BAB 11 Naya Junior Lahir

Dikara menatap Naya yang masih memejamkan matanya. Dikara harus membangunkan Naya agar bisa dilakukan operasi cesar secepatnya, namun ia tidak bisa membangunkannya sendiri. Ia meminta dr. Meila yang berada di sampingnya untuk membangunkan Naya.

Dokter Meila mengangguk, ia segera mendekati Naya dan memeriksa kondisinya.

"Dokter Dikara, saya rasa Bu Naya mengalami kelelahan yang sangat berat. Kita harus berhati-hati dalam membangunkannya," kata dr. Meila dengan nada yang tenang.

Dikara mengangguk setuju. "Ya, dok. Tolong, dokter harus membantu saya membangunkan Bu Naya. Kita tidak memiliki waktu banyak untuk melakukan operasi cesar ini,"

Dokter Meila kemudian memulai proses membangunkan Naya dengan hati-hati dan perlahan-lahan.

Dokter Meila memulai dengan memanggil nama Naya secara perlahan-lahan, kemudian ia memijat pelan-pelan tangan Naya untuk membangkitkan kesadarannya.

Dikara memantau kondisi Naya dengan cermat, siap untuk melakukan tindakan yang diperlukan jika kondisi Naya memburuk. Setelah beberapa saat, Naya mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran.

"Ssshhhh..." Naya mendesis.

"Bu Naya sudah bangun? Kami harus melakukan operasi caesar sekarang juga," kata dr. Meila dengan nada yang lembut namun tegas.

Naya perlahan-lahan membuka matanya, menatap dr. Meila dan dr. Dikara dengan pandangan yang masih kabur. Ia mencoba berbicara, namun suaranya lemah dan terputus-putus.

"Apa... apa yang terjadi, dok?" tanyanya lirih.

Dikara segera menjelaskan situasinya kepada Naya.

"Bu Naya, Ibu mengalami komplikasi saat melahirkan. Kami harus melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan Ibu dan bayi," Naya menatap Dikara dengan mata yang lemah, namun masih bisa menunjukkan kepercayaan diri dan harapan.

Dikara melihat kepercayaan diri dan harapan di mata Naya, dan ia merasa yakin bahwa Naya akan bisa melewati proses ini dengan baik.

"Jangan khawatir, Bu Naya. Ibu harus kuat ya!" kata Dikara dengan nada yang tenang dan meyakinkan.

Naya mengangguk, menunjukkan bahwa ia siap untuk melalui proses operasi caesar.

Naya menatap Dikara dengan mata yang lemah, namun masih bisa menunjukkan kekuatan dan ketabahan. Ia mengangguk pelan-pelan, menunjukkan bahwa ia siap untuk melakukan operasi caesar.

"Baik, dok...aku siap..." katanya lirih, suaranya masih lemah namun penuh tekad.

Dikara memberikan instruksi kepada tim medis untuk memulai operasi cesar. Ia kemudian memandang Naya dengan mata yang penuh empati dan berkata,

"Kita mulai ya Bu," ujarnya lembut.

Dia kemudian memberikan isyarat kepada tim medis untuk memulai operasi.

Anestesi spinal diberikan kepada Naya sehingga dia tidak akan merasakan sakit saat proses operasinya.

Dikara dan tim medis kemudian memulai operasi caesar dengan hati-hati dan teliti. Mereka bekerja sama dengan cepat dan efisien, berusaha untuk menyelamatkan Naya dan bayinya.

Dengan memakai masker, Dikara menangani istri Ammar dengan penuh tanggung jawab.

Dikara memotong bagian perut dengan pisau bedah yang tajam dan steril, kemudian melanjutkan proses operasi dengan membuat sayatan dengan ukuran sekitar 10-20cm di bagian bawah pusar, memotong lapisan bawah perut hingga mencapai rahim. Dengan bantuan tim medis yang terlatih, Dikara berusaha untuk mengeluarkan bayi Naya dengan selamat.

Oeeek

Oeeek

Oeeek

Seorang bayi perempuan cantik lahir dengan selamat. Dikara memejamkan matanya, air matanya merembes keluar. Ia merasa terharu.

Dikara membuka matanya dan menatap bayi perempuan yang baru lahir dengan penuh kasih sayang. Ia merasa bahwa bayi tersebut adalah sebuah anugerah yang sangat berharga, dan ia merasa terhormat dapat menjadi bagian dari proses kelahirannya.

Dikara mengambil napas dalam-dalam dan berusaha untuk mengendalikan emosinya. Ia tahu bahwa ia harus tetap profesional dan fokus pada tugasnya sebagai dokter. Namun, ia tidak bisa menyangkal bahwa kehadiran bayi tersebut telah menyentuh hatinya dengan cara yang sangat dalam.

Setelahnya, Dikara menyerahkan bayi itu kepada seorang suster untuk langsung dibersihkan sementara ia kembali melakukan tugasnya dengan dibantu tim medis.

Setelah semua proses operasi caesar yang menghabiskan waktu hampir satu jam itu, Dikara akhirnya bisa bernapas lega.

Dokter Meila langsung meninggalkan ruang operasi begitu tindakan selesai. Sementara Dikara masih ada di ruangan. Baru saja Dikara hendak keluar, Naya memanggilnya dengan lirih.

"Dok... tolong jangan pergi..."

Dikara menatap istri Ammar dengan kesedihan yang mendalam.

"Ya aku di sini,"

"Dokter tahu bukan, suamiku baru saja meninggal? Anakku yatim begitu lahir. Aku tidak bisa membayangkan aku akan hidup seperti apa tanpa suami di sisiku," mata Naya menerawang ke atas, berharap air matanya tidak tumpah di hadapan dokter yang tidak ia kenal.

Dikara merasa terharu mendengar kata-kata Naya yang penuh kesedihan. Ia dapat merasakan betapa besar kehilangan yang dialami oleh Naya, dan ia merasa ingin membantu dan memberikan dukungan.

"Aku tahu, Bu Naya," kata Dikara dengan suara yang lembut.

"Aku sangat menyesal atas kehilangan suami Ibu. Tapi aku ingin Ibu tahu bahwa Ibu tidak sendirian. Aku akan selalu ada di sini untuk membantu Ibu dan mendukung Ibu, tidak hanya sebagai dokter, tapi juga sebagai teman." Dikara mengambil napas dalam-dalam dan melanjutkan, "Anda pasti kuat, Bu Naya. Ibu bisa melewati ini. Dan aku akan selalu ada di sini untuk membantu Ibu,"

Naya terisak, "Tapi dok, pasti biaya persalinan cesar ini sangat mahal. Aku tidak memiliki uang untuk membayarnya. Aku harus gimana dok? Sementara aku jauh dari keluargaku. Ponselku...Ya Allah ponselku hilang saat kejadian itu, dompetku, tasku, semuanya hilang,"

Dikara mendengarkan Naya dengan empati dan memahami kesulitan yang dihadapinya. Ia mengambil napas dalam-dalam dan berkata dengan suara yang lembut,

"Jangan khawatir tentang biaya persalinan, Bu Naya. Aku yang akan mengurusnya. Ibu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting sekarang adalah Ibu dan bayinya baik-baik saja."

Dikara kemudian melanjutkan, "Tentang ponselmu, jangan khawatir. Aku akan membantumu mencari cara untuk menghubungi keluargamu. Kalau Ibu masih ingat nomor keluarga Ibu, silakan menghubunginya lewat ponselku,"

Naya mengangguk dengan mata yang masih berair, merasa lega bahwa Dikara bersedia membantunya.

"Terima kasih, dok. Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa bantuanmu." ujar Naya penuh haru.

"Aku hanya ingin keluargaku tahu bahwa aku dan bayiku baik-baik saja," lanjutnya dengan lebih tenang.

Tidak lama kemudian seorang suster datang dengan membawa bayinya yang selesai dibersihkan.

Naya memandang bayinya yang dalam gendongan suster, kemudian menerima bayi tersebut dengan terharu dan air matanya kembali mengalir.

Baru saja dr. Dikara akan pergi, ia mendengar suara Naya memintanya kembali untuk tetap di sampingnya.

"Dok bolehkan aku meminta sesuatu lagi?"

Dikara mengeryitkan keningnya, seraya tersenyum.

"Tentu saja, apa?" tanyanya lembut.

"Tolong azani anakku!"

Dikara menatap seorang bayi mungil yang berada di dekapan Ibunya. Dikara tersenyum lembut dan mengangguk.

"Tentu saja, Bu Naya. Aku akan mengazani anakmu,"

Dikara menghampiri Naya dan mengambil bayi tersebut. Dikara kemudian mengambil napas dalam-dalam dan membacakan azan dengan suara yang lembut dan jelas,

"Allahu Akbar... Allahu Akbar..." Suara azan yang dibacakan Dikara terdengar sangat indah dan menyentuh hati, membuat Naya merasa lega dan tenang.

Dikara merasa ada sesuatu yang menghangatkan hatinya ketika ia mencium bayi tersebut. Ia merasa seolah-olah bayi itu adalah bagian dari dirinya sendiri, dan ia merasakan rasa cinta dan tanggung jawab yang sangat kuat.

Dikara merasa bahwa ia ingin melindungi dan merawat bayi itu, dan ia merasa bahwa ia sudah siap untuk menjadi ayah.

Dikara merasa bahwa kehadiran bayi tersebut telah memberinya inspirasi dan kekuatan untuk melanjutkan amanah yang diberikan Ammar padanya. Ia merasa bahwa ia telah menemukan tujuan dan arah yang jelas, dan ia siap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakan amanah tersebut.

Namun, Dikara juga menyadari bahwa keputusan ini tidaklah mudah, dan ia harus memastikan bahwa ia telah membuat keputusan yang benar. Oleh karena itu, ia tetap akan melakukan istikharah untuk meminta petunjuk dan bimbingan dari Allah, agar ia dapat membuat keputusan yang tepat dan menenangkan jiwanya.

Siapapun yang akan dipilih sebagai istrinya kelak, ia berharap keputusannya tidak akan menyakiti salah satunya.

Namun apakah sesederhana itu?

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩˡ Murni𝐀⃝🥀

🍌 ᷢ ͩˡ Murni𝐀⃝🥀

semoga aja Naya menerima dokter Dikara menjadi suaminya seperti amanah Amar sang suami sebelum meninggal.

2025-02-03

2

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

ga akn sederhana yg kita byangkn, tpi kputusn yg Allah brikan it jauh lbih baik.

2025-02-03

2

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Semoga kamu dapat petunjuk yang terbaik Dika

2025-02-03

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!