BAB 6 Pilihan yang Sulit

Dikara menatap wajah Ammar dengan mata yang kosong dan tidak percaya. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa sahabatnya yang selama ini selalu bersamanya, kini sudah pergi untuk selamanya.

Dikara merasa seperti telah menerima pukulan yang sangat keras, yang membuatnya tergugu dan tidak bisa berpikir jernih. Kesedihan dan kehilangan yang mendalam membuatnya merasa seperti kehilangan sebagian dari dirinya sendiri.

Dikara terus meluapkan emosinya, berbicara kepada Ammar yang sudah tidak ada lagi. Ia mengeluh tentang amanah yang diberikan oleh Ammar, yang membuatnya merasa terbebani.

"Ammar, kenapa kau pergi secepat ini? Padahal aku mau protes dengan amanah yang kau berikan padaku. Amanahmu begitu berat, Mar. Aku sudah bertunangan dengan kekasihku. Lalu aku harus bagaimana, Mar? Aku tidak tega menyakiti hati calon istriku."

Dikara kemudian menoleh ke arah dr. Irwan, yang sedang mendengarkan dengan sabar.

"Mar, kenapa tidak kau titipkan amanahmu pada dr. Irwan saja yang masih jomblo, kenapa harus aku?"

Dr. Irwan hanya menatap Dikara, menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak menjawab. Ia membiarkan Dikara meluapkan emosinya, sambil berpikir dalam hati, "Ada-ada saja dr. Dika ini..."

Dokter Irwan, yang menyadari kesedihan Dikara, mengusap punggung rekannya itu dengan lembut. Ia berusaha untuk menenangkan Dikara dan memberinya kekuatan untuk menerima takdir yang telah terjadi.

Dengan sentuhan yang hangat dan penuh empati, dr. Irwan berusaha untuk menghibur Dikara dan membantunya untuk mengatasi kesedihannya.

Ia berbicara dengan lembut dan penuh pengertian, berusaha untuk menenangkan Dikara yang masih terguncang oleh kematian Ammar.

Tidak lama kemudian, suasana menjadi lebih ramai dengan kedatangan satu mobil polisi dan ambulans yang datang bersamaan.

Sirene mobil polisi dan ambulans terdengar keras, menandakan bahwa tim darurat telah tiba untuk menangani situasi tersebut.

Dokter Irwan dan Dikara menoleh ke arah mobil polisi dan ambulans, dan melihat petugas darurat langsung beraksi. Mereka membawa jenazah Ammar ke dalam ambulans, dan kemudian membawanya ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Sementara itu, polisi mulai mengolah Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk mengumpulkan bukti-bukti dan informasi tentang kejadian tersebut.

Mereka memasang garis polisi dan mengambil foto-foto TKP untuk dokumentasi. Polisi juga mulai menginterogasi saksi-saksi yang ada di sekitar TKP untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kejadian tersebut.

"Saya harap polisi memberi keadilan pada korban yang baru saja meninggal. Hukum sopir dan kernet yang sudah lalai dalam menjalankan tugasnya, sehingga menyebabkan kecelakaan yang mengakibatkan kematian sahabat saya," kata Dikara dengan suara yang penuh emosi.

Dikara berharap bahwa polisi akan melakukan penyelidikan yang transparan dan adil, serta menghukum sopir dan kernet yang bersalah dengan tegas. Ia ingin memastikan bahwa keadilan ditegakkan dan Ammar mendapatkan haknya sebagai korban kecelakaan.

Jenazah Ammar diangkat ke dalam mobil ambulans. Sementara Dikara dan dr. Irwan mengikutinya dari belakang.

Dikara terus menatap lurus ke depan, pikirannya terganggu oleh kebimbangan yang mendalam. Ia merasa seperti terjebak dalam sebuah dilema yang tidak ada jalan keluarnya.

Di satu sisi, ia memiliki kekasih yang dicintainya, tapi di sisi lain, ia memiliki amanah dari sahabatnya yang telah meninggal, yaitu menikahi istri Ammar yang sedang hamil besar.

Dikara merasa seperti tidak tahu harus memilih apa, karena kedua pilihan itu sama-sama sulit dan berat. Ia tidak ingin mengabaikan amanah sahabatnya, tapi ia juga tidak ingin menggagalkan rencana pernikahannya dengan kekasihnya.

Dikara hanya bisa menarik napas dalam-dalam, berharap bahwa ia bisa menemukan jalan keluar dari dilema ini.

"Sekarang aku harus bagaimana dok?" tanya Dikara pada dr. Irwan yang fokus menyetir.

"Amanda pasti menungguku di rumah sakit. Dokter tahu kan bagaimana dia? Cintanya begitu besar padaku. Dia begitu mencintaiku. Aku juga. Aku tidak bisa membayangkan kalau Amanda tahu amanah tersebut," lanjut Dikara dengan mata mengembun.

Dokter Irwan menepikan mobilnya. Seraya menoleh ke arah Dikara yang masih terlihat bingung.

"Kamu harus berpikir jernih, dok," kata dr. Irwan dengan suara yang lembut tapi tegas. "Amanah Ammar memang berat, tapi dokter juga harus mempertimbangkan perasaan Amanda. Dokter tidak bisa membiarkan perasaannya terluka hanya karena amanah tersebut."

Dokter Irwan menunduk, memandang Dikara dengan mata yang penuh empati.

"Dokter harus memutuskan apa yang ingin dokter lakukan. Tapi ingat, keputusanmu akan mempengaruhi banyak orang, termasuk Amanda dan istri Ammar."

"Aku hanya memberi pandangan padamu. Sebenarnya dokter bisa menikahi keduanya. Karena itu dibolehkan..."

Dikara menoleh pada dr. Irwan. Ia tidak percaya solusi terakhir membuat hatinya bergemuruh.

"Poligami?"

Dikara mengucapkan kata "poligami" dengan nada yang tidak percaya. Ia menatap dr. Irwan dengan mata yang lebar, seolah-olah tidak bisa memahami apa yang baru saja diucapkan oleh dokter tersebut.

Dr. Irwan mengangguk pelan, "Ya, poligami. Itu adalah salah satu solusi yang bisa dokter pertimbangkan. Tapi, ingatlah bahwa poligami bukanlah keputusan yang mudah. Dokter harus mempertimbangkan banyak hal, termasuk perasaan Amanda dan istri Ammar."

Dikara menggelengkan kepalanya, meremas kepalanya karena merasa bahwa solusi poligami tidaklah mudah. Ia tahu bahwa salah satu dari mereka harus dinikahi secara siri, dan itu tidaklah mungkin. Apalagi Amanda, yang cerdas dan mandiri, tidak mungkin mau menikah secara siri.

Dikara merasa bahwa ia terjebak dalam sebuah dilema yang tidak ada jalan keluarnya. Ia tidak ingin menyakiti perasaan Amanda, tapi ia juga tidak ingin mengabaikan amanah Ammar. Dikara merasa bahwa ia harus memilih antara dua pilihan yang sulit, dan tidak ada pilihan yang benar-benar tepat.

"Kalau begitu istikharah lah! Karena dengan campur tangan Allah, pilihan terbaikmu akan Allah berikan,"

Dikara menatap dr. Irwan dengan mata yang terbuka lebar, merasa bahwa kata-kata dokter tersebut seperti sebuah cahaya yang menerangi jalan yang gelap.

Dia merasa bahwa istikharah memang merupakan pilihan yang tepat, karena dengan meminta petunjuk dari Allah, ia akan dapat menemukan pilihan yang terbaik.

"Ya, dok. Aku akan melakukannya," kata Dikara dengan suara yang penuh keyakinan. Ia merasa bahwa dengan istikharah, ia akan dapat menemukan jalan keluar dari dilema yang sedang dihadapinya.

"Kita lanjutkan perjalanan ya! Bersikap biasa saja jika bertemu dr. Amanda di rumah sakit. Dokter harus profesional. Jangan mencampur adukkan persoalan pribadi di tempat kerja," ujar dr. Irwan penuh solusi.

Dikara mengangguk setuju, merasa bahwa saran dr. Irwan sangat tepat. Ia harus bersikap profesional dan tidak mencampuradukkan persoalan pribadi di tempat kerja. Dikara menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk menghilangkan kecemasan dan kebingungan yang masih membelenggu pikirannya.

"Baik, dok. Aku akan berusaha untuk bersikap biasa saja," kata Dikara dengan suara yang lebih stabil. Ia merasa bahwa ia harus bisa mengendalikan emosinya dan bersikap profesional, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk Amanda dan pasien-pasien yang membutuhkan bantuan mereka.

Terpopuler

Comments

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴‍☠️

poligami mmng di prbolehkn, tpi sbgai lki² mnrut sy lbih baik ga ush poligami, toh ga da untng ny yg ada bkin pengeluaran double aja dri pda bgtu mndingan buat have fun sndri/Curse//Curse//Curse//Facepalm/

2025-01-29

4

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

aku tak suka baca kisah poligami 😭😭

2025-01-29

2

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

sama sama menyakitkan mau di posisi pertama maupun kedua

2025-01-29

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Mengaku Suami
2 BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3 BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4 BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5 BAB 5 Amanah Cinta
6 BAB 6 Pilihan yang Sulit
7 BAB 7 Berita Duka
8 BAB 8 Tindakan Buat Naya
9 BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10 BAB 10 Empati Amanda
11 BAB 11 Naya Junior Lahir
12 BAB 12 Menjenguk Naya
13 BAB 13 Masa lalu Naya
14 BAB 14 Janji Dikara
15 BAB 15 Memulangkan Ammar
16 BAB 16 Ammar Belum Kembali
17 BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18 BAB 18 Pilihan Hidup
19 BAB 19 Menemui Orang Tua
20 BAB 20 Papa Merestui
21 BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22 BAB 22 Amanda Salah Paham
23 BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24 BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25 BAB 25 Mengantar Naya
26 BAB 26 Mendapat Restu
27 BAB 27 Kenyataan Pahit
28 BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29 BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30 BAB 30 Memohon Restu
31 BAB 31 Keberanian Naya
32 BAB 32 Akhirnya
33 BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34 BAB 34 Pemberian Dikara
35 BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36 BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37 BAB 37 Kekecewaan Naya
38 BAB 38 Awal Kejadian
39 BAB 39 Sang Penolong
40 BAB 40 Amanda Resign
41 BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42 BAB 42 Mulai Berbohong
43 BAB 43 Dikara Kecewa
44 BAB 44 Permintaan Dikara
45 BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46 BAB 46 Bertemu Mantan
47 BAB 47 Keputusan Reno
48 BAB 48 Nasehat Dikara
49 BAB 49 Siapa Bunda?
50 BAB 50 Perasaan Aneh
51 BAB 51 Tawaran Dikara
52 BAB 52 Tugas Baru Naya
53 BAB 53 Pemecatan Yuna
54 BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55 BAB 55 Meminta Izin
56 BAB 56 Terbongkar juga
57 BAB 57 Sindiran Buat Naya
58 BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59 BAB 59 Sebuah Wejangan
60 BAB 60 Menemui Mama Nindi
61 BAB 61 Ke Rumah Mertua
62 BAB 62 Tak Percaya
63 BAB 63 Tuduhan Naya
64 BAB 64 Ternyata
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 Mengaku Suami
2
BAB 2 Terpaksa Naik Bus
3
BAB 3 Seolah Dunia Runtuh
4
BAB 4 Ammar Belum Ditemukan
5
BAB 5 Amanah Cinta
6
BAB 6 Pilihan yang Sulit
7
BAB 7 Berita Duka
8
BAB 8 Tindakan Buat Naya
9
BAB 9 Kepedulian Bu Nia
10
BAB 10 Empati Amanda
11
BAB 11 Naya Junior Lahir
12
BAB 12 Menjenguk Naya
13
BAB 13 Masa lalu Naya
14
BAB 14 Janji Dikara
15
BAB 15 Memulangkan Ammar
16
BAB 16 Ammar Belum Kembali
17
BAB 17 Kekhawatiran Amanda
18
BAB 18 Pilihan Hidup
19
BAB 19 Menemui Orang Tua
20
BAB 20 Papa Merestui
21
BAB 21 Amanda Mulai Curiga
22
BAB 22 Amanda Salah Paham
23
BAB 23 Dika Mulai Ada Rasa
24
BAB 24 Akhirnya Naya Tahu
25
BAB 25 Mengantar Naya
26
BAB 26 Mendapat Restu
27
BAB 27 Kenyataan Pahit
28
BAB 28 Pilihan Tak Terduga
29
BAB 29 Kutitip Amanda Padamu
30
BAB 30 Memohon Restu
31
BAB 31 Keberanian Naya
32
BAB 32 Akhirnya
33
BAB 33 Begitu sakit Melepasmu
34
BAB 34 Pemberian Dikara
35
BAB 35 Ternyata Bu Nindi
36
BAB 36 Pergi Saat Ultah Naya
37
BAB 37 Kekecewaan Naya
38
BAB 38 Awal Kejadian
39
BAB 39 Sang Penolong
40
BAB 40 Amanda Resign
41
BAB 41 Naya Ingin Bekerja
42
BAB 42 Mulai Berbohong
43
BAB 43 Dikara Kecewa
44
BAB 44 Permintaan Dikara
45
BAB 45 Dikara Kecewa Lagi
46
BAB 46 Bertemu Mantan
47
BAB 47 Keputusan Reno
48
BAB 48 Nasehat Dikara
49
BAB 49 Siapa Bunda?
50
BAB 50 Perasaan Aneh
51
BAB 51 Tawaran Dikara
52
BAB 52 Tugas Baru Naya
53
BAB 53 Pemecatan Yuna
54
BAB 54 Bertemu Mama Nindi
55
BAB 55 Meminta Izin
56
BAB 56 Terbongkar juga
57
BAB 57 Sindiran Buat Naya
58
BAB 58 Dikara Mulai Curiga
59
BAB 59 Sebuah Wejangan
60
BAB 60 Menemui Mama Nindi
61
BAB 61 Ke Rumah Mertua
62
BAB 62 Tak Percaya
63
BAB 63 Tuduhan Naya
64
BAB 64 Ternyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!