengar kata-kata ibu paruh baya tersebut. Ia merasa bahwa ibu tersebut telah menjadi seperti ibu kandungnya sendiri, yang selalu siap membantunya dan mendukungnya. Naya merasa bahwa ia sangat beruntung telah bertemu dengan ibu tersebut, yang telah memberikan kebaikan dan kasih sayang yang tulus kepadanya.

"Aku tidak tahu, bagaimana aku bisa membalas kebaikan Ibu," kata Naya dengan suara yang terharu.

"Tapi aku akan selalu mengingat kebaikan Ibu dan berdoa agar Ibu selalu sehat dan bahagia,"

Naya menatap ibu paruh baya tersebut dengan mata yang berair, merasa sangat berterima kasih atas kebaikan dan kasih sayang yang telah ibu berikan kepadanya.

Ibu paruh baya tersebut tersenyum lembut dan memeluk Naya dengan hangat.

"Aku juga akan selalu mendoakanmu, Neng. Semoga kamu dan bayimu selalu sehat dan bahagia. Sudah ya jangan nangis lagi,"

"Bu...aku tidak kuat jika harus manahan tangis. Aku teringat kejadian itu. Mas Ammar, di mana suamiku Bu? Dia baik-baik saja bukan? Aku ingin melihatnya," Naya membuka selimutnya, beranjak dari brankar.

Ia teringat dengan suaminya yang jatuh dari bus hingga terguling mencium aspal jalan tol.

"Aaawww sakiiit," Naya memegang perutnya yang luar biasa sakit.

"Ya Allah Neng. Kamu jangan kemana-mana dulu!"

Ibu tersebut membimbing Naya naik ke brankar kembali. Naya menurut.

"Neng sebaiknya engga kemana-mana dulu. Neng kan mau melahirkan,"

"Tapi Bu. Aku tidak punya uang untuk melahirkan di rumah sakit ini,"

Bu Nia memandang Naya dengan ekspresi khawatir dan peduli.

"Jangan khawatir, Neng. Aku akan membantu kamu. Aku akan mengurus semuanya. Kamu hanya perlu fokus pada kesehatanmu dan bayimu." Bu Nia berbicara dengan suara yang lembut dan menenangkan, membuat Naya merasa lebih tenang dan percaya diri.

"Ya Allah Bu. Bahkan kita tidak saling kenal. Ibu begitu baik padaku," Naya terharu.

"Kalau begitu kenalan dong. Panggil saja Bu Nia. Kalau tetangga sering memanggilku Nia Manis, beruntung para semut tidak menyukaiku. Karena ibu sudah ada yang punya," ujar Ibu Nia memperkenalkan dirinya.

Naya mendadak tertawa,

"Kok tertawa?"

"Ternyata Bu Nia bisa melucu juga,"

"Syukurlah. Ibu sengaja melakukannya buat menghiburmu. Lalu siapa namamu, Neng?"

Naya tersenyum dan mengucapkan namanya dengan suara yang lembut.

"Namaku Naya, Bu Nia. Senang berkenalan dengan Ibu," Naya berbicara dengan suara yang ramah dan sopan, membuat Bu Nia tersenyum dan merasa senang telah bisa membantu dan menghibur Naya.

"Maaf Bu kalau Bu Nia ada urusan penting, sebaiknya Ibu pergi saja. Aku tidak apa-apa ditinggal sendirian juga," ujarnya ragu.

Sebenarnya Naya takut ditinggal sendiri di tempat asing seperti ini.

Bu Nia memandang Naya dengan ekspresi yang lembut dan peduli.

"Tidak, Neng. Aku tidak akan meninggalkan kamu sendirian di sini. Aku sudah berjanji untuk menemanimu sampai lahiran. Aku tidak akan meninggalkan kamu dalam keadaan seperti ini. Kamu tidak perlu khawatir, aku akan tetap di sini bersamamu." Bu Nia berbicara dengan suara yang tegas dan meyakinkan, membuat Naya merasa lebih tenang dan percaya diri.

Naya memandang Bu Nia dengan mata yang berair, merasa sangat berterima kasih atas kebaikan dan dukungan yang diberikan oleh Bu Nia.

"Terima kasih, Bu Nia. Aku sangat berterima kasih atas kebaikan Ibu. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa bantuan Ibu." Naya berbicara dengan suara yang terharu, merasa sangat bersyukur telah bertemu dengan Bu Nia.

Dreet

Dreet

Dreet

Ponsel Bu Nia memekik. Bu Nia lansung menekan tombol hijau.

"Ya Hallo!" sapanya.

Bu Nia menatap Naya dengan tajam. Bulir bening lolos dari kelopak matanya.

"Baik Pak, terima kasih informasinya," Bu Nia menutup ponselnya dengan menunduk.

Naya memandang Bu Nia dengan curiga dan khawatir. Ia dapat melihat bahwa Bu Nia sedang mencoba menyembunyikan sesuatu darinya.

"Bu, apa yang terjadi? Informasi apa yang Bu Nia dapatkan?" Naya bertanya dengan suara yang bergetar.

Bu Nia menunduk dan mengusap air matanya sebelum memandang Naya dengan mata yang berair.

"Neng, aku sangat menyesal... Informasi yang aku dapatkan... tentang suamimu..." Bu Nia berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat untuk mengatakan kebenaran yang menyakitkan.

"Suamimu, Mas Ammar... tidak ada harapan lagi untuknya, Neng. Ia meninggal di tempat kejadian, tidak dapat diselamatkan lagi." Bu Nia mengucapkan kata-kata tersebut dengan suara yang bergetar, sambil memeluk Naya yang terkejut dan sedih.

Naya merasa seperti dunianya runtuh. Ia tidak percaya bahwa suaminya, Mas Ammar, telah meninggal.

Ia merasa seperti sedang bermimpi buruk yang tidak akan berakhir. Naya menangis dengan keras, memeluk Bu Nia dengan erat, dan merasa seperti kehilangan segalanya.

"Tidak... tidak mungkin... Mas Ammar tidak bisa meninggalkan aku di saat seperti ini... Dia tidak bisa meninggalkan bayi kami..." Naya berbicara dengan suara yang terputus-putus, sambil menangis dengan keras.

Bu Nia memeluk Naya dengan erat, mencoba menenangkan gadis muda yang sedang berduka.

"Neng, aku tahu ini sangat sulit untuk kamu, tapi kamu harus kuat untuk bayi kamu. Mas Ammar pasti ingin kamu bahagia dan melindungi bayi kamu." Bu Nia berbicara dengan suara yang lembut dan penuh empati, mencoba membantu Naya melewati kesedihan yang mendalam.

Naya menangis dengan keras, tetapi perlahan-lahan ia mulai menenangkan dirinya. Ia mengambil napas dalam-dalam dan memandang Bu Nia dengan mata yang berair.

"Bu, aku tidak tahu bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpa Mas Ammar. Tapi aku tahu aku harus kuat untuk bayi kami. Aku akan melindungi dan merawatnya dengan sepenuh hati." Naya berbicara dengan suara yang masih bergetar, tetapi ada kekuatan dan tekad di dalamnya.

Bu Nia tersenyum lembut dan memeluk Naya dengan erat. "Neng, aku bangga dengan kamu. Kamu sangat kuat dan berani. Aku tahu kamu bisa melalui ini dan menjadi ibu yang baik untuk bayi kamu." Bu Nia berbicara dengan suara yang penuh empati dan dukungan, membuat Naya merasa lebih kuat dan percaya diri.

Terpopuler

Comments

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Kamu beruntung banget ketemu orang baik Naya, apalagi dia orangnya sangat perduli sama kamu. Bu Nia cocok jadi saudara ini 🤣🤣

2025-01-30

1

Ney Maniez

Ney Maniez

innalillahi wa inna ilaihi raji'un
emnk takdir suami mu di tangan author

2025-02-12

0

⧗⃟MEYTI DIANA SARI, S.M •§͜¢•

⧗⃟MEYTI DIANA SARI, S.M •§͜¢•

sedih, yang kuat naya, walau sedih tapi ingat masih ada nak mu🥺

2025-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!