Panggilan tidak dikenal

Cahaya pagi berhasil masuk menembus sela-sela jendela, Rylia perlahan membuka matanya. Dia terkejut mendapati Jehan yang tertidur disamping sambil menggenggam erat tangan nya.

“tunggu, semalam jadi aku tidak bermimpi?”

Semalam memang bukan memimpin Jehan memang berada disamping Rylia. pria itu menjaga nya semalaman.

Clek!!

Pintu nya tiba-tiba saja terbuka, seorang perawat masuk membawa sarapan pagi. Jehan yang tadi tertidur pun terbangun saat mendengar suara pintu.

“ini untuk sarapan nya, saya letakan disini ya pak."

"Terimakasih sus, " Perawat itu keluar. Jehan beralih melihat Rylia yang sudah bangun.

Menyadari tangan nya masih menggenggam tangan Rylia Jehan buru-buru melepaskan.

“Jangan salah paham semalam kamu yang menggenggam tangan saya ” katanya cepat-cepat memberikan penjelasan.

Rylia terdiam, melihat tingkah Jehan yang sebenarnya membingungkan.

"Yasudah, cepat makan kamu dengarkan perawat tadi bilang apa? Makan." Jehan berkata dengan nada bicara yang dingin. Pria itu mengambil mangkok berisi bubur lalu diletakkan dihadapan Rylia.

"Makan sendiri tidak usah manja. Saya ada perlu." Katanya lagi. Kali ini pria itu berdiri dan pergi meninggalkan Rylia.

Rylia tersenyum masam, sepertinya Jehan yang lembut dan penuh perhatian itu, tidak akan pernah ada. Rylia tiba-tiba terdiam, wanita itu meletakkan mengkok nya kembali diatas nakas, dia turun dari bangsal berjalan menuju jendela.

buliran air mata tiba-tiba saja menetes dari mata nya. Rylia mengingat sang ayah yang kini tengah terbaring koma dirumah sakit.

Akibat Kejadian kecelakaan itu, dia kehilangan segala nya. Bukan cuma bunda, tapi juga ayah yang terbaring koma selama bertahun. Satu hal yang membuat pilu adalah berpura-pura bisu. Yah, Rylia bukan wanita bisu. Dia normal seperti yang lainnya akan tetapi suatu hari dia dipaksa untuk tidak bicara dengan ancaman jika dia bicara maka sang Ayah akan mat*.

Sejak hari itu Rylia tidak pernah lagi bicara, dia hidup dalam diam di keramaian.

•••

"Bagaimana kau sudah temukan apa yang aku minta?" tanyanya Jehan pada asisten pribadinya.

Sebut saja, Rio. Pria tinggi berkacamata itu mengangguk. “Sudah, tuan.”. Jawabannya. "Dari informasi yang didapatkan. Nona Rylia pernah mengalami kecelakaan hebat, kabarnya ibunya meninggal dan ayahnya koma hingga saat ini.”

“Koma? Kau yakin?”

Rio mengangguk. Jehan berdecak, dia pikir selama ini kedua orang tua Rylia sudah tidak ada. Karena memang itulah informasi yang didengarnya dari sang ayah.

“lalu, tentang dia tidak bisa bicara?”

“Maaf tuan baru itu yang bisa saya dapatkan, saya akan cari tahu lagi.”

"tidak apa-apa, yasudah. Kau bisa kembali ke kantor, tolong handle semua nya karena hari ini aku tidak bisa masuk.”

Rio mengangguk. "Baik tuan, saya permisi.”

Jehan melangkah pelan menuju Rylia, tidak ingin mengganggu kesadarannya. Saat dia mendekati, Rylia tidak menunjukkan reaksi apa pun, masih terpaku pada pemandangan di luar jendela.

"Rylia?" Jehan memanggil namanya pelan, berharap tidak mengejutkannya.

Rylia tetap diam, tidak menoleh ke arahnya. Jehan dapat melihat bayangan kesedihan di wajahnya, membuatnya merasa khawatir.

"Rylia, apa yang terjadi?" Jehan bertanya lagi, kali ini sedikit lebih keras.

Rylia akhirnya menoleh ke arah Jehan, matanya terlihat kosong dan lelah.

"aku ingin pulang," Tulis nya.

"tapi kamu belum sembuh, tangan kamu masih terluka"

"aku mohon."

Jehan kembali membaca tulisan diponselnya yang barusaja diketiknya.

Tidak ada pilihan, Jehan memilih mengalah. Meskipun dalam hati dia sangat tidak suka jika Rylia menentangnya.

"Baiklah, tunggu disini aku akan menyelesaikan pembayaran terlebih dulu."

Jehan melangkah pergi meninggalkan Rylia. Tak lama setelah pria itu pergi, ponsel Rylia berdering. Dia melihat nomor tak dikenal, Rylia hanya mengabaikan, akan tetapi nomor itu terus menghubungi nya.

Rylia mengangkat ponselnya dengan sedikit kesal, karena panggilan itu mengganggu kesendiriannya. Suara seorang pria terdengar dari seberang sana.

"Akhirnya, kau mengangkatnya, Rylia!." Ucapannya.

"kau tahu berapa lama aku menunggu moment ini?"

Rylia mengerutukan keningnya, dia bingung dan tidak mengerti.

Rylia merasa ini hanya panggilan main-main, dia hendak mengakhiri panggilan nya. Namun, perkataan pria itu mengehentikannya.

"aku tau kau bisa bicara?"

DEG...

Rylia membeku, "Tidak perlu terkejut, aku juga tahu ayahmu koma dirumah sakit. bukan hanya itu aku tahu semua tentangmu."

"siapa kau sebenarnya?" Rylia akhirnya membuka mulutnya.

"tidak penting siapa aku yang jelas aku tahu semua tentangmu." setelah berkata seperti itu, pria itu memutuskan panggilannya.

"Hallo...."

Rylia menatap ponselnya, "Siapa dia? kenapa bisa tahu kalau aku..."

Clekk!...

Rylia menoleh mendengar suara pintu yang terbuka, dia terkejut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!