BAB 8 Tindakan Buat Naya

Burung wallet berputar di atas area rumah sakit. Seolah ikut berkabung atas meninggalnya Ammar, menciptakan suasana yang murung dan menyedihkan.

Udara yang tadinya cerah dan hangat, kini terasa dingin dan menyakitkan. Bayangan burung wallet yang hitam dan menggelapkan langit, seolah menjadi simbol kesedihan dan kehilangan yang mendalam.

Naya tidak bisa menahan air mata ketika memikirkan Ammar yang telah pergi, meninggalkan kenangan indah dan luka yang terus terasa menyesakkan dada.

Naya menatap jasad suaminya yang sudah kaku. Air mata Naya kembali jatuh saat ia memandang wajah suaminya yang sudah tidak bernyawa. Ia merasa sedih dan kehilangan yang sangat mendalam.

Naya mengulurkan tangannya dengan bergetar dan menyentuh wajah suaminya dengan lembut, seolah-olah ingin mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang paling dicintainya.

Naya menangis dengan keras, merasa seperti hatinya telah hancur menjadi serpihan-serpihan kecil. Ia merasa kehilangan yang sangat besar, karena suaminya yang telah menjadi teman, sahabat, dan cinta sejatinya telah pergi untuk selamanya. Naya memeluk jasad suaminya dengan erat, seolah-olah tidak ingin melepaskannya.

"Mas Ammar... Mas Ammar... jangan pergi, aku tidak bisa hidup tanpamu...Bagaimana nasibku dan bayi kita kalau tidak ada kamu, Mas..." Naya berbicara dengan suara yang terputus-putus, sambil menangis dengan keras.

Bu Nia mendekati Naya dan memeluknya dari belakang, mencoba menenangkan gadis muda yang sedang berduka.

"Neng, aku ada di sini untukmu. Aku akan membantu kamu melewati masa sulit ini. Jangan khawatir, kamu tidak sendirian." Bu Nia berbicara dengan suara yang lembut dan penuh empati, mencoba membantu Naya mengatasi kesedihannya.

Naya merasa sedikit tenang dengan kehadiran Bu Nia. Ia masih menangis, tapi tidak sekeras sebelumnya. Ia merasa bahwa ada seseorang yang peduli dan mendukungnya dalam masa sulit ini.

Naya membalikkan badannya dan memeluk Bu Nia dengan erat, merasa sangat berterima kasih atas kebaikan dan dukungan yang diberikan oleh Bu Nia.

Bu Nia membalas pelukan Naya dengan erat, memberikan kehangatan dan dukungan yang sangat dibutuhkan oleh Naya saat itu.

"Neng, kamu pasti kuat. Kamu pasti bisa melewati ini. Aku akan selalu ada di sini untukmu," Bu Nia berbicara dengan suara yang lembut dan penuh empati, mencoba membantu Naya yang merasa lebih kuat dan percaya diri.

Naya merasa sedikit lebih tenang dan kuat setelah mendengar kata-kata Bu Nia. Ia merasa bahwa ada seseorang yang percaya padanya dan mendukungnya dalam masa sulit ini. Naya memundurkan dirinya dari pelukan Bu Nia dan memandangnya dengan mata yang berair.

"Terima kasih, Bu Nia. Aku sangat berterima kasih atas kebaikan dan dukungan Ibu."

Bu Nia tersenyum lembut dan mengusap air mata Naya dengan lembut.

"Tidak perlu berterima kasih, Neng. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sebagai manusia. Sekarang, mari kita fokus pada kesehatanmu dan bayimu. Kita harus memastikan bahwa kamu dan bayimu baik-baik saja."

Naya mengangguk dan tersenyum lembut, merasa sangat berterima kasih atas kepedulian dan perhatian Bu Nia.

"Baik, Bu Nia. Aku akan melakukan apa yang Ibu sarankan. Terima kasih lagi atas kebaikan Ibu." Naya berbicara dengan suara yang lembut dan sopan, merasa sangat bersyukur telah bertemu dengan Bu Nia.

Bu Nia tersenyum kembali dan memeluk Naya dengan erat.

"Aku senang bisa membantu kamu, Neng. Sekarang kita kembali ke kamar lagi ya! Kamu harus istirahat. Kamu harus kuat, tidak boleh stres," Bu Nia berbicara dengan suara yang lembut dan penuh empati, sambil membantu Naya duduk kembali di kursi roda hendak menuju kamar.

Naya menangis dengan keras, merasa sakit dan lemah. "Bu Nia...Aaauuuww...Aaaa aku tidak kuat... sakitnya terlalu hebat..." Naya berbicara dengan suara yang terputus-putus, sambil memegang perutnya yang sakit.

Bu Nia segera memeluk Naya dan membantunya berbaring di tempat tidur.

"Neng, jangan khawatir. Aku ada di sini untukmu. Aku akan memanggil dokter sekarang juga." Bu Nia berbicara dengan suara yang tenang dan meyakinkan, sambil segera memanggil dokter untuk membantu Naya.

Bu Nia berteriak ketakutan saat melihat Naya pingsan. "Neng! Naya! Bangun, Neng!" Bu Nia berusaha membangunkan Naya, tapi Naya tidak merespons. Bu Nia segera memanggil dokter dan perawat untuk membantu Naya.

Dokter dan perawat segera datang dan membawa Naya ke ruang gawat darurat. Mereka segera melakukan pemeriksaan dan memberikan perawatan darurat kepada Naya.

Bu Nia menunggu di luar ruangan, berdoa agar Naya segera sadar dan baik-baik saja.

Setelah beberapa saat menunggu, dokter keluar dari ruang gawat darurat dan mendekati Bu Nia.

"Bu Nia, Bu Naya sedang dalam keadaan tidak stabil, sehingga kami harus melakukan tindakan operasi cesar secepatnya,"

Bu Nia mengangguk, seraya terkejut dan khawatir ketika mendengar dokter memberikan penjelasan yang membuatnya memundurkan kakinya.

"Operasi? Apa yang terjadi, Dokter? Apakah Naya dan bayinya dalam bahaya?" Bu Nia bertanya dengan suara yang terputus-putus dan penuh kekhawatiran.

Dokter mengangguk dan menjelaskan dengan suara yang tenang dan profesional.

"Bu Nia, Bu Naya mengalami pendarahan internal yang cukup parah akibat kejutan emosional yang dialaminya. Kami harus melakukan operasi untuk menghentikan pendarahan dan memastikan keselamatan Naya dan bayinya," dokter berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Naya dan bayinya, tapi kami membutuhkan izin Anda untuk melakukan operasi tersebut."

Bu Nia terlihat sangat khawatir dan cemas, tapi ia mengangguk dengan cepat tanpa memikirkan biaya yang harus dikeluarkan.

"Ya, ya, silakan lakukan operasi. Tolong selamatkan Naya dan bayinya," Bu Nia berbicara dengan suara yang terputus-putus dan penuh emosi. Dokter mengangguk dan tersenyum lembut,

"Baik, Bu Nia. Kami akan segera melakukan operasi. Silakan Ibu urus administrasinya di ruang pendaftaran, sementara kami akan mempersiapkan segala sesuatu untuk operasi. Kami akan segera memanggil Ibu ketika semua sudah siap," Bu Nia mengangguk, seraya segera beranjak menuju bagian pendaftaran.

Bu Nia merasa dadanya sesak ketika melihat jumlah biaya operasi yang harus dibayarkan. Ia tahu bahwa biaya itu sangat besar dan tidak mampu dibayarkan dengan gaji suaminya yang pas-pasan.

Ia merasa cemas dan khawatir tentang bagaimana cara membayar biaya operasi tersebut.

"Mbak apakah tidak ada keringanan untuk istri korban kecelakaan pak Ammar? Tolong lah Mbak kasihan bu Naya. Dia harus melahirkan dengan operasi karena jiwanya tertekan oleh situasi," ujar Bu Nia memohon pada petugas kesehatan bagian pendaftaran.

Petugas kesehatan bagian pendaftaran, Mbak Diana, menatap Bu Nia dengan wajah yang penuh empati. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab,

"Baik, Bu. Saya akan mencoba membantu Anda. Tapi saya harus meminta izin dari atasan saya terlebih dahulu. Silakan menunggu sebentar, ya!" Mbak Diana kemudian mengangkat telepon dan mulai berbicara dengan seseorang.

Bu Nia menunggu dengan hati yang berdebar, berharap bahwa ada jalan keluar untuk membantu Naya.

Terpopuler

Comments

Chelsea Tiara ™©🍼🍼

Chelsea Tiara ™©🍼🍼

Hancur sudah hati Naya karena di tinggal Ammar belahan jiwa nya

Semoga Naya dapat di tolong

2025-03-13

0

⧗⃟MEYTI DIANA SARI, S.M •§͜¢•

⧗⃟MEYTI DIANA SARI, S.M •§͜¢•

aduh semoga Naya dan baiknya selamat, walau sekarang kamu sudah gak punya suami tapi nanti ada

2025-02-20

0

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

ya nmany jga rs da uang bru ditngani/Casual/

2025-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!