BAB 4 Ammar Belum Ditemukan

Naya merasa sulit menerima kenyataan ini, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Naya menatap jalanan yang dilalui banyak kendaraan, tapi matanya tidak melihat apa pun. Ia hanya merasa kesepian dan kehilangan. Ia berpikir tentang masa depannya dan bayinya, dan bagaimana mereka akan hidup tanpa Ammar. Naya merasa seperti tidak bisa bernapas dan ingin menangis selamanya.

Hatinya terasa tercabik, kekhawatiran mulai berseliweran di benaknya. Naya khawatir bahwa tubuh suaminya, akan menjadi korban kendaraan yang lewat dan tidak bisa diselamatkan.

Bibirnya bergetar sambil merapalkan doa, memohon agar suaminya masih selamat dan bisa kembali kepadanya.

Naya menatap jalanan yang tidak ada sepinya, tapi matanya tidak melihat apa pun kecuali bayangan Ammar yang tergeletak di aspal. Ia merasa sepertinya waktu berhenti dan tidak bisa bergerak lagi. Naya hanya bisa menunggu dan berdoa, berharap bahwa Ammar masih ada dan bisa kembali kepadanya.

Dengan segala kekuatan yang ada, Naya berjalan cepat menuju sopir yang sudah tak berdaya, matanya memancarkan kemarahan dan kesedihan. Ia merasa bahwa sopir harus bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi.

Naya ingin memastikan bahwa sopir tidak bisa melarikan diri dari tanggung jawabnya. Ibu yang berada di sampingnya mengikuti dengan rasa khawatir, berusaha untuk menenangkan Naya dan mencegahnya melakukan sesuatu yang tidak terkontrol. Tapi Naya tidak bisa dikontrol lagi, ia sudah terlalu marah dan sedih. Ia berhenti di depan sopir dan menatapnya dengan mata yang penuh kemarahan.

"Gara-gara kamu, suamiku terpental jatuh dari mobil! Gara- gara kamu suamiku celaka. Kamu harus bertanggung jawab. Kamu tahu, aku ini sedang hamil besar. Aku tidak bisa membayangkan kalau anakku lahir tanpa ayah, kalau anakku yatim sebelum ia lahir. Kamu kejam...kamu kejam!" Naya memukul punggung dan menampar sopir itu berkali-kali.

"Sabar Neng, Ya Allah. Ingat kamu sedang hamil. Biarkan penumpang lain yang mengatasi sopir brengsek ini. Jangan kau kotori tanganmu untuk membalasnya," Ibu tersebut mendekap Naya dengan penuh kasih sayang.

Naya masih terus menangis dan memukul sopir, tapi kemudian ia mulai melemah dan menyerah. Ibu yang mendekapnya dengan kasih sayang membantu Naya untuk tenang dan berhenti memukul sopir.

Naya kemudian menangis di bahu ibu tersebut, merasa sedih dan kehilangan. Ibu tersebut terus memeluk Naya dan berusaha untuk menenangkannya, sambil berdoa agar Naya dan bayinya bisa melewati masa sulit ini dengan baik.

Miw Miw Miw!

Suara sirine mobil polisi terdengar jelas di telinga Naya. Seraya mengurai dekapannya. Netranya menatap ke arah mobil polisi yang baru saja datang.

Naya melihat kedatangan polisi dengan mata yang garang, masih merasa sedih dan marah atas kecelakaan yang terjadi.

"Kenapa polisi selalu datang belakangan, hah!" protesnya, suaranya terdengar keras dan penuh emosi.

Ia merasa bahwa polisi seharusnya bisa datang lebih cepat untuk mencegah kecelakaan atau setidaknya membantu korban lebih cepat. Naya merasa bahwa keterlambatan polisi telah membuat keadaan menjadi lebih buruk dan menyebabkan suaminya belum ditemukan.

Naya mendekati polisi dengan langkah yang tidak stabil, air matanya terus mengalir tiada henti. Ia menangis dengan hebat, suaranya terdengar seperti jeritan yang memilukan.

"Pak di sana suami saya jatuh. Tolong cari suami saya! Tolong selamatkan suami saya!" Naya berulang-ulang memohon kepada polisi, harapannya untuk menyelamatkan suaminya masih ada.

Naya berharap bahwa polisi akan dapat membantu menjelaskan apa yang terjadi dan memberikan keadilan bagi suaminya yang terjatuh dan belum ditemukan.

Ia juga berharap bahwa polisi akan dapat membantu menjaga keselamatan dan keamanan bagi dirinya dan bayinya yang masih dalam kandungan.

Naya menatap polisi dengan mata yang penuh harapan dan kepercayaan, berharap bahwa mereka akan dapat membantu menjalankan keadilan dan memberikan ketenangan bagi dirinya.

Polisi yang melihat Naya menangis, terharu. Mereka segera bergerak untuk mencari Ammar dan memberikan bantuan yang dibutuhkan. Polisi lainnya menangkap sopir dan kernet bus, langsung digelandang ke Polres setempat.

Naya menatap polisi dengan mata yang tidak percaya, seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, begitu tahu polisi belum berhasil menemukan sang suami.

"Tidak mungkin, Pak. Suami saya jatuh di sana. Sekitar dua kilometer dari sini," tangan Naya menunjuk jalan yang sudah dilalui. Ia merasa yakin bahwa suaminya jatuh di tempat itu, dan tidak mungkin polisi tidak menemukannya.

Naya mulai merasa panik dan khawatir, apakah polisi tidak serius dalam mencari suaminya? Apakah mereka tidak peduli dengan keselamatan suaminya? Naya merasa harus melakukan sesuatu untuk membantu mencari suaminya, dan ia tidak akan menyerah sampai suaminya ditemukan.

"Iya bu. Ibu tenang ya! Kami sedang berusaha mencari jasad suami Ibu. Karena di sepanjang jalan tadi, tidak ada seorang pun yang jatuh Bu," salah seorang polisi memberi keterangan sesuai dengan olah TKP, yang dialihkan pada anggota polisi lainnya untuk melakukan pencarian sesuai petunjuk para saksi.

"Ibu beritahu Pak polisi. Ibu tadi lihat bukan, suamiku terjatuh dari bus ini," lanjut Naya pada seorang Ibu yang sejak tadi berada di sampingnya.

"Iya Pak benar. Saya bersedia menjadi saksi peristiwa ini. Pak tolong berikan keadilan pada Ibu ini. Kasihan dia dalam keadaan hamil. Jangan sampai ia kehilangan suaminya," Ibu tersebut mengiyakan, memohon pada polisi untuk menindaklanjuti peristiwa ini.

"Siap Bu!"

"Pak, tolong lakukan pencarian dengan benar! Kumohon Pak. Jangan sampai anak ini lahir sebagai yatim. Aku tidak ingin semua ini terjadi, tolong temukan suamiku. Tolong selamatkan suamiku, Pak!" Naya duduk bersimpuh di hadapan polisi tersebut.

"Iya Bu. Ibu tenang ya! Berdirilah. Ibu tidak perlu melakukan ini. Bripda Dewi tolong atasi Ibu ini!"

"Siap Komandan!"

Naya merintih kesakitan karena kontraksi yang semakin kuat. Ia memegang perutnya yang membesar, merasa seperti ada yang mengencangkan otot-otot di dalam perutnya.

Ibu yang duduk di sampingnya melihat keadaan Naya dengan khawatir dan langsung berteriak meminta bantuan.

"Neng kamu kenapa? Bu Polwan. Tolong sepertinya Ibu ini akan melahirkan. Lihat darahnya sudah keluar!" Ibu tersebut berusaha untuk menenangkan Naya dan meminta bantuan dari orang lain di sekitar mereka. Keadaan Naya semakin memburuk, dan ia memerlukan bantuan medis segera.

"Ya Allah nyeri sekali ini. Ssssshhhh," ujarnya lirih.

"Sebentar aku panggil ambulans dulu," Polwan tersebut mengambil ponselnya hendak menghubungi ambulans.

"Aaaarrrgh...." rintih Naya.

"Sabar Neng, tahan tarik nafas dalam-dalam, keluarkan dengan pelan. Lakukan sekali lagi, tarik nafas, keluarkan dengan pelan," si Ibu membimbing Naya dengan sabar.

"Ibu sakit..." ucapnya lirih, jemari tangannya menggenggam si Ibu.

"Iya sayang. Kamu tenang sepertinya kamu akan melahirkan," Ibu tersebut merasa tidak tega melihat Naya merintih kesakitan.

"Bu Polwan tolong sekarang saja ke rumah sakit. Ambulans pasti lama. Ini kasihan sepertinya sebentar lagi akan melahirkan. Lihat bajunya basah kemungkinan ketuban sudah pecah," saran Ibu tersebut memberi solusi yang bijak dan tepat.

Dalam keadaan seperti ini, waktu sangatlah penting, dan setiap menit yang terlewatkan dapat berdampak besar pada keselamatan Naya dan bayinya.

Bu Polwan harus segera mengambil tindakan untuk membawa Naya ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan medis yang tepat.

Terpopuler

Comments

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Wah Naya akan melahirkan di saat suaminya belum di temukan ini😭

2025-01-27

1

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Wah Naya akan melahirkan di saat suaminya belum di temukan 😭

2025-01-27

1

Ney Maniez

Ney Maniez

duhh sikon gini jadi tertekan,
mungkin suaminya dah ad yg nolongin

2025-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!