BAB 19 Menemui Orang Tua

Keesokan harinya, Dika pulang ke rumah orang tuanya, tidak langsung ke rumah sakit. Ia ingin orang tuanya mengetahui keputusannya terlebih dahulu. Memberi pengertian kepada kedua orang tuanya sangatlah penting sebagai dukungan atas pilihan hidupnya.

"Assalamualaikum...Maaa...Mama!" Dikara membuka pintu utama rumahnya dengan kesiapan mental yang sudah ditata.

Ia berharap pertemuan dengan orang tuanya akan memberikan jalan untuknya menguatkan keputusan yang sudah ia ambil. Sepi. Tidak ada orang di ruang tamu. Dikara mencari keberadaan orang tuanya ke setiap sudut ruangan ternyata tidak ada juga. Terakhir ia mencarinya di taman belakang rumahnya, ternyata mereka memang ada di sana.

"Assalamualaikum Maa...Paaa,"

Dika menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk sambil membaca buku. Seraya tersenyum

"Waalaikumussalam. Dika! Ya ampun, Nak. Kamu ke mana saja?" Mama Nindi memeluk anaknya dengan hangat dan mencium keningnya. Begitu pun dengan papanya, Fahmi Hulaimi.

Dikara merasa sedikit lega dan nyaman dengan sambutan ibunya. Ia membalas pelukan ibunya dan mencium tangannya sebagai tanda hormat.

"Akhir-akhir ini Dika sibuk, Mam. Makanya Dika baru sempat datang ke sini," ujar Dika beralasan.

"Oiya bagaimana rumah sakit setelah dipegang sama kamu, Sayang?" tanya Papa Fahmi ingin tahu perkembangan rumah sakit milik keluarganya yang dikelola langsung oleh anaknya sendiri.

"Alhamdulillah aman terkendali, Pa. Semua dokter, perawat dan karyawan bisa diajak kerja sama,"

Papa Fahmi tersenyum bangga mendengar laporan Dika tentang perkembangan rumah sakit.

"Itu bagus, Sayang. Kamu memang memiliki bakat dalam mengelola dan memimpin. Semoga rumah sakit kita bisa terus berkembang dan menjadi rumah sakit terbaik di kota ini," kata Papa Fahmi dengan nada yang penuh harapan.

Mama Nindi juga mengangguk setuju dan menambahkan, "Ya, Dika. Kamu harus terus berusaha dan tidak menyerah. Tidak salah kami memilihmu untuk mengelola rumah sakit. Mama dan Papa percaya padamu, Sayang,"

Dika tersenyum dan merasa bangga dengan kepercayaan orang tuanya.

"Terima kasih, Ma, Pa. Aku akan terus berusaha agar rumah sakit kita menjadi yang terbaik di kota ini. Aku tidak ingin mengecewakan kepercayaan kalian," kata Dika dengan nada yang penuh semangat.

Ia merasa bahwa kepercayaan orang tuanya memberinya motivasi yang kuat untuk terus berusaha dan berkembang.

"Dika inginnya membawa para dokter refreshing, misalnya ajak jalan-jalan. Family gathering bareng ke pantai atau ke pegunungan,"

"Ya ampun Dik. Rumah sakit itu engga ada liburnya. Kalau mau ajak jalan-jalan dijadwal saja. Yang penting mereka kebagian buat refreshing. Jangan lupa ajak Mama dan Papa!" tegas Mamanya.

"Kalau buat Mama dan Papa itu khusus, nanti liburan bersama keluarga kecilku, ups," terangnya ngawur sambil menutup mulutnya.

"Apa, keluarga kecilmu?" tanya Mama Nindi mengerutkan keningnya, heran.

"Eh anu...Gini Mam, aku kan sebentar lagi mau nikah nih. Nanti Mama aku ajak refreshingnya bareng istri Dika aja," ujar Dika nyengir, seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ooh Mama pikir, kamu sudah menikah tanpa bilang-bilang kita. Kalau itu terjadi, jangan harap kamu jadi bagian keluarga Hulaimi lagi!" ujar Mama Nindi mendengus kesal.

Papa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat interaksi ibu dan anak.

"Ya engga mungkin lah Mam. Restu orang tua itu nomor satu. Justru Dika datang ke sini ingin berbicara dengan Papa dan Mama tentang sesuatu yang penting, berkaitan dengan masa depan Dika," kata Dikara dengan suara yang serius, ia memeluk Mamanya dari belakang.

Mama Nindi membalikkan badan, kemudian memandangnya dengan rasa ingin tahu dan mengangguk.

"Boleh. Ayo, kita bicarakan di ruang keluarga!"

Dikara mengikuti Mamanya ke ruang keluarga, sementara Papanya mengekor dari belakang sambil membawa buku bacaan.

Mereka duduk di sofa dengan posisi berhadapan. Mama Nindi berada di samping Papa Fahmi. Mama memulai pembicaraan dengan suara lembut.

"Apa yang hendak kamu bicarakan Dika? Bikin Mama penasaran saja,"

Dikara mengambil napas dalam-dalam dan memulai pembicaraannya.

"Papa, Mama, aku ingin membicarakan tentang hubunganku dengan Amanda. Aku sudah memikirkan ini dengan matang dan aku telah memutuskan untuk..," Dikara berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat untuk melanjutkan pembicaraannya.

Papa dan Mama memandangnya dengan rasa ingin tahu dan sedikit khawatir.

"Untuk apa, Nak? Kamu tidak ada masalah apa pun dengan Amanda, kan? Kalian sudah tunangan. Sebentar lagi kalian akan menikah," tanya Mamanya dengan suara yang lembut.

Dikara mengambil napas dalam-dalam lagi dan melanjutkan pembicaraannya.

"Memang kami sudah bertunangan tapi karena hal lain aku memutuskan untuk tidak melanjutkan hubunganku dengan Amanda. Aku tahu ini mungkin tidak disangka-sangka, tapi aku merasa bahwa ini adalah keputusan yang tepat untukku." Dikara berhenti dan memandang Papa dan Mamanya, menunggu reaksi mereka.

Ayahnya memandangnya dengan ekspresi yang serius, tapi tidak marah. Sedangkan Mamanya sangat kaget mendengar kabar ini.

"Apa alasanmu, Nak? Apa yang membuatmu memutuskan untuk tidak melanjutkan hubunganmu dengan Amanda? Padahal Papa lihat kalian pasangan yang serasi. Amanda sangat cantik, sangat cocok bersanding denganmu yang tampan rupawan. Amanda juga seorang dokter. Jadi apa yang kurang dari Amanda sehingga kamu ingin memutuskan hubungan dengannya?" tanya Papanya dengan suara yang lembut.

Mamanya juga memandangnya dengan rasa ingin tahu, menunggu jawaban Dikara. Dikara mengambil napas dalam-dalam lagi dan memikirkan jawaban yang tepat.

"Amanda memang cantik, menarik, berdedikasi tinggi, tapi Dika tidak bisa melanjutkan hubungan ini Pa, Ma. Ini karena...,"

Dika kembali diam. Ia merasa sulit untuk memulai cerita tentang kejadian yang menimpa sahabatnya, Ammar. Tapi ia harus mengungkapkannya.

"Papa Mama masih ingat dengan Ammar?"

"Ammar sahabatmu yang waktu di Garut?" tanya Mama Nindi dengan tatapan heran.

"Iya Mama benar,"

"Kenapa dengan Ammar? Apa hubungannya dengan rencana pernikahanmu?" tanya Papa ingin tahu.

"Ammar sudah meninggal Pa," Dika menunduk.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," ucapnya bersamaan.

"Ammar tewas terjatuh dari bus. Beliau meninggalkan istri yang sedang mengandung. Sekarang istrinya sudah melahirkan anak perempuan yang cantik,"

Papa dan Mamanya ikut sedih mendengarkan cerita Dika yang tragis.

"Sebelum Ammar meninggal, beliau memberikan amanah pada Dika untuk..."

"Untuk apa Dika?" tanya Papanya penasaran.

"Menikahi istrinya. Beliau menitipkan istri dan anaknya pada Dika. Awalnya Dika mau protes, Pa, tapi Ammar keburu meninggal,"

Mereka terhenyak bukan main. Mama Nindi menatap Dika dengan tajam.

"Apa, menikahi istrinya?" tanya Mamanya menatap tak percaya.

Dika mengangguk. Ia kemudian mengambil ponsel untuk menunjukkan video Ammar yang terakhir.

Papa dan Mamanya menyimak video itu dengan serius. Mereka menghela nafas dengan pelan.

"Papa mengerti, Nak. Papa tahu kamu pasti sudah memikirkan hal ini dengan matang. Apa dengan alasan ini, kamu memutuskan hubungan dengan Amanda?"

"Iya Pa," jawab Dika tanpa berani menatap keduanya.

"Tidak bisa. Mama tidak setuju kalau Dika menikahi wanita itu!" tolak Mamanya dengan tegas. Ia sulit menerima keputusan Dika.

Terpopuler

Comments

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Ini nih yang akan jadi badai di rumah tangga Dika nanti ibunya sendiri, karena tidak setuju Dika menikah sama Naya apalagi sudah mempunyai anak

2025-02-13

1

Ney Maniez

Ney Maniez

bisa kok amanah nya dengan cra menyokong kebutuhan c kecil,
tp bukan tanggung jawab Dika juga klo nikah inn...
jodoh kan di tangan author 🤭🤭

2025-02-20

0

⧗⃟MEYTI DIANA SARI, S.M •§͜¢•

⧗⃟MEYTI DIANA SARI, S.M •§͜¢•

"mama ku yang cantik, tolonglah mengerti diriku ini" bilang gitu sama mamamu /Determined/

2025-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!