BAB 3 Seolah Dunia Runtuh

Ammar mencoba untuk berpindah ke tempat yang lebih aman sambil mencarikan tempat duduk lainnya buat Naya, tapi tidak ada tempat yang tersedia. Dia hanya bisa berdoa agar bus sampai tujuan dengan selamat.

"Net ayo cepat berangkat, bilangin tuh sopirnya! Jangan narik penumpang terus. Ini udah kayak dioven tahu!" protes Ammar datar.

Kernet itu hanya tertawa. Mereka sama sekali tidak terlihat khawatir atas kondisi bus tersebut.

Kernet menutup pintu bus setelah melihat kapasitas mobil sudah terpenuhi sesuai keinginan mereka. Mobil melaju pelan saat akan melintasi pintu tol, dan kernet mulai menghitung uang tiket dari penumpang.

Sopir bus juga mulai merasa lebih santai, karena mobil sudah penuh dan mereka bisa mulai mengantarkan penumpang ke tujuan. Sopir memasang handsetnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah melewati pintu tol, sopir membawa mobil dengan kecepatan sedang, namun tidak berlangsung lama. Menit berikutnya, bus tersebut melaju dengan kecepatan tinggi. Mereka dibuat terombang-ambing di bawah kendali seorang sopir yang mengendarai bus dengan arogan. Hal ini membuat para penumpang teriak histeris. Mereka merasa khawatir terjadi kecelakaan.

"Hey Pir, pelan-pelan napa bawa mobilnya! Kalau mau mati jangan ngajak-ngajak kita!" salah satu penumpang mulai protes.

"Pir...aku ga mau mati sekarang. Aku belum kawin woy!" gertak pemuda yang memakai kaos abu-abu.

"Net, kasih tahu itu sopirnya. Jangan diam aja! Dari tadi cuma ketawa ga jelas! Kamu engga khawatir apa, dengan keselamatan para penumpang! Jiwa kami terancam gegara tuh sopir!" gertak seorang ibu-ibu yang tidak kedengaran oleh si kernet, apa lagi sama sopir. Ibu-ibu tersebut duduk dekat dengan Naya.

"Jangan-jangan sopirnya lagi mabok!" ujar yang lain.

"Dasar sopir edun. Nyupir kok seenaknya sendiri,"

Kernet dan sopir sama saja tidak mengindahkan ucapan penumpang. Mereka terus melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan penumpang. Hal ini membuat penumpang merasa tidak nyaman dan khawatir tentang keselamatan mereka.

Hampir semua penumpang berkomentar di dalam bus. Membuat Ammar jengah. Tiba-tiba kepala Ammar terasa berat, tubuhnya lemas. Ia merasakan sakit yang pernah ia rasakan sebelumnya. Dadanya sesak, keringat dingin mengucur di punggung dan keningnya. Ammar menekan kepalanya, menyandar di bahu jok yang Naya duduki.

"Mas mau ke mana?" tanya Naya yang melihat Ammar beranjak dari tempat berdirinya menuju kernet.

"Mau ngasih tau kernet biar bisa memberi peringatan sama sopir!" ujarnya sambil menekan kepalanya yang terasa berat.

Tiba-tiba, bus melakukan pengereman mendadak, membuat penumpang terjatuh ke depan. Lalu melaju kembali dengan sangat kencang, sehingga Ammar merasa lemas dan tidak kuat lagi berdiri tegak. Kepalanya terasa berputar, tubuhnya berkeringat, dan dadanya sesak. Ia memejamkan matanya, berusaha untuk mengumpulkan kekuatan.

Sementara itu, kernet membuka pintu bus bagian belakang, mengira Ammar ingin turun. Tapi Ammar tidak bisa berbicara atau memberi tahu kernet agar sopir mengendarai mobilnya dengan santai saja demi keselamatan para penumpang.

Kernet menggedor-gedor badan mobil untuk meminta sopir berhenti, tapi sayangnya sopir tidak mendengarnya. Ammar merasa semakin lemas dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Mobil menyalip ke sebelah kiri, membuat tubuh Ammar reflek terbentur daun pintu. Tubuhnya terjatuh dari bus yang berjalan sangat cepat, dan ia terpental ke udara sebelum terguling di pinggiran aspal jalan tol.

Ammar merasa sakit dan disorientasi, tubuhnya terbentur keras ke aspal. Ia berusaha untuk bangun, tapi tubuhnya terlalu lemah dan sakit. Ammar hanya bisa terbaring di pinggiran jalan tol, tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saat itu, dia hanya bisa berharap bahwa ada seseorang yang akan menolongnya.

Sementara itu, penumpang yang melihat kejadian tersebut berteriak histeris. Banyak mobil yang melintas di belakang sana.

Naya berteriak histeris ketika melihat suaminya, Ammar terlempar keluar dari bus dan jatuh mencium aspal. Ia tidak bisa percaya apa yang terjadi di depan matanya.

Naya merasa seperti dunianya runtuh, dan ia tidak bisa bergerak atau berbicara. Ia hanya bisa menatap ke arah suaminya yang tergeletak di aspal sementara bus masih berjalan dengan cepat. Ia merasa sedih dan panik.

Naya ingin keluar dari bus untuk menghampiri suaminya yang tertinggal jauh di belakang tapi ia merasa kakinya terlalu berat untuk bergerak. Ia hanya bisa menangis dan berteriak, memohon agar suaminya bisa selamat.

"Mas Ammar! Mas Ammar!" teriaknya, tapi suaranya terdengar lemah dan tidak terdengar oleh siapa pun.

Bus tetap berjalan, meninggalkan Ammar yang terluka parah di belakang. Naya merasa seperti kehilangan segalanya.

Beberapa menit kemudian, seolah memiliki kekuatan ekstra untuk berteriak.

"Maaaas, Ya Allah... Sopir berhenti! Kumohon berhenti! Itu suamiku yang jatuh, Sopirrrrrr!" Naya berteriak histeris, bangkit dari tempat duduknya. Namun dicegah oleh Ibu-ibu yang di sampingnya.

Hal ini mengundang ricuh para penumpang bagian depan yang baru tahu kecelakaan yang menimpa suaminya.

Mereka berusaha untuk menenangkan Naya, tapi Naya tidak bisa tenang. Ia tidak bisa membayangkan jika harus kehilangan Ammar, suaminya yang sangat dicintainya.

Naya berpikir tentang bayinya yang masih dalam kandungan, dan bagaimana nasibnya kelak jika lahir tanpa ayah di sisinya. Naya tidak bisa membayangkan bagaimana harus melanjutkan hidup tanpa Ammar.

"Tenang ya Neng. Ya Allah. Kernet bilangin sopirnya suruh berhenti! Kamu kok diam saja, satu nyawa jatuh kamu bisa-bisanya diam. Pak tolong ke depan pukul aja sopirnya! Sopir kok dagleg, kupingnya tuli apa!"

Ibu tersebut sangat marah pada sopir dan kernet, karena mereka tidak segera berhenti setelah Ammar jatuh dari bus. Ia meminta kernet untuk memberitahu sopir untuk berhenti, tapi kernet tampaknya tidak bereaksi.

Ibu tersebut kemudian meminta seorang pria untuk pergi ke depan dan memukul sopir untuk memaksa dia berhenti.

Sementara itu, ia terus mengusap punggung Naya untuk menenangkan dan memberikan dukungan. Ibu tersebut sangat empatik terhadap Naya dan ingin membantu dia dalam situasi yang sangat sulit ini.

"Bu, itu suamiku. Suamiku jatuh. Ya Allah selamatkan suamiku. Bagaimana kalau suamiku ditabrak kendaraan lain Bu?" Naya histeris tangan kanannya menunjuk ke sembarang arah.

"Sabar ya Neng. Semoga suamimu selamat!" Ibu tersebut terus saja memberi ketegaran pada Naya.

"Pak...Bapak yang dekat sopir, tolong bilangin sopirnya suruh berhenti!" Teriak penumpang lelaki pada seorang Bapak yang berdiri di dekat sopir karena mobil masih melaju dengan kencang. Ia tidak tega melihat Naya yang berbadan dua menangis pilu.

Bapak tersebut menepuk sopir dengan keras. Si Sopir membuka headset yang menempel di telinganya. Ia mendongak.

"BERHENTI!" Teriak Bapak yang berdiri dekat sopir dengan tatapan tajam.

"Ya ellah emang kenapa sih? Jalan cepat biar cepat nyampe!" ujar Sopir nyantai, ia masih menjalankan mobilnya.

"Pala lu botak, penumpang di belakang ada yang jatuh, lu engga denger? Budek lu ya!" sarkas Bapak tersebut sangat marah.

Ciiiiit!

Mendadak bus dihentikan dengan keras, membuat para penumpang hampir hilang keseimbangan. Mereka semua terjatuh ke depan, dan beberapa orang terjatuh ke lantai bus. Suara teriakan dan komplain terdengar dari para penumpang yang merasa terganggu dan ketakutan. Suasana di dalam bus menjadi tegang dan tidak nyaman.

"Dasar sopir gila...!" gerutu salah satu penumpang yang kepalanya terbentur lantai.

Semua penumpang berhamburan keluar dari bus, marah dan kecewa dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sopir diseret ke luar bus dan langsung dikeroyok oleh beberapa penumpang yang merasa bahwa sopir bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi. Kernet pun tidak bisa lari karena penumpang lainnya juga berhasil mengeroyoknya.

Aksi main hakim sendiri pun tak terelakkan lagi, dan situasi menjadi semakin kacau dan tidak terkendali. Polisi harus segera datang untuk mengatasi situasi ini dan mencegah kekerasan lebih lanjut.

Naya keluar dari bus berusaha menembus penumpang yang menghalangi jalannya. Ia berlari untuk mengejar suaminya yang tertinggal jauh, namun dicegah ibu-ibu yang memegangi tubuh Naya.

"Sabar Neng. Ya Allah. Astagfirullah," Ibu tersebut mengusap punggung Naya dengan lembut.

"Maas Ammaaaaarr!" teriak Naya histeris.

Naya meratapi nasibnya, air matanya mengalir deras sampai ia terduduk di tempat yang sama. Ia tidak siap kalau harus ditinggalkan Ammar dalam keadaan hamil besar.

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf Zeno Bachtiar◌ᷟ⑅⃝ͩ●

❤️⃟Wᵃf Zeno Bachtiar◌ᷟ⑅⃝ͩ●

astagfirullah, kasihan ammar. supir bus yang unggal uggalan minta diketok.

2025-02-17

3

Muzammi 💖

Muzammi 💖

aku pun tidak bisa membayangkan jadi Naya yang mendapatkan musibah yang begitu berat. Semoga Naya bisa melewati ujian ini dengan ikhlas dan sabar.

2025-02-17

0

Ney Maniez

Ney Maniez

astaghfirullah,, itu bener gk bertanggung jawab, pk handset lagii

2025-02-06

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!